Ambarawa merupakan kecamatan di wilayah kabupaten Semarang yang memiliki nilai historis tinggi. Dengan tanah yang sangat subur, air yang melimpah dan sangat cocok ditanami oleh berbagai komoditas baik pertanian maupun perkebunan. Kalau lewat dari Semarang menuju Surakarta jangan lupa untuk berwisata di Ambarawa. Rute yang bisa di tempuh dari Semarang/ Surakarta ada terminal bawen masuk ke Barat sekitar 5 Km akan ada tempat wisata Museum kereta api, Palagan Ambarawa dan Benteng pendem (williem 1) untuk benteng pendem belum dibuka untuk wisata umum karena masih digunakan sebagai penjara, tetapi kita masih bisa melihat terutama ketika melakukan perjalanan melewati jalan lingkar Ambarawa.
Wisata alam juga ada di sekitar Ambarawa: Goa Rong masuk kecamatan tuntang sekitar 9 Km dari ambarawa dari goa Rong kita bisa melihat rawa pening, Bukit Cinta Rawa pening sekitar 8 Km dari Ambarawa, dan Umbul Muncul Rawa Pening sekitar 10 Km dari Ambarawa.
Saya akan menceritakan perjalanan saya sewaktu ke museum kereta Ambarawa. Museum kereta ambarawa dahulu merupakan stasiun kereta hingga sekarang masih difungsikan untuk jalur wisata ke arah stasiun Toentang sekitar 7 Km dan Stasiun Bedono sekitar 9 Km. Jalan menuju stasiun Bedono memiliki rel gerigi pada tengahnya dan merupakan 1 dari 3 di dunia, jalannya menanjak, dengan adanya gerigi maka kereta dapat menaiki jalan tersebut. Museum kereta ambarawa berada di wilayah desa lodoyong kecamatan Ambarawa, dari palagan ambarawa sekitar 200 meter arah ke utara, dengan penanda monumen Tank pada pertigaan jalan. Pada saat saya berkunjung tanggal 6 Oktober 2015 museum kereta api masih dalam tahap renovasi tetapi sudah terlihat sangat rapi dibandingkan dengan sebelumnya, kereta-kereta ditempatkan pada rel-rel dan diberikan perlindungan dari panas dan hujan, ada juga keterangan sejarah kereta dan keistimewaan kereta yang ada di museum ini.
|
museum kereta api Ambarawa |
Tiket masuk Rp. 10.000,- untuk dewasa dan Rp.5.000,- untuk anak-anak, parkir motor Rp.3.000,- kalau mobil saya tidak tahu heheh -_-v. Wisata kereta uap setiap hari sabtu dan minggu, untuk perjalanan wisata dengan kereta ke stasiun Toentang harga tiketnya Rp.20.000/orang. Sedangkan untuk ke bedono saya belum tahu yang pasti lebih mahal hehehe. Pada waktu diperlihatkan kereta untuk perjalanan ke Toentang saya merasa bahwa keretanya bermesin diesel sedangkan untuk arah ke Bedono menggunakan kereta uap dengan bahan bakar kayu jati, makanya lebih murah ke Toentang...v.
|
lokomotif untuk wisata |
Kalau datang ke museum kereta ini saya sarankan untuk rombongan karena bisa iuran untuk sewa kereta ._. V . Kalau dilihat bangunan stasiunnya masih terjaga dengan baik, sehingga benar-benar bisa merasakan suasana tempo doeloe. Dulu museum ini pernah masuk mister tukul lho... hawa kenangan masa lalu masih melekat apalagi kalau kita melihat suasana dalam gerbong kereta dan ruangan stasiun. Museum ini merupakan saksi bisu penguasaan Belanda di tanah air, dengan kita memelajari dan mencoba menggambarkan kondisi masa lalu akan meningkatkan rasa nasionalisme.
Museum kereta ini sangat luas, tapi tidak akan terasa capek sekalipun kita mengelilinginya karena terbayar dengan koleksi benda-benda bersejarah dan keretanya. Suasana di sekitar museum kereta memang sudah banyak pemukiman modern, tapi tidak jarang pula masih ditemukan bangunan rumah bergaya kolonial belanda.
