SEGMENTASI USAHA IKAN NILA

12:02 AM Add Comment

 

larva nila

Secara garis besar segmen usaha terbagi menjadi segmen penjualan larva, pendederan, dan pembesaran. Setiap segmen memiliki keuntungan masing-masing. Sebaiknya pilih segmen sesuai sumber daya yang dimiliki

1.    Larva 15 hari

Lokasi dekat sebaiknya dengan pasar potensial. Segmen pembenihan hingga menghasilkan larva banyak dilakukan pembudidaya ikan di wilayah Sukabumi dan sekitarnya. Jika larva diantar langsung oleh penjual, pembeli biasanya tidak mau menanggung risiko kematian di tempat tujuan. Mengingat larva tidak memiliki daya tahan tinggi untuk melakukan perjalanan jauh, biasanya peminat larva asal Sukabumi berada di seputaran Jawa Barat seperti Subang, Bogor, Cianjur, Serang, dan Bandung. Artinya wilayah pemasaran relatif dekat. Peminat larva kebanyakan membesarkan larva hingga ukuran benih untuk pembesaran.

Segmen larva ini memiliki keunggulan dan kelemahan yaitu : (1) Budidaya dilakukan di kolam air tenang, (2) Modal yang dibutuhkan relatif tinggi. (3) Untuk menghasilkan larva dalam jumlah banyak diperlukan induk berkualitas. (4) Harga induk nila berkisar antara Rp4-juta—Rp6-juta per paket tergantung jenisnya. (5) Skala ekonomis kolam pemijahan juga membutuhkan luasan lebih besar dibandingkan kolam pendederan dan pembesaran. ltu karena kepadatan kolam pemijahan mempengaruhi kenyamanan ikan memijah. (6) Selain itu, walaupun nila mudah memijah, keterampilan dan pengetahuan yang cukup diperlukan pekerja dalam mengelola induk agar induk tidak mati karena stres. (7) Induk yang baik dapat berproduksi hingga 2 tahun. (8) Panen paling cepat dibandingkan 2 segmen lainnya. Panen larva dapat dilakukan 15 hari setelah induk memijah. Setelah diberokkan beberapa jam hingga 1 hari, larva dapat langsung dijual. (9) Artinya, perputaran uang lebih cepat dibandingkan segmen pembesaran.

 

2.    Pendederan 15—30 hari

Inti segmen pendederan adalah pemeliharaan benih dengan pakan yang efisien hingga siap untuk segmen pembesaran. Keunggulan dan kelemahan segmen pendederan adalah : (1) Benih ukuran 2—7 cm relatif tahan menempuh perjalanan jauh dengan pengemasan yang baik. Namun lebih baik jika lokasi usaha mendekati pasar potensial. (2) Modal yang dibutuhkan untuk mencapai skala ekonomis lebih rendah dibandingkan modal yang dibutuhkan untuk mencapai skala ekonomis segmen larva. (3) Aspek penting yang perlu diperhatikan antara lain aklimatisasi larva dan serangan hama selama pemeliharaan. Keduanya merupakan penyumbang penurunan hasil panen terbanyak. (4) Budidaya dilakukan di kolam air tenang. (5) Lama panen bervariasi, pendederan I : 15 hari, pendederan II : 30 hari.

 

3.    Pembesaran 4-5 bulan

Keunggulan dan kelemahan segmen pembesaran adalah sebagai berikut : (1) Budidaya dapat dilakukan di keramba jarring apung, kolam air deras dan kolam air tenang. (2) Lama panen 4-5 bulan. (3) Segmen yang paling signifikan mengalami fluktuasi harga jual.

 

CARA MENGANTISIPASI KEKURANGAN OKSIGEN DI KOLAM IKAN NILA

12:00 AM Add Comment

 

enceng gondok dipermukaan kolam bisa menyebabkan kekurangan oksigen di air

Untuk dapat bertahan hidup, ikan memerlukan oksigen terlarut 1 mg/l. Sebenarnya dalam kondisi oksigen terlarut 3 mg/l, ikan sudah merasa nyaman, namun untuk budidaya disarankan kadar oksigen terlarut yang optimal sebesar 5 mg/l. Kadar oksigen terlarut dalam air dapat menurun disebabkan booming plankton, ikan mati yang membusuk, dan bahan organik yang membusuk. Penyebabnya kebanyakan karena aplikasi pupuk organik berlebihan. Itu karena bahan organik yang berasal dari pupuk membusuk kemudian menyerap oksigen dan mengeluarkan karbondioksida.

