Setiap
peternak terutama peternak sapi pasti telah mengenal Inseminasi Buatan (IB), dulu
sebelum IB ada perkawinan dilakukan dengan tradisional meminjam sapi pejantan
tetangga atau bahkan bisa lintas desa dan kecamatan, karena yang dicari adalah
pejantan yang paling bagus. Cara demikian tentu memakan banyak waktu dan resiko,
baik itu waktu tempuh perjalanan padahal bisa dipergunakan untuk kegiatan lain
yang lebih produktif atau bisa membahayakan ternak yang akan dikawinkan, karena
rata-rata ternyata pejantannya lebih besar dibandingkan dengan betinanya
sehingga ketika perkawinan berlangsung tidak jarang malah sapi betinanya luka
karena jatuh tidak kuat menopang sapi pejantan. Diluar adanya faham kepercayaan
tertentu yang menyatakan bahwa melakukan IB adalah hal yang tidak diperbolehkan
(haram), IB ternyata memiliki banyak sekali manfaat terutama untuk mendaptkan
anakan yang lebih baik. Biasanya orang di desa suka dengan bibit simental dan limousine
karena memang harga di pasaran sangat tinggi berbeda jauh dengan ternak yang
lain, walaupun anti anaknya adalah hasil persilangannya tetapi tetap saja
harganya lebih tinggi dibandingkan jenis local.
teknik Inseminasi Buatan |
Inseminasi
Buatan (IB) atau sering disebut juga dengan kawin suntik adalah system perkawinan
dengan bantuan manusia (inseminator). Bibit jantan (semen) disemprotkan ke
dalam saluran reproduksi pada posisi yang tepat sehingga mudah dan cepat
bertemu dengan sel telur betina dan terjadilah pembuahan/ kebuntingan ternak.
IB
mulai dikenal pada tahun 1930-an sedang di Indonesia baru mulai tahun 1950-an,
namun sampai tahun 1970-an hasilnya belum banyak terlihat. Pada tahun 1973
mulai diperkenalkan dengan menggunakan semen beku dan sampai sekarang hasilnya
sungguh sangat menggembirakan dan disukai oleh para peternak. IB dapat
diterapkan pada ternak besar (sapi, kerbau), ternak kecil (kambing, domba)
serta unggas (ayam).
Pada
intinya IB bertujuan untuk meningkatkan efisiensi produksi mutu genetic hasil
keturunannya, dengan demikian induk yang mutunya kurang baik tidak menjadi
kendala dalam upaya peningkatan populasi ternak sebagai sumber bibit.
Keuntungan
Inseminasi Buatan adalah :
1.
Tidak diperlukan biaya dan perawatan pejantan
2.
Dapat memanfaatkan sperma pejantan unggul dengan biaya
yang rendah
3.
Penyebaran bibit pejantan unggul menjadi lebih mudah
4.
Kesehatan kelompok ternak dapat lebih terkontrol
5.
Penyebaran penyakit dari pejantan dapat ditekan
6.
Hasil keturunnya lebih baik dengan potensi produksi yang
lebih tinggi.
Pejantan sumber bibit yang digunakan untuk IB merupakan hasil seleksi dengan pemeriksaan fertilitas yang meliputi pemeriksaan fisik pejantan maupun keadaan spermanya. Ada hal yang menyesatkan ketika ada bantuan dari pemerintah seperti proyek usaha peningkatan jumlah ternak melalui SIWAB (sapi indukan wajib bunting) pada tahun 2017 ini, hal yang menyesatkan ini adalah bujukan dan isu dari inseminator yang tidak ingin omsetnya turun dengan mengatakan bahwa bantuan IB dari pemerintah semennya (sperma sapinya) kualitasnya jelek. Karena pada program SIWAB peternak tidak dipungut biaya dan dikait-kaitkanlah itu bahwa kualitasnya jelek. Peternak di desa saya pun menanggapinya dengan membayar tidak apa-apa yang penting hasilnya bagus. Tetapi pada kenyataannya IB dari inseminator yang dibayar dengan IB program SIWAB kualitasnya sama, karena sumber semen (sperma sapinya) adalah sama. Jika tempat produksinya beda sekalipun pasti tetap mengacu pada standar ISO yang telah diterapkan, sehingga tentu hasil anaknya sama. Maka kita perlu hati-hati dan berfikir secara kritis dan logis jangan sampai dibohongi oleh oknum.