Sejarah Museum kereta api Ambarawa dapat saya ceritakan sebagai berikut:
Gagasan kereta api pertama di Indonesia oleh Kolonel Jhr Van Der Wijk pada tahun 1840 yang mengusulkan agar di pulau jawa dibangun jalur kereta api antara Surabaya-Surakarta-Yogyakarta-Bandung-Batavia(Jakarta). Jalur ini dibangun untuk kepentingan militer dalam rangka mengantisipasi perlawanan susulan dari sisa-sisa pendukung pengeran Diponegoro (1825-1830). Sementara para pengusaha perkebunan di Jawa juga menginginkan adanya jalur kereta api untuk memudahkan pengangkutan komoditas hasil perkebunan ke pelabuhan.
Kereta api muali diperkenalkan pada masa hindia belanda melalui NV Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappi / NISM pada tahun 1863 yang merupakan perusahaan kereta api pertama di Indonesia. W Poolman, A.Fraser dan E.H Kol adalah pengusaha perkebunan yang mengajukan permohonan konsesi NISM untuk pertama kalinya. Perusahaan tersebut menjadi pelopor bangkitnya perusahaan kereta api Indonesia. Di tahun 1863 pembangunan jalur kereta api dengan rute semarang surakarta hingga yogyakarta mulai dicetuskan. Jalur tersebut nantinya juga akan dihubungkan pada lintas cabang di Kedungjati menuju Fort Williem I (Ambarawa). Ambarawa merupakan pusat kendali militer Pemerintahan Hindia Belanda sehingga akan memudahkan pergerakan tentara apabila diperlukan.
Pada tanggal 17 Juni 1864 Gubenur Jendral Hindia Belanda Mr LAJW Baron Sloet van den Beele (1861-1966) melakukan pencangkulan pertama pembangunan jalur kereta api di desa Kemijen Semarang, inilah awal dibangunnya jalur kereta api pertama di Indonesia. Pembangunan ini memakan waktu sekitar tiga tahun.
Tahun 1865 sebanyak dua unit lokomotif uap buatan pabrik Borsig asal Jerman yang dipesan NISM tiba di Indonesia. Masing-masing lokomotif uap diberikan nomor seri NIS 1 dan NIS 2. Selain digunakan untuk membantu pembangunan jalur kereta api yang telah dimulai sejak tahun 1864, lokomotif pertama itu juga dipakai untuk sarana berlatih calon masinis.
Kereta api Indonesia dioperasikan pertama kali pada tanggal 10 Agustus 1867 antara stasiun Semarang dan Halte Tangoeng sepanjang 24,7Km dengan lebar sepur 1435mm. Pada saai itu jalur kereta api digunakan untuk mengangkut komoditas hasil perkebunan dari wilayah pedalaman menuju pelabuhan.
Sekitar tahun 1873 di Ambarawa dan daerah sekitarnya hingga ke Salatiga (10Km dari Ambarawa) terkenal dengan perkebunan kopinya, kemudian pada saat yang sama dibanguan Stasiun kereta api dengan sebutan Stasiun Williem 1 di atas tanah seluas 127.500 m2. Pembangunan stasiun ini kemudian diikuti dengan pembangunan Stasiun Toentang(Tuntang) dan Stasiun Bringin. Pada saat Stasiun kereta mulai beroperasi, masyarakat yang memanfaatkan jasa kereta api umumnya dalah mereka yang mau berpergian atau berdagang ke Semarang. kalau dari Salatiga mereka harus naik dokar dulu sampai ke salah satu stasiun, biasanya kalau dari Salatiga menuju stasiun Toentang sebelum menyambung perjalanan dengan kereta api ke Semarang melalui Stasiun Kedungjati, para sain dokar sudah hafal jam perjalanan kereta api ke semarang sehingga bisa menyesuaikan jam keberangkatan dari Salatiga.
Kereta api ini selain untuk mengangkut penumpang juga untuk mengangkut hasil perkebunan eksport, hasil pertanian, barang-barang kiriman, dan ternak. Pada waktu itu penggunaan kereta api dibagi menjadi 3 kelas yaitu :