Kekurangan oksigen dapat menyebabkan kematian massal di kolam. Ciri kekurangan oksigen terlarut: ikan muncul di permukaan air mencari oksigen; air kolam kecokelatan hingga keabuan serta berbau. Cara mencegah penurunan oksigen terlarut pada kola mikan nila adalah sebagai berikut:

1.    Singkirkan tanaman di atas permukaan air seperti kangkung atau eceng gondok agar sinar matahari yang dibutuhkan bagi proses fotosintesis fitoplankton untuk memproduksi oksigen tidak terhalang.

2.    Padat tebar jangan melebihi populasi yang disarankan.

3.    Jangan memberikan pakan berlebihan karena dapat menimbulkan pengendapan di dasar kolam.

4.    Aplikasi pupuk organik sesuai anjuran.

 

FAKTA MENARIK IKAN NILA

11:57 PM Add Comment

 

ikan nila

Tingkat adaptasi nila di berbagai kondisi lingkungan sangat luas. Di daerah asalnya, benua Afrika, nila dapat hidup mulai di perairan dangkal maupun datam, rawa, danau alam, danau buatan, mata air panas, danau asam, danau basa, danau air payau, danau kawah, danau buatan, hingga perairan laut. Namun, untuk budidaya nila di kolam beberapa hal umum terkait kondisi lingkungan yang disukai perlu diperhatikan agar pertumbuhan cepat dan menguntungkan secara ekonomi. Berikut adalah 8 fakta menarik dari ikan nila :

1.    Budidaya nila dapat dilakukan di keramba jaring, kolam air tenang, dan kolam air deras. Baik air tawar maupun air payau. Di perairan dengan salinitas tinggi, nila dapat dibudidayakan namun tetap dengan syarat aklimatisasi bertahap yang tepat

2.    Nila dapat dibudidayakan hingga ketinggian 500 m dpl dengan suhu optimal 140C—380C. Di atas ketinggian itu, metabolisme ikan terganggu. Nila bisa stres bahkan mogok makan karena terlalu dingin sehingga pertumbuhan lambat. Pakan pun menjadi tidak efisien. Pemijahan secara alami terjadi pada suhu 220C—370C selanjutnya ikan dapat dikembangbiakan pada suhu 25 0C—300C

3.    Nila memijah di dasar perairan dengan membuat cekungan sarang. Itu sebabnya pemijahan dalam budidaya nila dilakukan di kolam tanah atau kolam tembok berdasar tanah agar memudahkan pejantan membuat sarang alami.

4.    Walaupun nila mentoleransi tingkat keasaman 5—11, pertumbuhan optimal terjadi pada kisaran pH 7—8. Pada pH 5—6,5 pertumbuhan nila dapat terhambat karena pertumbuhan makanan alami berkurang. Sedangkan reproduksi terhenti pada pH 4—5. Di bawah pH 4 dan di atas pH 11, ikan mati. Pengecekan tingkat keasaman dapat menggunakan kertas lakmus ataupun pH meter. Bisa juga dengan merasakan air secara langsung dengan indera pengecap. Bila asam berarti pH rendah, bila pahit berarti pH tinggi alias basa. Untuk menormalkan pH, lakukan pengapuran dan manajemen air yang baik. Air yang bersumber dari rawa dan sumber air yang menggenang biasanya bersifat relatif asam.

5.    Tergolong omnivore/pemakan segala. Menyukai plankton, fitoplankton dan zooplankton hingga tanaman kecil dan lumut yang tumbuh di sekitar kolam atau lingkungan tempatnya berkembangbiak.