Kembali pada sumber bibit pejantan yang baik dapat dilihat dari fisik dan keadaan spermanya. Dari sudut fisik, seekor pejantan tidak memperlihatkan keadaan lemah dan suatu kekurangan didaerah penis serta cacat kritis lainnya yang dapat menjadi faktor pembatas perkawinan. Pemeriksaan semen (sperma) dilakukan untuk mementukan mobilitas (pergerakan) dan daya hidup (viabilitas) sperma, meskipun keadaan fisik pejantan tersebut baik. Dengan demikian pejantan sebagai sumber bibit benar-benar unggul dan sehat.
Keberhasilan IB ditandai dengan erjadinya kebuntingan ternak. Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah peternak, semen (bibit) dan petugas (inseminator). Peternak sebagai pemilik harus tahu tentang tanda-tanda birahi dan tepat dalam melaporkan kepada inseminator. Untuk lebih memudahkan ingatan maka dikandang perlu dibuatkan cacatan reproduksi yang memuat tentang kesehatan ternak, tanggal beranak, birahi setelah beranak serta terakhir di IB. pada sapi siklus birasi akan terulang lagi setiap 14-24 hari (rata-rata 21 hari) sehingga kalau diketahui tanggal birahi terakhir maka pada kisaran 21 hari berikut akan terlihat tanda-tanda birahi yakni ternak terlihat gelisah, bila dinaiki /didekati ternak lain akan diam, vulva terlihat bengkak merah dan hangat serta mengeluarkan lendir yang jernih. Bila demikian segera hubingi petugas IB agar dilakukan perkawinan pada waktu yang tepat.
Bibit (semen) merupaakan hasil seleksi dan pengolahan di Balai Inseminasi Buatan (BIB) sehingga mutunya terjamin dengan standar kemasan dan penyimpanan yang baik. Petugas inseminator harus sudah terlatih dan memiliki sertifikat ijin melakukan IB. semakin banyak inseminator melakukan IB maka keterampilannya akan meningkat dengan hasil yang lebih baik.
Berikut adalah table
panduan waktu yang tepat dalam melakukan IB
Saat Permulaan Tanda Birahi
|
Saat Terbaik Untuk Mengawinkan
|
Terlambat Dikawinkan
|
Pagi hari (sebelum jam 09.00)
|
Hari itu juga
|
Siang esok harinya
|
Siang hari (jam 09.00-12.00)
|
Sore pada hari yang sama s/d pagi esoknya sebelum jam
10.00
|
Pagi esok harinya setelah jam 10.00
|
Sore hari
|
Pagi esok harinya sampai sore sebelum jam 15.00
|
Besuk siang setelah jam 15.00
|
Ayah
saya memiliki pengalaman mengIB kan ternak sapi hingga 8 kali dan itu tidak ada
yang berhasil. Ayah saya telah mengikuti paduan yang ada sesuai dengan waktu
yang tepat untuk mengIBkan ternak. Saya bertanya-tanya adakah yang salah dengan
ternaknya, itu yang menjadi fikiran saya. Karena sudah tidak tahan lagi
akhirnya sapi di jual dengan harga yang tidak berbeda jauh dengan waktu
membeli, maklum sapi bertina memang harga di pasar sangat rendah apalagi Ayah saya
menjual lewat Blantik sapi. Jika di desa sudah faham bahwa memelihara sapi
betina keuntungannya adalah pada anaknya, jika tidak beranak maka dihitung rugi
karena biaya pakan tidak akan sesuai dengan harga jualnya, dan dapat disimpulan
bahwa ayah saya rugi. Kemudian tidak lama setelah itu saya mengikuti penyuluhan
dari Dinas Peternakan, hal tersebut dibahas dan ada penjelasan logis tentang
kejadian yang ayah saya alami yaitu sapi hasil persilangan akan memiliki
fertilitas yang bermasalah. Kalau di lihat milik ayah saya adalah pesilangan
induk sapi local dan pejantan dari bibit Simental, sehingga memang ukurannya
lebih kecil dibandingkan dengan sapi simental asli (induk simental bibit juga
simental). Sehingga disarankan untuk melakukan IB sesuai dengan jenis sapinya,
karena jika di silang dan anaknya yang lahir ternyata berjenis kelamin betina
maka kemungkinan terjadi gangguang fertilitas sangat tinggi yang akhirnya
adalah sulit untuk berhasil ketika telah di IB.
Silahkan memberi komentar yang membangun EmoticonEmoticon