Palagan Ambarawa terdapat di kecamatan Ambarawa kabupaten semarang, dulu ambarawa pada saat pendudukan belanda dan jepang merupakan sebuah kota yang sangat penting sebagai jalur strategis Semarang Suarakarta dan Semarang Magelang/ Yogyakarta, kalau diartikan secara kata per kata Amba = luas, Rawa=rawa. Kota ambarawa dapat diartikan kota yang terdapat
di sebelah rawa yang luas, rawa yang dekat dengan ambarawa adalah Rawa pening.
Rawa pening berada di tengah ambarawa dan salatiga, di kelilingi oleh 4
kecamatan ambarawa, tuntang, banyubiru, dan sidorejo. Ambarawa merupakan kota
yang sangat maju pada jaman dulu, di kota ambarawa terdapat stasiun kereta
williem I, yang merupakan stasiun terpenting pada saat pendudukan Belanda di Indonesia. Sampai sekarang stasiun
tersebut masih aktif untuk pariwisata jalur ambarawa- Bedono dengan menggunakan kereta
bergerigi yg merupakan satu2nya di Indonesia. Jalur kereta Ambarawa-tuntang yang melewati
rawa pening. Sedangakan dari stasiun tuntang hingga ke stasiun Kedungjati
relnya sudah tidak ada, lahan yg dulunya di jadikan rel untuk PT KAI berubah
menjadi jalan umum dan di bangun rumah oleh penduduk sekitar. Sangat di
sayangkan.
Ambarawa adalah kecamatan yang sangat maju, dapat dilihat dari pasarnya yang besar, sudah terdapat Mal, Tempat militer YONKAV 2 TANK, Pengadilan negeri, Rumah sakit, dan merupakan tujuan wisata karena memiliki sejarah perjuangan bangsa Indonesia sebelum merdeka maupun setelah merdeka dengan adanya pertempuran Palagan Ambarawa.
Komplek munumen palagan ambarawa terletak di tengah-tengah kota ambarawa kurang lebih berjarak 15 km dari kota Ungaran dan 35km dari kota Semarang. Komplek monumen Ambarawa menempati areal tanah kurang lebih seluas 7.381 m2 . sedangkan bangunan monumen Palagan Ambarawa berukuran.
Tinggi monumen : 17m
Jarak antar tugu : 0.8m
Altar utara selatan : 45m2
Selain bangunan tugu monumen pada komplek tersebut juga terdapat museum ISDIMAN untuk menyimpan peralatan perang waktu itu dan sebuah pesawat terbang mustang P 51 (cocor merah) milik pasukan sekutu dari skwadron 13 royal air force di kali banteng semarang.
Mustang P.51 (cocor merah) |
PESAWAT MUSTANG P.51 (COCOR MERAH)
Negara asal : amerika serikat
Buatan pabrik : Gavaller aircraft corporation
Jenis pesawat : Pemburu
Berat pesawat : 7.000kg
Panjang pesawat : 9.81 m
Bentang sayap : 11.28 m
Tinggi terbang maksimum : 7720 m
Kemampuan terbang : 3185 km
Kecepatan jelajah : 753 km/jam
Persenjataan : browning caliber , rocket louncher 8 buah,
bom 2 buah.
Awak pesawat : 1 orang
Pesawat
mustang P 51 adalah pesawat yang melakukan pemboman di daerah salatiga dan
ambarawa, di tembak jatuh oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan jatuh
tenggelam di rawa pening.
Pesawat ini merupakan pesawat yang paling di takuti oleh TKR, pesawat ini sering melakukan serangan udara dengan membombardir menggunakan senapan mesinnya dan menjatuhkan bom. Pesawat inilah yang juga menewaskan Letkol Isdiman.
Selain bangunan tugu, museum dan pesawat juga ditempatkan truck perang,
kereta api, meriam, dan tank.
Kereta buatan Jerman th 1902 yang digunakan untuk mengangkut hasil perkebunan dan sarana transportasi. Kereta ini memiliki gerigi di tengahnya yang digunakan untuk menaiki bukit. |
Arsitektur
Bangunan tugu terbuat dari beton bertulang sedangakan untuk
bangunan museum Isdiman sebagai pelengkap isi monumen palagan ambarawa
berbentuk bangunan rumah Joglo yang merupakan rumah khas jawa.
Ragam hias
Ragam hias / relief pada monumen menggambarka suasana Indonesia di tangan Jepang. Pada masa perang duania ke dua pada akhir tahun
1941 ternyata Jepang telah menguasai beberapa negara asia yang meliputi Vietnam, Siam, Malaysia, Singapura, Philipina dan Indonesia.
Ragam hias yang tergambar selanjutnya organisasi yang
terbentuk pada masa jepang, melakukan tindakan sebagai berikut :
- Bahasa Indonesia boleh dipakai dalam rapat organisasi selain bahasa Jepang
- Nama kota yang berbau eropa di ganti dengan nama indonesia aseli, misalkan Batavia di ganti dengan Jakarta.