6.    Tidak menyukai hidrogen sulfida (HS) yang muncul dari dasar kolam sebagai efek penguraian dan penghancuran bahan organik. Gas itü dideteksi lewat baunya yang tajam seperti telur busuk. Gejala yang muncul terlihat adanya pendarahan pada bagian insang hingga kematian ikan secara massal. Itu sebabnya perlu dilakukan pengeringan kolam hingga dasar tanah mengering dan pecah-pecah. Bila tidak memungkinkan, lakukan pembuangan lumpur dasar kolam dengan bantuan alat penyapu dan air bersih. Bila tercium, jangan lakukan penaburan pupuk lakukan penanggulangan terlebih dahulu.

7.    Tidak menyukai air yang keruh karena lumpur tetapi menyukai air keruh kehijauan atau kecokelatan karena mengandung banyak plankton.

8.    Nila pada dasarnya tahan salinitas tinggi asalkan melalui proses aklimatisasi yang tepat. Namun nila normal bertelur pada air tawar dengan salinitas 5 g/l. Tingkat salinitas yang lebih tinggi mengakibatkan jumlah benih yang dihasilkan berkurang. Untuk itu umumnya pembenihan nila dilakukan di kolam ait tawar.

 

PASCA PANEN TANAMAN CABAI

2:29 AM Add Comment

 

cabai merah. sumber pxfuel.com

Teknologi penanganan cabai segar dapat diawali sejak proses pemetikan yang tepat serta pemisahan dengan buah yang busuk untuk menghindari terjadinya penularan ke buah cabai yang sehat. Pada saat proses panen, sebaiknya cabai merah sesegera mungkin ditempatkan pada kondisi yang sejuk serta tidak ditutup secara rapat. Proses curing (pembentukan dan kestabilan warna) dilakukan terlebih dahulu sebelum proses penanganan pascapanen lainnya.

Cabai segar dapat langsung dan dipisahkan sesuai mutu atau dapat dilakukan proses pascapanen lainnya sesuai dengan tujuan pemasaran. Pada proses sortasi dan grading ini, sudah dapat ditentukan cabai akan dapat dijual segar atau diolah menjadi alternatif produk lain. Cabai yang memiliki mutu sesuai dengan persyaratan SNI 01-4480-1998. Pasca panen tanaman cabai terdiri dari beberapa tahapan yaitu : pengumpulan, sortasi, pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan.

1.    Pengumpulan

Lokasi pengumpulan/penampungan harus didekatkan dengan tempat pemanenan agar tidak terjadi penyusutan atau penurunan kualitas akibat pengangkutan dari dan ke tempat penampungan yang teralu lama/jauh. Perlakuan/tindakan penanganan dan spesifikasi wadah yang digunakan harus disesuaikan dengan sifat dan karakteristik komoditi yang ditangani

2.    Sortasi

Sortasi merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan penangana pascapanen yang umumnya dikerjakan dalam bangsal pengemasan. Kegiatan sortasi biasanya dilakukan dilakukan bersam-sama dengan pengukuran mutu berdasarkan persyaratan yang telah ditetapkan (grading). Grading pada cabai merah belum ada, karena penentuan mutu cabai nasional belum dilakukan. Namun dewasa ini grading cabai merah didasarkan pada prefensi konsumen, yaitu konsumen rumah tangga.

Hasil pertanian setelah dipanen perlu dilakukan sortasi dan pembersihan, dengan cara memisahkan hasil pertanian yang berkualitas kurang baik (cacat, luka, busuk dan bentuknya tidak normal) dari hasil pertanian yang berkualitas baik. Pada proses sortasi ini dapat sekaligus dilakukan proses pembersihan (membuang bagian bagian yang tidak diperlukan seperti tangkai, daun atau kotoran yang tercampur). Selama sortasi harus diusahakan agar terhindar dari kontak sinar matahari langsung karena akan menurunkan bobot / terjadi pelayuan dan meningkatkan aktivitas metabolisme yang dapat mempercepat proses pematangan / respirasi.

