lele hasil budidaya |
I. Macam Teknik Budidaya dan Tempat (Wadah) Budidaya
Macam Teknik Budidaya
a. Budidaya secara terbuka (open system)
Budidaya secara terbuka merupakan budidaya di perairan terbuka. Contoh : Karamba di Rawa Pening
Keunggulan : Biaya murah
Kekurangan : hama dan penyakit sulit dikontrol
b. Budidaya secara tertutup (closed system)
Budidaya secara tertutup adalah budidaya dimana pengisian air hanya dilakukan sesekali (pada waktu awal budidaya dan pada saat dilakukan penambahan air), sedangkan untuk menjaga kualitas air tetap baik dilakukan dengan sistem re-sirkulasi (pemfilteran). Contoh : Kolam re-sirkulasi.
Keunggulan : Hama dan penyakit mudah dikontrol
Kekurangan : Biaya mahal
c. Budidaya secara semi terbuka (semi-closed system)
Budidaya secara semi terbuka adalah budidaya dengan mengalirkan air dari sumber air ke kolam (wadah budidaya) untuk kemudian dialirkan keluar ke saluran pembuangan. Contoh : Budidaya pada kolam tanah
Keunggulan : hama dan penyakit mudah dikontrol daripada istem terbuka, biaya lebih murah dibandingkan istem tertutup
Kekurangan : harus ada sumber air yang mengalir
Macam Tempat (Wadah) Budidaya
a. Kolam
Terdapat beberapa model kolam : kolam tanah, kolam beton, dan kolam plastik. Tiap model kolam mempunyai kekurangan dan kelebihan tersendiri, yang perlu menjadi perhatian adalah ketinggian air berkisar antara 70 – 100 cm, agar tidak terjadi fluktuasi suhu yang tinggi ; kemiringan dasar kolam, agar memudahkan dalam melakukan pengurasan dan pembersihan endapan. Khusus untuk kolam yang dasarnya tanah perlu diperhatikan pula tingkat keporusan tanah (kedap air atau tidak).
Macam Teknik Budidaya
a. Budidaya secara terbuka (open system)
Budidaya secara terbuka merupakan budidaya di perairan terbuka. Contoh : Karamba di Rawa Pening
Keunggulan : Biaya murah
Kekurangan : hama dan penyakit sulit dikontrol
b. Budidaya secara tertutup (closed system)
Budidaya secara tertutup adalah budidaya dimana pengisian air hanya dilakukan sesekali (pada waktu awal budidaya dan pada saat dilakukan penambahan air), sedangkan untuk menjaga kualitas air tetap baik dilakukan dengan sistem re-sirkulasi (pemfilteran). Contoh : Kolam re-sirkulasi.
Keunggulan : Hama dan penyakit mudah dikontrol
Kekurangan : Biaya mahal
c. Budidaya secara semi terbuka (semi-closed system)
Budidaya secara semi terbuka adalah budidaya dengan mengalirkan air dari sumber air ke kolam (wadah budidaya) untuk kemudian dialirkan keluar ke saluran pembuangan. Contoh : Budidaya pada kolam tanah
Keunggulan : hama dan penyakit mudah dikontrol daripada istem terbuka, biaya lebih murah dibandingkan istem tertutup
Kekurangan : harus ada sumber air yang mengalir
Macam Tempat (Wadah) Budidaya
a. Kolam
Terdapat beberapa model kolam : kolam tanah, kolam beton, dan kolam plastik. Tiap model kolam mempunyai kekurangan dan kelebihan tersendiri, yang perlu menjadi perhatian adalah ketinggian air berkisar antara 70 – 100 cm, agar tidak terjadi fluktuasi suhu yang tinggi ; kemiringan dasar kolam, agar memudahkan dalam melakukan pengurasan dan pembersihan endapan. Khusus untuk kolam yang dasarnya tanah perlu diperhatikan pula tingkat keporusan tanah (kedap air atau tidak).
kolam terpal untuk budidaya lele |
b. Karamba
Budidaya pada karamba biasa dilakukan pada perairan terbuka, seperti laut, pantai, rawa, waduk, danau, sungai dll. Dilakukan dengan memasang jaring (mata jaring 3 mm) di dalam perairan.
