POLA TANAM JAGUNG

9:38 PM

 

"Keuntungan yang didapat dari sistem tanam ganda antara lain meningkatkan pertumbuhan, hasil dan kualitas tanaman yang disebabkan persaingan antar spesies berkurang jika dibandingkan persaingan dalam spesies. Tanaman yang ditanam pada sistem tanam ganda saling melengkapi dalam penggunaan sumber daya, menekan pertumbuhan gulma, hama dan penyakit"

Dalam sistem budidaya yang berwawasan lingkungan, adanya diversitas varietas atau spesies tanaman dalam suatu ruang sangat penting dalam upaya memperoleh lebih banyak sinar matahari, air, nutrisi dan energi. Kompetisi sumberdaya alam antara varietas atau spesies lebih sedikit bila dibandingkan dengan hanya satu varietas atau spesies dan ini memungkinkan untuk terjadinya peningkatan produksi. Menurut Sari et al (2020) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa interaksi antara pola tanam dan varietas jagung berpengaruh nyata terhadap suhu pertanaman jagung. Pola tanam monokultur menyebabkan suhu di sekitar tanaman jagung lebih tinggi dibandingkan dengan tumpangsari. Ketika memasuki umur 6 MST dan 8 MST, tanaman dengan pola tumpangsari saling menaungi sehingga suhu pertanaman pada pola tumpangsari dapat lebih rendah. Demikian pula dalam produktivitas jagung, pola tanam tumpangsari berpengaruh nyata pada bobot kering biji jagung per ubinan dan produktivitas, hal ini berkaitan dengan jarak tanam yang digunakan pada tiap perlakuan pola tanam tumpangsari. Jarak tanam yang rapat mengakibatkan proses penyerapan unsur hara menjadi kurang efesien, karena kondisi perakaran di dalam tanah yang saling bertaut sehingga kompetisi antar tanaman dalam mendapatkan unsur hara menjadi lebih besar.

row intercropping tanaman jagung

Pertanian tumpangsari merupakan teknologi tradisional yang penting dan menguntungkan bagi petani yang memiliki luas garapan relative sempit, karena pertanaman tumpangsari berperan dalam menaikkan efisiensi dan efektivitas penggunaan lahan, meningkatkan diversifikasi produk tanaman, stabilitas hasil tanaman, waktu dan tenaga serta semua sumber usahatani yang tersedia sepanjang tahun. Dengan demikian teknologi pertanian tumpangsari menjadi lebih penting untuk mewujudkan ketahanan pangan, kemandirian pangan dan kedaulatan pangan ( Maryana dan Priyanto, 2012).

Selain itu diversitas juga menghambat pergerakan hama dan pathogen sehingga mengurangi infestasi hama dan penyakit. Selama ini penggunaan pestisida khususnya yang bersifat sintesis berkembang luas karena dianggap paling cepat dan ampuh mengatasi gangguan hama. Namun, penggunaannya ternyata menimbulkan kerugian seperti resistensi hama, resurjensi hama, terbunuhnya musuh alami dan masalah pencemaran lingkungan dan sangat berbahaya bagi manusia. Menurut The CGIAR Systemwide Program on Integrated Pest Management (2010) dalam Sidauruk (2012) penggunaan pestisida yang tidak bijaksana ternyata juga menyebabkan tingginya kandungan pestisida pada produk hortikultura tersebut sehingga ditolak oleh pasar ekspor karena dianggap tidak sehat. Faktor utama yang mempengaruhi kesehatan tanaman adalah pemeliharaan kesehatan agroekosistem dengan mengurangi penggunaan pestisida dan menciptakan ekosistem yang sesuai bagi perkembangan predator, parasit, atau tanaman antagonis terhadap serangga hama. Hal ini dapat dilakukan dengan rotasi tanaman, pengaturan pola tanam, menanam tanaman perangkap, penggunaan mulsa, pheromone, allemones dan penggunaan pestisida nabati.

Salah satu cara pengelolaan agroekosistem adalah menciptakan keanekaragaman tanaman sehingga menciptakan ekosistem yang lebih kompleks layaknya ekosistem alami. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan pola tanam intercropping atau tumpang sari. Tumpang sari adalah suatu bentuk pertanaman campuran (polyculture) yang melibatkan dua atau lebih jenis tanaman pada suatu lahan/areal pertanaman pada waktu yang bersamaan atau hampir bersamaan. Keanekaragaman tanaman dapat menurunkan populasi serangga herbivor, semakin tinggi keragaman ekosistem dan semakin lama keragaman ini tidak diganggu oleh manusia, semakin banyak pula interaksi internal yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan stabilitas serangga. Pertanian campuran, dalam pendekatan ini, lebih dari satu jenis tanaman ditanam pada lahan yang sama. Hal ini mengurangi hama serangga fitofag dengan mendorong peningkatan musuh alami karena: (a) Distribusi temporal dan spasial yang lebih besar dari nektar dan sumber tepung sari; (b) Meningkatkan penutupan tanah, sangat penting bagi musuh diurnal; (c) Meningkatkan mangsa, menawarkan sumber makanan alternatif ketika spesies hama yang langka atau pada waktu yang tepat dalam siklus hidup predator. Hal ini juga mempengaruhi kemampuan hama untuk menemukan tanaman inang dengan memberikan perlawanan asosiasional, oleh tanaman nonhost melalui aroma senyawa volatile tanaman inang.