Tabel 1. Spesifikasi Persyaratan Mutu Cabai Merah Segar (SNI 01-4480-1998)

Karakteristik

Syarat

Mutu I

Mutu II

Mutu III

Keseragaman Warna

Merah ≥ 95%

Merah ≥ 95%

Merah ≥ 95%

Keseragaman

Seragam (98%)

Seragam (98%)

Seragam (98%)

Bentuk

98 normal

96 normal

95 normal

Keseragaman ukuran

 

 

 

a.    Cabai merah segar

 

 

 

-      Panjang buah

12–14 cm

9–11 cm

< 9 cm

-      Garis tengah pangkal

1,5–1,7 cm

1,3–< 1,5 cm

< 1,3 cm

b.    Cabai merah keriting

 

 

 

-      Panjang buah

>12–17 cm

10 –< 12 Cm

< 10 cm

-      Garis tengah pangkal

>1,3 – 1,5 cm

1 – <1,3 cm

< 1cm

Kadar kotoran

1

2

5

Tingkat kerusakan dan busuk

 

 

 

a.    Cabai merah segar

0

1

2

b.    Cabai merah keriting

0

1

2

 

3.    Pengemasan

Pengemasan sangat penting dilakukan pada cabai dengan tujuan untuk melindungi mutu cabai sebelum dipasarkan. Pengemasan yang yang baik dapat mencegah kehilangan hasil, mempertahankan mutu dan penampilan, serta memperpanjang masa simpan cabai. Kemasan yang biasa digunakan untuk memudahkan penyimpanan dan pengangkutan cabai di pasar domestik adalah keranjang bamboo, peti kayu/plastic. Kemasan yang ideal adalah yang mudah diangkat, aman, ekonomis dan dapat menjamin keberhasilan produk. Kemasan yang biasa digunakan pedagang adalah jala dengan kapasitas 9-100 Kg kemasan ini sangat praktis, tetapi tidak dapat melindungi cabai dari kerusakan mekanis dan fisiologis, terutama pada saat ditimbang maupun pada saat pengangkutan.

Volume kemasan sebaiknya tidak melebih dari 25 kg karena kemasan yang terlalu besar dapat menurunkan kualitas cabai, terutama yang berada di bagian bawah. Kemasan yang baik dapat menekan benturan, mempermudah, dan mengurangi penguapan. Prinsip pembuatan kemasan adalah ekonomis, bahannya tersedia, mudah dibuat, ringan dan kuat dapat melindungi komoditas, berventilasi dan tidak bau. Kemaslah buah cabai dalam karung plastik yang tembus udara atau keranjang bambu atau karton. Jika buah cabai untuk sasaran pasar ekspor, maka sebaiknya dikemas dengan baik secara rapi dalam kardus-kardus ukuran 30 cm x 40 cm x 50 cm berisi kurang leih dari 20 kg, kardus yang digunakan sebaikanya diberi ventilasi atau berlubang.

4.    Penyimpanan

Penanganan pascapanen sangat penting dilakukan untuk mempertahankan mutu cabai merah karena sifatnya yang mudah rusak akibat aktivitas kimia dan biologis. Dalam proses sortasi dilakukan pemisahan antara buah yang baik dengan yang rusak ataupun busuk. Kematangan cabai disesuaikan dengan permintaan, lama penyimpanan dan lamanya transportasi ke pasar. Buah yang akan segera dijual dalam bentuk segar dipanen matang, sedangkan buah yang akan dikirim jarak jauh dipanen pada saat buah matang hijau. Buah yang akan dikeringkan dipanen setelah matang penuh atau berwarna merah.

5.    Pengangkutan

Pengangkutan merupakan mata rantai penting dalam penanganan pascapanen dan distribusi cabai. Untuk memperpanjang kesegaran, biasanya pedagang memerlukan alat angkut yang cocok untuk memperlancar pemasaran. Jika jumlah cabai yang dipasarkan sedikit, biasanya petani/pedagang menggunakan pikulan, sepeda atau gerobak. Selama pengangkutan, cabai dapat mengalami kerusakan mekanis karena kontak dengan wadah atau dengan cabai yang Iain akibat goncangan. Kerusakan fisiologis juga bisa terjadi akibat gangguan \metabolisme dalam bahan. Proses respirasi yang masih berlangsung dalam cabai yang ditumpuk menghasilkan H20, C02, dan energi dalam bentuk panas. Jika panas yang dihasilkan berlebihan akan mengakibatkan cabai menjadi layu, respirasi makin cepat, dan jaringan sel mati.