II. Persiapan Kolam
Sebelum digunakan, kolam sebaiknya dikeringkan terlebih dahulu beberapa hari untuk membunuh bibit-bibit penyakit yang mungkin ada. Setelah kolam diisi air selanjutnya kolam dipupuk dengan kotoran ayam yang telah dikeringkan sebanyak 150 – 300 gram/m2 dan kapur sebanyak 15 – 30 gram/m2. Tujuan pemberian pupuk adalah untuk memacu pertumbuhan pakan alami, sedangkan kapur digunakan untuk menaikkan pH kolam. Selain sebagai pakan, tumbuhnya pakan alami (fitoplankton) dapat juga berguna sebagai penyangga atau buffer kestabilan suatu perairan (pH, suhu, dll). Kolam siap ditebari benih ikan lele setelah 2 – 3 hari.
III. Pemilihan dan Penebaran Benih
Pemilihan Benih
Dalam memilih benih perlu diperhatikan adalah :
a. Kesehatan benih.
Benih yang sehat memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
- tidak menggantung di permukaan air
- aktif bergerak
- responsif
- tidak cacat
- tidak pucat
b. Keseragaman benih
Benih yang ditebar sebaiknya berukuran seragam. Hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko kanibalisme selama masa pemeliharaan.
c. Kualitas indukan
Benih yang ditebar harus berasal dari induk yang baik, karena akan berpengaruh pada kualitas benih selanjutnya.
Sebelum benih dibeli/diangkut sebaiknya benih dipuasakan terlebih dahulu selama ± 24 jam. Hal ini dilakukan agar selama dalam proses pengangkutan, resiko peningkatan amonia dalam air dapat dikurangi.
Penebaran Benih
Setelah kolam siap, maka benih siap ditebar. Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Hal ini bertujuan untuk mengurangi tingkat stres selama penebaran benih. Sebelum benih ditebar dilakukan aklimatisasi (penyesuaian/adaptasi) terlebih dahulu. Aklimatisasi dilakukan untuk mengurangi tingkat stres benih akibat adanya perbedaan antara kualitas air di dalam kolam dengan kualitas air yang ada di dalam plastik wadah benih. Aklimatisasi dapat dilakukan dengan cara memasukan/merendam wadah kantong plastik yang berisi benih ke dalam kolam selama beberapa waktu sampai suhu air dalam plastik dan kolam relatif sama. Apabila suhu air di dalam plastik dan kolam sudah sama, maka benih dapat ditebar dengan cara membuka plastik dan membiarkan benih keluar sendiri. Kepadatan benih yang ditebar berkisar antara 100–400 ekor/m2, tergantung pada ukuran benih, tingkat keahlian petani dan daya tampung kolam.
IV. Pemeliharaan
Manajemen Kualitas Air
Air merupakan faktor yang sangat penting di dalam melakukan budidaya ikan. Air merupakan tempat/media hidup bagi ikan. Kualitas air yang buruk dapat menghambat pertumbuhan ikan, memunculkan berbagai macam penyakit ikan, bahkan dapat menyebabkan kematian bagi ikan. Beberapa komponen kualitas air yang perlu diperhatikan dalam budidaya lele diantaranya adalah :
a. Suhu Air
Suhu air minimum bagi ikan lele adalah 20 0C, sedangkan maksimumnya adalah 30 0C. Suhu air optimum bagi lele adalah sekitar 24 – 27 0C. Semakin tinggi suhu air maka semakin tinggi pula tingkat metabolisme ikan. Suhu air yang semakin tinggi akan menjadikan kandungan oksigen dalam suatu perairan mengalami penurunan. Sedangkan suhu air yang terlalu rendah dapat mengakibatkan menurunnya tingkat metabolisme, menurunnya nafsu makan, terhambatnya pertumbuhan, bahkan dapat mengakibatkan munculnya beberapa jenis penyakit pada lele. Suhu yang fluktuatif (naik-turun) dapat mengakibatkan lele menjadi stres dan mudah terserang penyakit.