1. Kelas I, untuk orang-orang kulit putih atau orang eropa;
2. Kelas II, untuk orang timur asing dan para pejabat pribumi maupun kaum priyayi;
3. Kelas III, untuk orang-orang pribumi.
Jalur Kedungjati-Ambarawa dibangun pada bulan November 1868 dan mulai dibuka untuk umum pada tanggal 21 mei 1873. Sampai
tahun 1967 masyarakat masih menggunakan jalur perjalanan kereta api ke
Semarang dengan melalui stasiun Toentang sampai Kedungjati. Namun
setelah itu operasi kereta api dengan rute tersebut dihapus karena okupansi penumpang yang terus menurun, sedangkan stasiun Ambarawa dijadikan sebagai museum kereta api Ambarawa. Reaktivasi jalur Kedungjati-Tuntang dimulai tanggal 14 Januari 2013 bertujuan untuk meningkatkan kunjungan wisata dan mobilitas masyarakat dengan menggunakan kereta api. Selain menghidupkan jalur kereta api juga dibangun dan dipugar kembali stasiun antara lain Tempuran, Gogodalem, dan Bringin. Keunikan jalur ini di antaranya tidak ada perlintasan sebidang palang pintu dan penjaga karena sudah dibangun fly over dan under pass.
Berikut beberapa koleksi kereta yang ada di Museum kereta api ambarawa :
Merupakan lokomotif paling pendek (5790mm), paling ringan(170ton) dan paling lambat (25Km/Jam). Lokomotif ini didatangkan pada tahun 1900-1907 oleh perusahaan kereta api swasta Semarang-Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS) sebanyak 19 lokomotif dari pabrik Beyer Peacock (Inggris) dan Werkspoor (Belanda). Lokomotif ini mulai beroperasi pada tahun 1905 sebagai angkutan penumpang jarak dekat di kota Semarang.
Merupakan lokomotif yang berfungsi melayani jalur perdagangan penting di lembah sungai bengawan Solo. Lokomotif ini didatangkan pada tahun 1889-1901 oleh NIS dari pabrik Hartmann (Jerman) sebanyak 20 lokomotif. Setelah perang dunia II berakhir, 1 lokomotif B22 di pindah dari jawa ke Sumatera Selatan dan sisanya tersebar di Solo, Gundih, Kudus dan Purwodadi. Lokomotif B22 dapat melaju dengan kecepatan 55Km/jam dengan menggunakan bahan bakar kayu jati atau batubara.
Lokomotif ini merupakan salah satu lokomotif yang masih bisa dupergunakan untuk wisata. Reaktivasi lokomotif
uap B 5112 pada tahun 2011, lokomotif tahun 1900 buatan Hanomag Hanover
seri S5600 awalnya lokomotif uap tersebut dioperasikan pada lintas
Rangkasbitung-Tanah Abang (1900) dan lintas cepu (1960) hingga rusak dan
dijadikan monumen pada museum Ambarawa pada tahun 1976. Proses
restorasi dilakukan sejak 23 Oktober 2011 di Depo Lok Ambarawa,
lokomotif tersebut dinamakan SUN yang bermakna matahari yang selalu
menerangi bumi.
Merupakan lokomotif pengangkut hasil bumi yang didatangkan oleh SCS pada tahun 1908-1914 dari pabrik Hartmann (jerman) sebanyak 27 buah. SCS membangun jalur kereta api pada tahun 1897-1914 sepanjang 373Km yang menghubungkan Semarang Poncol-Pekalongan -Tegal-Cirebon-Kadipaten. Wilayah jelajah lokomotif B52 melalui rute Tegal-Prupuk-Purwokerto. Selain melayani penumpang lokomotif ini mengangkut barang dari pabrik gula yang ada di sepanjang pantai utara jawa dari Majalengka hingga Semarang.
Merupakan lokomotif yang digunakan untuk melintasi jalur datar. Lokomotif B27 didatangkan oleh NIS dari pabrik Hartmann (jerman) sebanyak 20 lokomotif pada tahun 1989-1901.
Lokomotif uap BB10 merupakan generasi pertama dari lokomotif tipe Mallet yang beroperasi di Indonesia. Lokomotif ini didatangkan antara tahun 1899-1908 sebanyak 16 lokomotif, 12 lokomotif dari perusahaan Hartmann (jerman) dan 4 Lokomotif dari perusahaan Schwartzkopff (Jerman). Diawal kariernya lokomotif BB10 digunakan untuk menarik rangkaian kereta api yang mengangkut hasil bumi, perkebunan dan penumpang. Wilayah jelajah lokomotif ini meliputi Rangkasbitung, Ambarawa, Banjar dan Tasikmalaya. Lokomotif ini memiliki tekanan gandar yang kuat untuk mendaki dan menyusuri jalur kereta api melalui topografi pegunungan.