 

PANEN PADA TANAMAN CABAI

2:24 AM Add Comment

 

gambar cabai merah. sumber pxfuel.com

Pada proses pemanenan cabai pertama yang perlu diperhatikan adalah menentukan saat panen yang tepat. Penentuan saat panen adalah memantau/melihat keadaan fisik tanaman untuk menentukan saat panen yang tepat, tujuannya agar diperoleh mutu dan produksi cabai lebih optimal. Penentuan saat panen dilakukan dengan melihat perkembangan/perubahan fisik buah terutama pada warna buah cabai yang hijau menjadi merah sempurna mencapai 80 - 85 % tingkat kematangan, dan dapat juga disesuaikan dengan permintaan pasar/konsumen. Panen juga bisa dilakukan jika kondisi buah cabai telah masak sempurna yang ditandai dengan perubahan warna merah pada seluruh permukaan kulit cabai. Apabila cabai dipanen sebelum matang sempurnah biasanya memiliki noktah kehitaman pada kulitnya.

Pada umumnya Cabai dipanen pada umur 75 - 85 hari setelah tanam di areal pertanaman dataran rendah ,dan pada umur 90-100 hari setelah tanam di dataran tinggi, dengan interval panen 3-7 hari. Budidaya cabai bisa dilakukan secara monokultur atau tumpang sari dengan tanaman Iainnya. Dalam satu periode tanam, cabai dapat dipanen beberapa kali bila musim dan perawatannya baik dapat di panen 15 - 17 kali, namun umumnya sebanyak 10- 12 kali.

Waktu panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena bobot buah dalam keadaan optimal akibat penimbunan zat pada malam hari dan belum terjadi penguapan. Buah yang dipetik setelah matang berwarna orange sampai merah Umumnya buah cabai di petik apabila telah masak penuh, ciri-cirinya seluruh bagian buah berwarna merah. Di dataran rendah masa panen pertama adalah pada umur 75 - 85 hari setelah tanam, dengan interval waktu panen 2 - 3 hari. Sedangkan di dataran tinggi agak Iambat yaitu pada tanaman berumur 90 - 100 hari setelah tanam dengan interval panen 3 — 5 hari. Secara umum interval panen buah cabai merah berlangsung selama 1,5 - 2 bulan.

Produksi puncak panen adalah pada pemanenan hari ke - 30 yang dapat menghasilkan 1-1,5 ton perhektar untuk sekali panen. Buah cabai merah yang di panen tepat masak dan tidak segera di pasarkan akan terus melakukan proses pemasakan, sehingga perlu adanya penempatan khusus. Oleh karena itu hasil produksi cabai merah sebaiknya di tempatkan pada ruang yang sejuk, terhindar dari sinar matahari, cukup oksigen dan tidak lembab.

Cara pemetikan yang baik adalah bukan asal di petik biasa mengakibatkan tangkai cabai patah, sebaiknya melakukan pemetikan dengan hati-hati, hindari terjadinya luka pada cabang dan ranting dengan melakukan pemetikan, sebaiknya gunakan gunting untuk menghindari terjadinya kerusakan pada tangkai. Apabila cabai mau dipasarkan dalam bentuk segar maka segera dipasarkan setelah dipanen dan pemanenan pada waktu cabai sudah masak atau merah secara merata.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pemanenan cabai adalah sebagai berikut :

a.    Upayakan agar hasil panen tidak terkena sinar matahari langsung

b.    Lakukan pemanenan setelah seluruh buah cabai telah mencapai tingkat kematangan yang sama atau telah berwarna merah

c.     Lakukan pemetikan setelah air habis dari permukaan kulit buah, hal ini dilakukan untuk mengurangi terjadinya kontaminasi mikroba pembusuk

d.    Pada saat pemanenan, hindari terjadinya luka dan patah pada cabang dan ranting

e.    Pisahkan segerah buah yang busuk dengan buah yang sehat agar tidak terjadi penularan penyakit dari cabai yang busuk ke cabai yang sehat.