Untuk menjaga agar suhu air tetap optimum (stabil) dapat dilakukan dengan cara menutup kolam dengan plastik dan mempertahankan kedalaman air (70-100 cm). Selain itu fitoplankton yang terdapat dalam perairan juga mampu berperan di dalam menjaga kestabilan suhu air.
b. Kandungan Oksigen (DO)
Kandungan oksigen dalam kolam lele sebaiknya diatas 3 ppm (part permillion). Rendahnya kandungan oksigen dalam suatu perairan dapat dilihat dari tingkah laku ikan yang gasping (megap-megap) di permukaan, terutama pada pagi hari (belum terlihat sinar matahari). Walaupun lele memiliki alat pernafasan tambahan, tetapi keberadaan oksigen dalam perairan mutlak diperlukan untuk kelangsungan hidupnya.
c. Kandungan Karbondioksida (CO2)
Pada kadar tertentu CO2 bisa bersifat racun. Sebaiknya jumlah CO2 ¬dalam perairan tidak lebih dari 15 ppm. CO2 merupakan hasil respirasi (pernafasan) dari lele dan tumbuhan (fitoplankton) di malam hari. Perlu diwaspadai ketika malam hari dimana tidak terdapat sinar matahari, maka fitoplankton dan tumbuhan air lainnya akan menghasilkan CO2. Oleh karena itu hendaknya jumlah fitoplankton dan tumbuhan air dalam kolam juga dibatasi. Air hujan dapat juga meningkatkan kandungan CO2 dalam perairan. Peningkatan CO2 di dalam perairan akan diikuti pula dengan penurunan pH air.
d. Derajat Keasaman (pH)
pH optimal untuk lele adalah berkisar 6,5 – 8.
e. Amonia (NH3)
Amonia adalah zat beracun yang dapat membahayakan bagi ikan. Sebaiknya kandungan amonia dalam air tidak lebih dari 0,005 ppm. Amonia berasal dari penguraian protein dari pakan yang tidak termakan, ikan yang mati, plankton yang mati, kotoran ikan, pupuk dengan kandungan protein tinggi, dll. Tingginya kadar amonia biasanya dicirikan dengan pekatnya warna kolam (hijau tua) dan banyaknya endapan (sedimen) dalam kolam.
Manajemen Pemberian Pakan
Jumlah pakan yang diberikan per hari untuk lele selama masa pemeliharaan adalah sebanyak 3 – 4% dari berat total semua ikan yang akan diberi pakan. Pakan diberikan 3 kali sehari pada pagi, siang, dan malam hari. Dapat juga diberikan 4 kali sehari pada pagi, siang, sore, dan malam hari. Mengingat lele merupakan hewan yang aktif mencari makan pada malam hari (nocturnal) maka sebaiknya jumlah pemberian pakan pada malam dan pagi hari porsinya lebih banyak dibanding pada siang atau sore hari. Apabila dalam pemberian pakan terdapat sisa, maka untuk keesokan harinya porsi pemberian pakan dapat dikurangi. Yang perlu diperhatikan adalah pemberian pakan secara berlebihan dapat meningkatkan kandungan amonia dalam air dan menurunkan kualitas air yang tentunya akan sangat membahayakan bagi ikan.
Apabila pertumbuhan lele selama masa pemeliharaan lambat maka sebaiknya tingkat kepadatannya dikurangi.
V. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama
a. Ular
Ular biasanya memangsa benih ikan lele yang berumur kurang dari 2 bulan. Pencegahan dapat dilakukan dengan membuat pematang yang kokoh sehingga ular tidak bisa masuk ke kolam.
b. Ikan liar
Ikan liar selain bisa memakan benih juga dapat menjadi pesaing bagi ikan yang kita pelihara. Pencegahan dilakukan dengan memberikan saringan pada saluran masuk dan saluran keluar air.
c. Burung
Pencegahan terhadap burung dapat dilakukan dengan pemberian jaring di atas kolam.
d. Katak
Beberapa jenis katak sering juga memakan ikan yang masih kecil. Katak dan kecebongnya dapat menjadi pesaing bagi ikan yang kita pelihara. Apabila menjumpai katak atau telur katak dalam kolam, sebaiknya segera buang.
