PENYAKIT PADA TANAMAN JAGUNG DAN CARA MENGATASINYA

11:55 PM

 

tanaman Jagung

Penyakit yang banyak menginfestasi tanaman jagung adalah penyakit bulai (Peronosclerospora spp), penyakit bercak daun (Bipolaris maydis) penyakit hawar daun (Helminthosporium turcicum), dan penyakit karat (Puccinia polysora).

1.    Penyakit Bulai

Penyakit bulai disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora maydis dan Peronosclerospora philippinensis. Selain itu terdapat juga spesies Peronosclerosporasorghii, namun hanya terbatas di dataran tinggi Brastagi, Sumatera Utara dan Batu, Malang Jawa Timur. Gejala tanaman jagung terserang cendawan ini terutama terlihat pada tanaman muda yaitu adanya tepung putih pada pangkal daun dan tepung ini hilang sejalan dengan hilangnya embun. Selain itu daun berwarna putih sampai kekuningan diikuti dengan garis garis klorotik. Infeksi cendawan pada tanaman muda dapat menghambat pembentukan tongkol, sedangkan pada tanaman yang lebih tua, hanya menghambat pertumbuhan, tongkol masih bisa terbentuk. Penyakit ini dapat dikendalikan dengan menggunakan varietas tahan seperti Bima-3, Bima-8, Bima-9, Bima-14 batara, Bima-16, Bima-17, Bima-18, dan Bima-20-URl, perlakuan benih dengan cendawan Trichoderma sp., penanaman serentak, dan sanitasi tanaman terserang,

2.    Penyakit Bercak daun

Penyakit bercak daun disebabkan oleh cendawan Bipolaris maydis ras O dan ras T. Gejala khas serangan cendawan ini dapal dilihal pada daun yaitu berupa bercak berbentuk kumparan yang awalnya berwarna hijau kekuningan atau klorotik, kemudian berubah menjadi coklat kemarehan. Ras T lebih virulen dari pada ras O sehingga memberikan ukuran bercak yang lebih beşar dan bila menyerang bibit menyebabkan kelayuan dan kematian dalam waktu 3-4 minggu setelah tanam, Selain daun, ras T juga menyerang pelepah, batang, tangkai kelobot, biji, dan tongkol. Bila menginfeksi tongkol secara dini, ras T ini nıenyebabkan biji rusak dan busuk dan bahkan tongkol dapat gugur. Permukaan biji yang terinfeksi ditutupi miselium berwarna abu-abu sampai hitam sehingga dapat menurunkan kuantitas dan kualitasnya, Cendawan bisa bertahan lama pada sisa-sisa tanaman di lapang. Penyakit ini bisa dikendalikan dengan penggunaan varietas resisten seperti Anoman-l, Bima-4, Bima-10, Binna-12Q, Bima-13Q, Bima- 16, Bima-17, Bima-18, dan Bima-20-URl, mengkomposkan tanaman yang terinfeksi untuk mengurangi sumber inokulum, dan menggunakan fungisida berbahan aktif mancozeb dan carbendazim bila serangan relative berat.

3.    Penyakit Hawar Daun

Penyakit hawar daun disebabkan oleh cendawan Helminthosporium turcicum. Gejala awal infeksi cendawan terlihat pada daun berupa bercak kecil berbentuk oval, kemudian memanjang menjadi ellip dan berkembang menjadi nekrotik dan gejala ini berkembang dengan cepat, maka disebut hawar. Hawar ini memiliki panjang 2,5 cm sampai dengan 15,0 cm, muncul mulai dari daun yang paling bawah dan berkembang ke daun di atasnya. Cendawan tidak menginfeksi tongkol, namun bisa bertahan pada sisa tanaman di lapang. Penyakit dapat dikendalikan dengan menggunakan varietas tahan seperti Bima19-URI, Bima-20-URl, dan Bima-Putih-I, mengkomposkan sisa-sisa tanaman untuk mengurangi sumber inokulum, dan menggunakan fungisida dengan bahan aktif mankozeb dan dithiocarbamate bila infestasinya dianggap sangat merugikan.

4.    Penyakit Karat

Penyakit karat disebabkan oleh cendawan Puccinia polysora, Gejala serangan cendawan ini dapat terlihat pada daun baik di permukaan bawah maupun di permukaan atas berupa bercak-bercak atau pustul kecil berbenluk oval. Pustul ini merupakan kantung spora dimana spora ini bisa disebarkan oleh angin unluk menginfeksi tanaman lain. Penyakit ini dapat dikendalikan dengan menggunakan tanaman resisten seperti Bima-10, Bima-11 , Bima-16, Bima-17 Bima-18, Bima-19-URl, dan Bima-20-URl dan menggunakan fungisida berbahan aktif benomyl.

 

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Silahkan memberi komentar yang membangun EmoticonEmoticon