 

PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN CABAI

2:20 AM Add Comment

 

gulma di sekitar tanaman cabai

Pengendalian gulma pada tanaman cabai selain dengan memanfaatkan mulsa plastik hitam perak juga bisa menggunakan beberapa cara. Yaitu dengan memanfaatkan herbisida dan melakukan pengendalian secara mekanis :

1.    Penggunaan Herbisida. Penggunaan herbisida ataupun zat kimia lain untuk membasmi gulma, harus dilakukan secara hati-hati dan bijaksana dengan memenuhi 6 (enam) tepat, yaitu Tepat mutu, Tepat waktu, Tepat sasaran, Tepat takaran, Tepat konsentrasi, Tepat cara aplikasinya. Selain itu, harus pula mempertimbangkan efisiensi, efektifitas, dan aman bagi lingkungan. Cara kerja herbisida dikelompokkan menjadi dua yaitu: herbisida kontak dan sistemik

a.    Herbisida Kontak.

Herbisida ini hanya mampu membasmi gulma yang terkena semprotan saja, terutama bagian yang berhijau daun dan aktif berfotosintesis. Keistimewaannya, dapat membasmi guima secara cepat, 2-3 jam setelah disemprot guima sudah layu dan 2-3 hari kemudian mati. Sehingga bermanfaat jika waktu penanaman harus segera dilakukan. Kelemahannya, gulma akan tumbuh kembali secara cepat sekitar 2 minggu kemudian. Contoh herbisida kontak adalah paraquat.

b.    Herbisida Sistemik.

Cara kerja herbisida ini di alirkan ke dalam jaringan tanaman gulma dan mematikan jaringan sasarannya seperti daun, titik tumbuh, tunas sampai ke perakarannya. Keistimewaannya, dapat mematikan tunas - tunas yang ada dalam tanah, sehingga menghambat pertumbuhan gulma tersebut. Contoh herbisida sistemik adalah glifosat, sulfosat.

Waktu aplikasi herbisida harus disesuaikan dengan tujuan dan sasarannya. Herbisida untuk penyiapan lahan (pra-tanam), dan herbisida untuk pemeliharaan (pra-tumbuh dan pasca-tumbuh) berbeda penggunaannya. Pratanam adalah herbisida disemprotkan kepada gulma yang sedang tumbuh sebagai penyiapan lahan sebelum tanam. Herbisida pra-tanam adalah glifosat dan paraquat, dengan takaran sesuai anjuran. Pratumbuh, herbisida yang diaplikasikan sebelum gulma dan tanaman berkecambah, atau herbisida yang diaplikasikan pada gulma belum berkecambah tetapi tanaman sudah tumbuh. Aplikasi herbisida biasanya dilakukan pada 0-4 hari setelah pengolahan tanah (sebelum atau setelah tanam).

Cara mengaplikasikan herbisida, herbisida akan berhasil dan efektif apabila digunakan dengan benar sesuai petunjuk yaitu : merata keseluruh areal sasaran dan takaran sesuai dengan kebutuhan per satuan luas.

 

2.    Menggunakan tangan. Tehnik pengendalian gulma dengan mekanik pada jenis-jenis gulma terutama gulma yang berdaun lebar, yang baru tumbuh dan mempunyai perakaran yang dangkal dapat dilakukan dengan cara mencabut secara manual dengan meng gunakan tangan.

 

3.    Menggunakan cangkul. Teknik pengendalian gulma dengan menggunakan cangkul, sangat mudah dilaksanakan, yaitu dengan cara mencangkul permukaan tanah yang ditumbuhi oleh gulma/tanaman liar yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu pertumbuhan tanaman cabai merah. Pada saat mencangkul gulma diusahakan kedalaman cangkul dapat mengangkat tanaman gulma berikut dengan akarnya, dengan kemiringan cangkul 450, kemudian gulma yang telah dicangkul dibersihkan dari tanah yang masih terikut dan selanjutnya gulma-gulma tersebut dibuang.

 

4.    Membumbun tanaman cabai. Pembumbunan tanaman umumnya dilakukan petani dengan menggunakan cangkul. Tanah disekitar tanaman diambil dengan cangkul dan dipindahkan ke sekitar perakaran tanaman. Cara pembumbunan seperti ini efektif memperkuat perakaran tanaman. Kegiatan pembumbunan biasanya dilakukan bersamaan dengan penyiangan pertama dan pembuatan saluran, atau setelah pemupukan ke dua (35 HST) bersamaan dengan penyiangan ke dua secara mekanis.