Pada tanaman jagung sistem pola tanam intercropping (tumpangsari) varietas atau spesies dapat melalui :

1.    Strip Intercropping

Tumpangsari sistem jalur (strip intercropping : menanam dua atau lebih jenis tanaman dengan masing-masing jenis tanaman ditanam secara berjalur dan berselingan, satu jalur terdiri dari satu jenis tanaman dalam beberapa baris, sehingga masing-masing jenis tanaman membentuk kelompok yang lebih luas)

2.    Row Intercropping

Tumpangsari sistem baris (row intercropping : menanam dua atau lebih jenis tanaman secara serempak, dengan jarak tanam dan barisan yang teratur). Menurut penelitian Indriani, Nyimas Popi, dkk (2017) pada tumpangsari sistem baris (row intercropping), dengan penambahan kerapatan tanaman kacang tanah pada jarak tanam tanaman jagung, ternyata tidak mengurangi kandungan kalsium dan fosfor tanaman jagung yaitu berturut-turut dari tumpangsari sistem baris 2:1 (dua baris tanaman jagung dan satu baris tanaman kacang tanah) menghasilkan kandungan kalsium 0,47% dan fosfor 0,14%. Tumpangsari sistem baris 1:1 (satu baris tanaman jagung dan satu baris tanaman kacang tanah) menghasilkan kandungan kalsium 0,51% dan fosfor 0,14%. Selanjutnya tumpangsari sistem baris 1:2 (satu baris tanaman jagung dan dua baris tanaman kacang tanah) mengandung kalsium 0,57% dan 0,15%. Selanjutnya pada tumpangsari sistem baris dengan penambahan kerapatan tanaman kacang tanah pada jarak tanam tanaman jagung juga tidak mengurangi kandungan kalsium dan fosfor tanaman kacang tanah yaitu mulai dari tumpangsari sistem baris 2:1 menghasilkan kandungan kalsium 1,76% dan fosfor 0,17%. dan pada tumpangsari sistem baris 1:1 menghasilkan kandungan kalsium 1,45% dan fosfor 0,16%.

3.    Relay Intercropping

Tanam sisip (relay intercropping : menanam dua atau lebih jenis tanaman dengan salah satu jenis tanaman ditanam diantara tanaman terdahulu, pada saat tanaman terdahulu berada dalam fase generatif yaitu berbunga atau mendekati waktu panen).

desain polikultur

Keuntungan yang didapat dari sistem tanam ganda antara lain meningkatkan pertumbuhan, hasil dan kualitas tanaman yang disebabkan persaingan antar spesies berkurang jika dibandingkan persaingan dalam spesies. Tanaman yang ditanam pada sistem tanam ganda saling melengkapi dalam penggunaan sumber daya, menekan pertumbuhan gulma, hama dan penyakit. Keanekaragaman spesies tanaman dalam ekosistem pertanian dapat membatasi penyebaran hama, penyakit dan gulma. Meningkatkan kesuburan tanah. Konsevasi kesuburan tanah adalah bentuk rotasi yang dilakukan setiap musim. Bakteri rizobium mampu memiliki hubungan simbiosis dengan leguminosa dan dapat memfiksasi nitrogen diatmosfir menjadi nitrogen yang tersedia bagi tanaman leguminosa dan non leguminosa serta ditambahkan ke tanah (Mousavi dan Eskandari, 2011).

Dengan intercropping varietas berarti terdapat banyak varietas jagung dalam areal yang luas, sedangkan dengan intercropping spesies, selain jagung terdapat komoditas lain seperti komoditas kacang kacangan atau komoditas perkebunan. Pada lahan perkebunan, tanaman jagung bisa di-intercropping misalnya dengan kelapa dalam atau dengan tanaman kakao yang baru ditanam.

 

Daftar Pustaka

Indriani, Nyimas Popi., dkk. 2017. Meningkatkan Produktivitas Tanaman Pakan Melalui Sistem Tanam Ganda. Pastura. Volume 5 Nomor 2 94-97

Maryana., dan Priyanto, Sugeng. 2012. Peran Pertanian Tumpangsari Untuk Mendukung Kedaulatan Pangan. Seminar Nasional Pangan. UPN Veteran Yogyakarta

Mousavi, S. R., H. Eskandari. 2011. A General overview on intercropping and its advantages in sustainable Agriculture. J. Appl. Environ.biol.Sci. 1(11):482-486.

Sari, Siti Hapita., Munif Ghulamahdi, Willy Bayuardi Suwarno, dan Maya Melati. 2020. Kajian Berbagai Pola Tanam terhadap Peningkatan Produktivitas Jagung dan Kedelai dengan Berbagai Varietas Jagung. J. Agron. Indonesia, Desember 2020, 48(3):227-234

Sidauruk, Lamria. 2012. Polikultur Sebagai Strategi Pengelolaan Hama Pada Ekosistem Pertanian Berkelanjutan. Majalah Ilmiah Methoda Volume 2, Nomor 2, Mei-Agustus 2012 : 1-13

 

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Silahkan memberi komentar yang membangun EmoticonEmoticon