Penyakit
Pencegahan Penyakit
Pencegahan penyakit lebih baik daripada mengobati. Untuk mencegah datangnya penyakit dapat dilakukan dengan cara selalu menjaga kualitas air kolam. Kolam sebaiknya selalu terjaga kebersihannya. Hindari penggunaan peralatan (sepatu, sandal, seser, pompa, dll) bekas dari kolam lain yang sudah terkena penyakit. Apabila peralatan bekas dari kolam yang terdapat penyakit akan digunakan sebaiknya dicuci dengan deterjen, kemudian bilas sampai bersih untuk kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari. Pencegahan penyakit dapat pula dilakukan dengan cara mengeringkan dan menjemur kolam sebelum digunakan, bila perlu kolam disuci-hamakan dengan deterjen.
Budidaya pada karamba biasa dilakukan pada perairan terbuka, seperti laut, pantai, rawa, waduk, danau, sungai dll. Dilakukan dengan memasang jaring (mata jaring 3 mm) di dalam perairan.
II. Persiapan Kolam
Sebelum digunakan, kolam sebaiknya dikeringkan terlebih dahulu beberapa hari untuk membunuh bibit-bibit penyakit yang mungkin ada. Setelah kolam diisi air selanjutnya kolam dipupuk dengan kotoran ayam yang telah dikeringkan sebanyak 150 – 300 gram/m2 dan kapur sebanyak 15 – 30 gram/m2. Tujuan pemberian pupuk adalah untuk memacu pertumbuhan pakan alami, sedangkan kapur digunakan untuk menaikkan pH kolam. Selain sebagai pakan, tumbuhnya pakan alami (fitoplankton) dapat juga berguna sebagai penyangga atau buffer kestabilan suatu perairan (pH, suhu, dll). Kolam siap ditebari benih ikan lele setelah 2 – 3 hari.
III. Pemilihan dan Penebaran Benih
Pemilihan Benih
Dalam memilih benih perlu diperhatikan adalah :
a. Kesehatan benih.
Benih yang sehat memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
- tidak menggantung di permukaan air
- aktif bergerak
- responsif
- tidak cacat
- tidak pucat
b. Keseragaman benih
Benih yang ditebar sebaiknya berukuran seragam. Hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko kanibalisme selama masa pemeliharaan.
c. Kualitas indukan
Benih yang ditebar harus berasal dari induk yang baik, karena akan berpengaruh pada kualitas benih selanjutnya.
Sebelum benih dibeli/diangkut sebaiknya benih dipuasakan terlebih dahulu selama ± 24 jam. Hal ini dilakukan agar selama dalam proses pengangkutan, resiko peningkatan amonia dalam air dapat dikurangi.
Penebaran Benih
Setelah kolam siap, maka benih siap ditebar. Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Hal ini bertujuan untuk mengurangi tingkat stres selama penebaran benih. Sebelum benih ditebar dilakukan aklimatisasi (penyesuaian/adaptasi) terlebih dahulu. Aklimatisasi dilakukan untuk mengurangi tingkat stres benih akibat adanya perbedaan antara kualitas air di dalam kolam dengan kualitas air yang ada di dalam plastik wadah benih. Aklimatisasi dapat dilakukan dengan cara memasukan/merendam wadah kantong plastik yang berisi benih ke dalam kolam selama beberapa waktu sampai suhu air dalam plastik dan kolam relatif sama. Apabila suhu air di dalam plastik dan kolam sudah sama, maka benih dapat ditebar dengan cara membuka plastik dan membiarkan benih keluar sendiri. Kepadatan benih yang ditebar berkisar antara 100–400 ekor/m2, tergantung pada ukuran benih, tingkat keahlian petani dan daya tampung kolam.