Untuk melayani jalur kereta api Surabaya-Malang-Kertosono-Madiun-Solo-Yogyakarta-Maos-Cilacap, Staats Spoorwegen (SS) membeli 40 lokomotif uap C11 dari pabrik Hartmann (jerman). Lokomotif ini didatangkan secara bertahap pada tahun 1879-1891. Untuk memenuhi kebutuhan transportasi kereta api di Sumatera Selatan maka 7 lokomotif C11 milik SS dipindah jari jawa ke Sumatera Selatan. Lokomotif C11 ditugaskan untuk langsir atau lokomotif penarik kereta/barang pada rute jarak pendek dan datar. Dari 40 lokomotif C11 yang didatangkan ke Indonesia hingga saat ini hanya tersisa 1 lokomotif C1140.
C1204
Lokomotif C12 didatangkan oleh perusahaan swasta SS sebanyak 43 buah pada periode tahun 1893-1902 dari pabrik Hartmann (Jerman). Lokomotif ini ditugaskan untuk dinas langsir atau lokomotif penarik kereta penumpang/barang pada rute jarak pendek dan datar di pulau Jawa. Lokomotif C12 merupakan pengembangan dari lokomotif C11 yang sudah Compund. Sebelum menjadi koleksi di museum Ambarawa, terakhir berada di dipo Semarang Gudang (SMG).
C1507
Merupakan lokomotif uap yang irit dan efisien. Jalur di Jawa Timur yang dimiliki oleh Staats Spoorwegen (SS) adalah Surabaya-Pasuruhan-Malang (1879). Pasuruhan-Probolinggo(1884) dan Surabaya-Sidoarjo-Solo(1884).
Untuk melayani jalur tersebut SS membeli 20 lokomotif C15 dari 2 pabrik yang berbeda yaitu 10 lokomotif uap C15 yang didatangkan pada tahun 1897-1899 dari pabrik Hartmann (jerman) dan 10 lokomotif C15 didatangkan pada tahun 1899-1900 dari pabrik Werkspoor (Belanda). Lokomotif C15 merupakan pembelian yang pertama dari pemerintah Hindia Belanda ke pabrik lokomotif di negeri Belanda. Keunggulan kereta api C15 ini adalah menggunakan teknologi dua silinder compound. Teknologi tersebut menghemat penggunaan bahan bakar dan air karena uap yang menekan piston tidak langsung dibuang tetapi kembali ke silinder.
Merupakan lokomotif uap yang memiliki tangki air di bagian bawah. Jalur kereta api yang menghubungkan Yogyakarta dengan Magelang sepanjang 47Km telah selesai dibangun pada tahun 1898. Jalur kereta api ini dibangun oleh perusahaan kereta api swasta Nederlandsch-Indische Spoorweg Matscahappij (NIS). Pada tahun 1899-1908. NIS mendatangkan 7 lokomotif uap C16 dari pabrik Hartmann (jerman) untuk melayani rute tersebut. Pada tahun 1903-1907 pembangunan jalur kereta api dilanjutkan dari Magelan menuju Secang-Ambarawa dan Secang-Temanggung-Parakan. Jalur ini dianggap penting karena di Parakan dan Temanggung terdapat perkebunan tembakau. Lokomotif uap tipe C1603 adalah jenis lokomotif Skirt Tank atau loko yang memiliki tangki air di bagian bawah, tepatnya disamping roda. Dari 7 lokomotif C16 saai ini hanya tersisa 1 lokomotif C16 yaitu C1603.
Lokomotif C17 didatangkan oleh NIS dari pabrik Hartmann (jerman) pada tahun 1899-1902 sebanyak 5 lokomotif. Semua lokomotif ini dioperasikan pada rute Yogyakarta-Magelang-Secang (57Km). Pada tahun 1914 operasional loko ini dipindah ke rute Solo-Boyolali(27Km) dan pada tahun 1923 lokomotif ini juga dioperasionalkan untuk rute Solo-Wonogiri-Baturetno (51Km). Dari 5 lokomotif C17, saat ini hanya terdapat 1 lokomotif C17 yaitu C1704.
