PROSES FERMENTASI PEMBENTUKAN BIOGAS

9:49 PM

 

digester Biogas

Proses fermentasi mengacu pada berbagai reaksi dan interaksi yang terjadi di antara bakteri metanogen dan non metanogen serta bahan yang diumpankan ke dalam digester sebagai input. Ini adalah phisiokimia yang kompleks dan proses biologis yang melibatkan berbagai faktor dan tahapan bentuk. Penghancuran input yang merupakan bahan organik dicapai dalam tiga tahapan, yaitu (a) Hidrolisis. Hidrolisis merupakan tahap awal dari proses fermentasi. Tahap ini merupakan penguraian bahan organik dengan senyawa kompleks yang memiliki sifat mudah larut seperti lemak, protein, dan karbohidrat menjadi senyawa yang lebih sederhana. Senyawa yang dihasilkan dari proses hidrolisis di antaranya senyawa asam organik, glukosa, etanol, CO2 dan senyawa Hidrokarbon lainnya (b) Asidifikasi (pengasaman), Senyawa-senyawa yang terbentuk pada tahap hidrolisisi akan dijadikan sumber energi bagi mikroorganisme untuk tahap selanjutnya, yaitu pengasaman atau asidifikasi. Pada tahap ini, bakteri akan menghasilkan senyawa-senyawa asam oraganik seperti asam asetat, asam propionate, asam butirat, dan asam laktat beserta produk sampingan berupa alkohol, CO2, hidrogen, dan zat ammonia dan (c) Metanogenesis. Bakteri metnogen seperti methanococus, methanosarcina, dan methano bactherium akan mengubah produk lanjutan dari tahap pengasaman menjadi gas metan, karbiondioksida, dan air yang merupakan komponen penyusun biogas. Berikut reaksi perombakan yang dapat pada tahap metanogenesis (D. Agusman, dkk. 2017).

Energi biogas sangat potensial untuk dikembangkan. Pertama produksi biogas dari kotoran peternakan sapi, misalnya ditunjang oleh kondisi yang kondiusif karena perkembangan peternakan sapi di Indonesia. Kondisi yang demikian sangat mendukung ketersediaan bahan baku secara kontinyu dalam jumlah yang cukup untuk memproduksi biogas. Kedua regulasi di bidang energi seperti kenaikan tarif listrik, kenaikan harga LPG (Liquefied Petroleum Gas), pertalite, minyak tanah, solar, minyak diesel dan minyak bakar telah mendorong pengembangan sumber energi alternatif yang murah, berkelanjutan dan ramah lingkungan. Persamaan kimia (gambar 1) menunjuukan bahwa banyak produk hasil samping dan produk antara dihasilkan pada proses pencernaan input dalam kondisi anaerobik sebelum produk akhir (metana) diproduksi. Secara jelas, banyak faktor yang memfasilitasi dan menghambat telah memainkan peranan dan proses. Beberapa faktor tersebut antara lain (a) nilai pH, (b) suhu, (c) laju pengumpanan, (d) waktu retensi, (e) toxicity dan (f) Sludge.

Gambar 1. Tahap Pembentukan Biogas

Peternak sapi di Indonesia rata-rata memiliki 2-5 ekor sapi dengan lokasi yang tersebar. Kondisi demikian menyebabkan penanganan limbah kotoran ternak sulit dilakkukan secara terintegrasi dengan sistem pertanian. Penanganan limbah yang baik sangat penting karena dapat memperkecil dampak negative terhadap lingkungan seperti polusi tanah, air dan udara serta penyebaran penyakit menular. Pada umumnya peternak menangani limbah secara sederhana, seperti membuat kotoran ternak menjadi kompos maupun menyebarkan secara langsung di lahan pertanian. Oleh karena itu, pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas diharapkan dapat memberikan nilai tambah usaha peternakan. Dua jenis produk ini sangat membantu permasalahan bahan bakar (energi) dan kebutuhan pupuk organik.

Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan limbah keluaran dari digester biogas secara rutin mampu meningkatkan produksi padi secara berkesinambungan. Hal ini berbeda dengan pupuk kimia/sintesis yang justru bisa menurunkan produksi tanaman jika digunakan secara terus-menerus. Keunggulan lainnya adalah pupuk yang dihasilkan tidak menimbulkan adanya residua tau gulma di dalam lahan sawah.

Manfaat lain dari energi biogas adalah sebagai pengganti bahan bakar, khususnya LPG dan minyak tanah yang dipergunakan untuk memasak. Biogas untuk skala rumah tangga biasanya memiliki komposisi seperti yang tersaji pada tabel 1. Dalam skala besar, biogas dapat digunakan sebagai pembangkit energi listrik. Disamping itu, dari proses produksi biogas akan dihasilkan limbah keluaran dari digester biogas yang dapat langsung dipergunakan sebagai pupuk organik pada tanaman atau budidaya pertanian. Limbah biogas merupakan pupuk organik yang sangat kaya akan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman. Bahkan unsur-unsur tertentu seperti protein, selulose, lignin dan lain-lain tidak dapat digantikan oleh pupuk kimia. Pupuk organik dari biogas telah dicobakan pada tanaman jagung, bawang merah dan padi.

Tabel 1. Komposisi Yang Terdapat Dalam Biogas

Jenis Gas

Volume (%)

Metana (CH4)

50-60

Karbondioksida (CO2)

30-40

O2, H2, dan H2S

1-2

Nilai kalori dari 1 m3 biogas setara dengan 0,6-0,8 liter minyak tanah. Untuk menghasilkan listrik 1kwh dibutuhkan 0,62-1 m3 biogas yang setara dengan 0,52 liter minyak solar. Oleh karena itu, biogas sangat bcocok digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang ramah loingkungan sebagai pengganti minyak tanah, LPG, butana, batubara, maupun bahan lain yang berasal dari fosil. Ketersediaan biogas dapat dilihat pada table 2.

Tabel 2. Biogas Dibandingkan dengan Bahan Bakar Lain

Keterangan

Bahan Bakar Lain

1 m3 Biogas

Elpiji 0,46 Kg

Minyak tanah 0,62 liter

Minyak Solar 0,52 liter

Bensin 0,80 liter

Gas kota 1,5 m3

Kayu bakar 3,5 Kg

Biogas dapat digunakan dengan cara yang sama seperti gas-gas mudah terbakar alinnya. Pembakaran biogas dilakukan dengan mencampurnya dengan sebagian oksigen (O2). Namun demikian, untuk mendapatkan hasil pembakaran yang optimal, perlu dilakukan prakondisi sebelum biogas dibakar yaitu melalui proses pemurnian/penyaringan. Hal ini karena biogas mengandung beberapa gas lain yang tidak menguntungkan. Sebagai salah satu contoh, kandungan gas hydrogen sulfida yang tinggi yang terdapat dalam biogas jika dicampur dengan oksigen dengan perbandingan 1:20 maka akan menghasilkan gas yang sangat mudah meledak. Namun, sejauh ini belum pernah dilaporkan kejadian terjadinya ledakan pada sistem biogas sederhana.

Beberapa hal yang menarik pada teknologi biogas adalah kemampuannya untuk membentuk biogas dari limbah organik yang jumlahnya berlimpah dan tersedia secara bebas. Variasi dan sifat-sifat biokimia menyebabkan produksi biogas juga bervariasi. Sejumlah bahan organik dapat digunakan bersama-sama dengan beberapa persyaratan produksi gas atau pertumbuhan normal bakteri metan yang sesuai. Beberapa sifat bahan organik tersebut mempunyai dampak yang nyata pada tingkat produksi gas.

 

Daftar Pustaka

 

D. Agusman., Rifky., dan Buono, Ario Kilat. 2017. Pengaruh Starter Ragi Dalam Proses Pembentukan Biogas Limbah Buah. Jurnal Seminar Nasional Teknoka Ke 2. Vol 2 37-43.

Wahyuni, Sri. 2015. Panduan Praktis Biogas. Penebar Swadaya. Jakarta

 

 

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Silahkan memberi komentar yang membangun EmoticonEmoticon