IV. Pemeliharaan
Manajemen Kualitas Air
Air merupakan faktor yang sangat penting di dalam melakukan budidaya ikan. Air merupakan tempat/media hidup bagi ikan. Kualitas air yang buruk dapat menghambat pertumbuhan ikan, memunculkan berbagai macam penyakit ikan, bahkan dapat menyebabkan kematian bagi ikan. Beberapa komponen kualitas air yang perlu diperhatikan dalam budidaya lele diantaranya adalah :
a. Suhu Air
Suhu air minimum bagi ikan lele adalah 20 0C, sedangkan maksimumnya adalah 30 0C. Suhu air optimum bagi lele adalah sekitar 24 – 27 0C. Semakin tinggi suhu air maka semakin tinggi pula tingkat metabolisme ikan. Suhu air yang semakin tinggi akan menjadikan kandungan oksigen dalam suatu perairan mengalami penurunan. Sedangkan suhu air yang terlalu rendah dapat mengakibatkan menurunnya tingkat metabolisme, menurunnya nafsu makan, terhambatnya pertumbuhan, bahkan dapat mengakibatkan munculnya beberapa jenis penyakit pada lele. Suhu yang fluktuatif (naik-turun) dapat mengakibatkan lele menjadi stres dan mudah terserang penyakit.
Untuk menjaga agar suhu air tetap optimum (stabil) dapat dilakukan dengan cara menutup kolam dengan plastik dan mempertahankan kedalaman air (70-100 cm). Selain itu fitoplankton yang terdapat dalam perairan juga mampu berperan di dalam menjaga kestabilan suhu air.
b. Kandungan Oksigen (DO)
Kandungan oksigen dalam kolam lele sebaiknya diatas 3 ppm (part permillion). Rendahnya kandungan oksigen dalam suatu perairan dapat dilihat dari tingkah laku ikan yang gasping (megap-megap) di permukaan, terutama pada pagi hari (belum terlihat sinar matahari). Walaupun lele memiliki alat pernafasan tambahan, tetapi keberadaan oksigen dalam perairan mutlak diperlukan untuk kelangsungan hidupnya.
c. Kandungan Karbondioksida (CO2)
Pada kadar tertentu CO2 bisa bersifat racun. Sebaiknya jumlah CO2 ¬dalam perairan tidak lebih dari 15 ppm. CO2 merupakan hasil respirasi (pernafasan) dari lele dan tumbuhan (fitoplankton) di malam hari. Perlu diwaspadai ketika malam hari dimana tidak terdapat sinar matahari, maka fitoplankton dan tumbuhan air lainnya akan menghasilkan CO2. Oleh karena itu hendaknya jumlah fitoplankton dan tumbuhan air dalam kolam juga dibatasi. Air hujan dapat juga meningkatkan kandungan CO2 dalam perairan. Peningkatan CO2 di dalam perairan akan diikuti pula dengan penurunan pH air.
d. Derajat Keasaman (pH)
pH optimal untuk lele adalah berkisar 6,5 – 8.
e. Amonia (NH3)
Amonia adalah zat beracun yang dapat membahayakan bagi ikan. Sebaiknya kandungan amonia dalam air tidak lebih dari 0,005 ppm. Amonia berasal dari penguraian protein dari pakan yang tidak termakan, ikan yang mati, plankton yang mati, kotoran ikan, pupuk dengan kandungan protein tinggi, dll. Tingginya kadar amonia biasanya dicirikan dengan pekatnya warna kolam (hijau tua) dan banyaknya endapan (sedimen) dalam kolam.
Manajemen Pemberian Pakan
Jumlah pakan yang diberikan per hari untuk lele selama masa pemeliharaan adalah sebanyak 3 – 4% dari berat total semua ikan yang akan diberi pakan. Pakan diberikan 3 kali sehari pada pagi, siang, dan malam hari. Dapat juga diberikan 4 kali sehari pada pagi, siang, sore, dan malam hari. Mengingat lele merupakan hewan yang aktif mencari makan pada malam hari (nocturnal) maka sebaiknya jumlah pemberian pakan pada malam dan pagi hari porsinya lebih banyak dibanding pada siang atau sore hari. Apabila dalam pemberian pakan terdapat sisa, maka untuk keesokan harinya porsi pemberian pakan dapat dikurangi. Yang perlu diperhatikan adalah pemberian pakan secara berlebihan dapat meningkatkan kandungan amonia dalam air dan menurunkan kualitas air yang tentunya akan sangat membahayakan bagi ikan.