Lokomotif C20 didatangkan oleh perusahaan swasta NIS dari pabrik Hartmann (jerman) pada tahun 1903-1912 sebanyak 10 lokomotif. Lokomotif ini digunakan untuk melayani angkutan penumpang dan barang pada jalur Gundih-Gambiran-Cepu-Surabaya dan Solo- Wonogiri-Baturetno, 1 buah lokomotif C20 juga dioperasionalkan untuk rute Jakarta-Bogor. Awalnya lokomotif C20 menggunakan bahan bakar batubara, namun meningkatnya konsumsi batubara menimbulkan kesulitan tersendiri, maka kayu jati sebagai penggantinya. Apalagi kayu jati mudah didapat disepanjang rute Gundih-Surabaya, terutama Bojonegoro yang banyak hutan jati.
C1801
Keberadaan transportasi di kota Solo ditandai dengan selesainya pembangunan jalur kereta api Solo-Boyolali (27Km) pada tahun 1906. Operasional kereta api Solo-Boyolali dikelola oleh perusahaan kereta api Solosche Tramweg Maatschappij (SoTM) yang berdiri sejak tahun 1892. Pada tahun 1905 direncanakan untuk mengganti kuda dengan lokomotif uap milik NIS. Untuk mendukung rencana ini pada ttahun 1908 NIS mendatangkan 1 lokomotif uap C18 dan 1 lokomotif C23 dari pabrik Hartmann (Jerman). Seluruh proses penggantian kuda dengan lokomotif uap diresmikan pada 1 mei 1908. Lokomotif C1801 merupakan loko tipe C satu-satunya yang didatangkan ke Indonesia.
C2407
Merupakan kereta api yang dipergunakan untuk mengantar para pejuang ke medan perang. Perusahaan kereta api swasta NIS membeli lokomotif C24 sebanyak 15 buah dari pabrik Werkspoor (belanda). Lokomotif tersebut didatangkan antara tahun 1902-1912 yang mampu menjelajahi jalur pegunungan. Lokomotif C24 digunakan untuk menarik kereta express. Pada masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia lokomotif C24 digunakan untuk menarik rangkaian kereta api untuk distribusi logistik dan mobilisasi tentara pejuang di rute Parakan-Secang-Magelang-Yogyakarta.
C5101
Untuk memenuhi kebutuhan kereta express, NIS mendatangkan 10 lokomotif uap C51 dari pabrik Beyer Peacock (Inggris) pada tahun 1913. 4 lokomotif C51 dioperasinalkan pada rute Jakarta-Bogor dan Cepu-Bojonegoro-Babat. Dengan adanya lokomotif C51 ini maka perjalanan kereta api rute Gundih-Gambiran-Cepu-Surabaya dapat ditempuh dalam 7 jam 35 menit.
Selain untuk menarik kereta express , kereta C51 digunakan juga untuk menarik kereta barang ketel. Kereta ketel berisi minyak bumi dari Koloniale Petroleum Verkoop Maatschappij (KPVM).
C2728
Untuk memenuhi kebutuhan kereta api di jalur yang lurus dan datar perusahaan Staats Spoorwegen (SS) membeli 39 lokomotif C27 dari 3 pabrik yang berbeda.
Pada tahun 1916 sebanyak 14 loko dibeli dari pabrik Schweizerische Lokomotiv und Maschinenfabrik Winterthur (Swiss). Kemudian antara tahun 1919-1920 didatangkan sebanyak 20 buah dari pabrik Werkspoor (belanda) dan 5 loko dari pabrik Armstrong Whitworth (Inggris) tahun 1922. Wilayah jelajahnya meliputi rute Jakarta kota- Tanah abang- Rangkasbitung-Merak, Purwokerto-Yokyakarta dan Kertosono-Blitar-Malang-Jember-Banyuwangi.
C2821
Merupakan lokomotif terbanyak di Indonesia dan tercepat di Dunia. Lokomotif uap C28 dibeli perusahaan kereta api SS sebanyak 58 buah dari 3 pabrik yang berbeda di Jerman. 30 lokomotif C28 dari pabrik Henschel, 15 buah dari pabrik Hartmann dan 13 buah dari pabrik Esslingen. Lokomotif tersebut didatangkan pada tahun 1921 dan 1922, jumlah lokomotif tipe ini merupakan populasi terbanyak pada jamannya dan operasionalnya hampir ada di seluruh jalur kereta api di pulau jawa.
Lokomotif C28 digunakan untuk menarik kereta express karena memiliki daya 1050HP (horse power) dan dapat melaju hingga kecepatan maksimum 90 Km/jam.
C5417
Semarang-Cirebon Stoomtram Maatschappij (SCS) adalah perusahaan kereta api swasta yang membangun jalur kereta api antara Semarang-Cirebon. Pada tahun 1922 SCS membeli sebanyak 19 lokomotif C54 dari pabrik yang berbeda.