Apabila pertumbuhan lele selama masa pemeliharaan lambat maka sebaiknya tingkat kepadatannya dikurangi.
V. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama
a. Ular
Ular biasanya memangsa benih ikan lele yang berumur kurang dari 2 bulan. Pencegahan dapat dilakukan dengan membuat pematang yang kokoh sehingga ular tidak bisa masuk ke kolam.
b. Ikan liar
Ikan liar selain bisa memakan benih juga dapat menjadi pesaing bagi ikan yang kita pelihara. Pencegahan dilakukan dengan memberikan saringan pada saluran masuk dan saluran keluar air.
c. Burung
Pencegahan terhadap burung dapat dilakukan dengan pemberian jaring di atas kolam.
d. Katak
Beberapa jenis katak sering juga memakan ikan yang masih kecil. Katak dan kecebongnya dapat menjadi pesaing bagi ikan yang kita pelihara. Apabila menjumpai katak atau telur katak dalam kolam, sebaiknya segera buang.
Penyakit
Pencegahan Penyakit
Pencegahan penyakit lebih baik daripada mengobati. Untuk mencegah datangnya penyakit dapat dilakukan dengan cara selalu menjaga kualitas air kolam. Kolam sebaiknya selalu terjaga kebersihannya. Hindari penggunaan peralatan (sepatu, sandal, seser, pompa, dll) bekas dari kolam lain yang sudah terkena penyakit. Apabila peralatan bekas dari kolam yang terdapat penyakit akan digunakan sebaiknya dicuci dengan deterjen, kemudian bilas sampai bersih untuk kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari. Pencegahan penyakit dapat pula dilakukan dengan cara mengeringkan dan menjemur kolam sebelum digunakan, bila perlu kolam disuci-hamakan dengan deterjen.
Penganganan penyakit
Apabila lele terserang penyakit yang pertama harus dilakukan adalah memisahkan lele yang sakit/mati dengan yang sehat. Lele yang sakit dicirikan dengan :
- nafsu makan berkurang
- menggantung di permukaan air
- pucat (kadang terdapat luka)
- tidak aktif bergerak, dll
Ada beberapa macam penyakit yang biasa menyerang ikan lele. Penyakit pada lele bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, dan parasit. Untuk mengobatinya, petani dapat membeli obat-obat yang tersedia di toko kimia, tetapi sebaiknya jangan terlalu sering menggunakan obat-obat kimia. Bahkan sangat dianjurkan bagi petani untuk tidak menggunakan obat-obat kimia sama sekali karena obat-obat kimia yang digunakan dapat terakumulasi di dalam tubuh lele dan bersifat racun bagi manusia yang mengkonsumsinya.
Bahan alami yang relatif aman digunakan sebagai obat bagi ikan lele yang terserang penyakit adalah garam kasar (krosok). Penggunaan garam cukup efektif membasmi penyakit dan parasit ikan air tawar. Ikan yang sakit cukup direndam ke dalam larutan garam dengan konsentrasi ± 10 gram / liter selama beberapa waktu.
VI. Pemanenan dan Pasca Panen
Pemanenan
Ikan lele dapat dipanen setelah dipelihara 2 – 4 bulan (tergantung ukuran benih pada awal penebaran). Pemanenan dilakukan dengan cara menguras air kolam. Sebaiknya pemanenan dilakukan pada pagi atau sore hari untuk mengurangi stres
Penanganan Pasca Panen
Setelah dipanen lele dapat dipasarkan. Untuk pengangkutan ikan dalam keadaan hidup biasanya dilakukan dengan sistem terbuka. Teknisnya yaitu dengan cara mengemas lele ke dalam tong plastik yang diisi air dalam keadaan terbuka. Air yang digunakan sebaiknya telah diendapkan terlebih dahulu selama ±24 jam. Ada baiknya lele dipuasakan terlebih dahulu selama ±24 jam. Kepadatan untuk tong berukuran 200 liter ialah sebanyak 40 – 50 ekor lele. Perlu juga ditambahkan minyak kelapa sebanyak 1 sendok makan untuk tiap 5 liter air agar mengurangi resiko luka akibat gesekan.
Silahkan memberi komentar yang membangun EmoticonEmoticon