13 lokomotif C54 dari pabrik Hartmann (Jerman) dan 6 lok uap dari pabrik Beyer Peacock (Inggris). Loko jenis ini hanya cocok pada lintasan datar dan lurus. Lokomotif C5417 terakhir diketahui berada di Dipo Kutoarjo yang bertugas menarik kereta lokal.
D1007
Merupakan lokomotif uap pertama dengan sistem roda "Klien-Lindner" di jawa. Pada tahun 1913-1915 lokomotif uap D10 didatangkan perusahaan kereta swasta Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS) sebanyak 5 buah dan Semarang-Joeana Stommtram Maatschappij (SJS) sebanyak 6 buah. Selain menarik kereta penumpang lokomotif D10 juga digunakan untuk menarik gerbong barang berisi hasil bumi dari Wonosobo, Banjarnegara dan sekitarnya.
Lokomotif ini mampu menjelajahi jalur dengan kecuraman 18% meskipun dengan kecepatan rendah 20 Km/jam dan melaju dengan kecepatan maksimum 45 Km/jam. Dari 11 lokomotif D10, saat ini hanya tersisa 1 lokomotif D10 yaitu D1007 (SDS). Lokomotif D10 merupakan jenis pertama yang menggunakan roda bersistem "Klien-Lindner" di Jawa. Sistem ini membantu lokomotif berbelok dengan mulus pada tikungan yang tajam pada jalur pegunungan karena roda pertama dan keempat bergerak secara fleksibel.
F1002
Merupakan jenis lokomotif yang hanya dijumpai di empat negara. 28 buah lokomotif F10 dibeli oleh SS dari dua pabrik yang berbeda di tahun 1912-1920. 18 lokomotif dibeli dari Hanomag (Jerman) dan 10 lokomotif dari Werkspoor (Belanda). Dengan 6 roda penggerak tang dihubungkan menjadi satu poros, jenis lokomotif ini hanya dapat dijumpai di 4 negara yaitu Indonesia, Jerman, Swiss dan Perancis. Lokomatif dengan satu poros dapat menjelajahi rel dengan radius tikungan minimal 150 m di daerah pegunungan. Namun roda penggerak pertama memiliki tingakat keausan yang tinggi sehingga SS memindahkan ke rute Purwokerto-Prupuk dan Jember-Surabaya-Blitar-Malang yang radius tikungannya yang lebih besar. Untuk memenuhi kebutuhan angkutan batubara di Sumatera barat, maka 5 lokomotif F10 dipindahkan dari Jawa ke Sumatera barat, saat ini hanya tersisa 2 buah yaitu F1002 dan F1015. Lokomotif F1002 dipajang di Museum Ambarawa dan F1015 dipajang di museum Transportasi Taman Mini Indonesia Indah (jakarta).
Koleksi selain kereta api antara lain
Meja putar
digunakan untuk terminal jalur kereta, cara kerjanya saya kurang mengerti karena tidak ada papan penjelasannya. Hanya tersisa 1 rel kereta api yang masih dipergunakan. Harusnya terdapat banyak rel karena berfungsi untuk menghubungkan antar jalur rel yang berbeda-beda.
Lonceng
Biasanya dibunyikan pada saat keberangkatan kereta, lonceng seperti ini masih umum ditemukan pada setiap stasiun.
Roda bergerigi
Merupakan roda kereta uap yang sangat unik dan merupakan salah satu dari tiga yang masih tersisa di dunia. Dua diantaranya ada di Swiss dan India. Rel bergerigi masih ditemui di sepanjang jalur wisata Ambarawa-Bedono. Roda bergerigi ini merupakan bagian penting dari lokomotif uap bergerigi karena hal ini merupakan komponen yang membedakan dengan lokomotif yang lainnya. Bagian as lokomotif B25 terdapat roda gigi yang akan mengkait pada rel bergerigi di bawahnya sehingga kereta bisa terus berjalan pada jalur yang menanjak.
Timbangan
Dipergunakan untuk menimbang barang yang dikirim melalui kereta.
Loket dari Kayu
Mesin cetak tiket Edmonson
Mesin Press tiket
Mesin hitung
Lampu Handsign
Speedometer loko Uap
Lemari karcis
Mesin Ketik
Pesawat telfon dinding
Peti baja
Telefon
Telegraf