Sedangkan organisasi yang terbentuk adalah
- Gerakan 3 A – Putera
- Jawa HOKOKAI
- PETA (Pembela Tanah Air)
Ragam hias Indonesia merdeka di ambang pintu kemerdekaan serta Piagam Jakarta yang menggambarkan Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta dengan 25
anggotanya , kemudian disusul relief saat saat menjelang Indonesia merdeka
masa-masa yang sibuk dan menegangkan dalam membahasa ploklamasi kemerdekaan
Indonesia, diamana golongan tua berhadapan dengan golongan muda yang
menghendaki ploklamasi diluar tubuh PPKI sedang yang tua tetap dalam tubuh
PPKI. Selanjutnya relief kemerdekaan Indonesia.
Latar Belakang Sejarah
Kota
ambarawa pada waktu itu sebagai ajang pertempuran deangan diawali mendaratnya
tentara sekutu yang di komandani inggris mendarat di pelabuhan Semarang pada
tanggal 20 oktober 1945, dalam pengiriman ke Jawa ternyata banyak yang
bergabung dengan NICA (Netherlands-Indies Civil Administration) yag pada waktu pendaratan di pimpin Jendral Bethel.
Setelah sampai di pelabuhan semarang Jendral Bethel menghadap gubenur semarang
yang pada waktu itu di jabat Wongsonegoro.
Telah mendapat secukupnya tentang daerah-daerah
pemukima orang-orang Jepang dan tempat tawanan orang-orang Eropa yang di tawan
oleh bangsa Jepang, kemudian meninggalkan kota Semarang menuju daerah pusat
tawanan di Ambarawa, Magelang, Jogjakarta. Gubenur Wongsonegoro memberikan
bantuan 5 Batalyon yang di pimpin Letkol Isdiman. Sesampainya di tujuan
mula-mula sekutu menjalankan tugas dengan tegas namun setelah beberapa hari
terjadi perselisihan kecil yang disengaja oleh sekutu dan menjadi besar antara
NICA dan TKR( Tentara Keamanan Rakyat). Melihat keadaan yang kurang baik maka seluruh pemimpin kesatuan Jawa Tengah membatu pertempuran di Magelang dengan segala kemampuan yang ada.
Karena pertempuran di Magelang maka di usahakan agar musuh jangan masuk ke Yogyakarta sebab pada waktu itu Yogyakarta sebagai ibu kota negara. Sekutu
dapat dipukul mundur menuju Ambarawa tanggal 21 November 1945, dan pada tanggal
itu di Ambarawa terjadi pertempuran, sehingga mundurnya tentara Inggris ke Ambarawa menambah kekuatan serdadunya.
Pertempuran
di Ambarawa ini tidak seimbang karena bangsa Indonesia yang hanya menggunakan
senjata rampasan, bambu runcing, dan keris melawan senjata modern. Organisasi-organisasi
yang di bentuk pada masa pendudukan Jepang yang berbau militer dipakai dalam
pertempuran melawan tentara Inggris dan sekutu.
Pengalaman ini juga dilakukan oleh pemimpin-pemimpin kita untuk melatih
perang para pemuda.
Mundurnya
tentara sekutu ke Semarang melalui desa-desa dan membunuh orang-orang desa yang
dilaluinya, tindakan biadab ini membuat seluruh kesatuan Jawa Tengah mengejar
hingga ke pelosok desa.
Salah
satu pemimpin yang arif bijaksana Letkol Isdiman gugur dalam pertempuran, yang
pada saat itu sebenarnya akan diadakan serah terima jabatan komando pertempuran
bagian selatan Ambarawa dari tangan Mayor Imam Adrogi di depan sekolah dasar
negeri Kebondowo.
Sektor
selatan kekuatan kita yang terdiri dari kesatuan Divisi V Purwokerto dan divisi
IX Yogyakarta dengan beberapa perwiranya diantaranya : Kol. Sutirto, Letkol. Gatot subroto dan beberapa prajuritnya.
Sektor
utara pertempuran langsung di pegang oleh GPH Jatikusumo
Sektor
barat pertempuran di pegang oleh gabungan yang berasal dari resimen Magelang,
resimen P4 Temanggung dan TKR Ambarawa. Perwira di sektor ini adalah : Letkol
Sarbini, Letkol Bambang sugeng, Mayor Ahmad yani, Mayor Sumarto, Mayor Kusein.
Melihat
kepungan ini semakin mendesak pihak musuh maka tentara sekutu melakukan serangan
dengan gencar untuk mematahkan kepungan dari tentara Indonesia, malahan
serangan itu diperkuat dengan pesawat terbang Mustang P51 (cocor merah).
Taktik
lebih klanjut yang digunakan oleh pemimpin kita ternyata semakin mantap. Bila
dulu lubang bekas jatuhnyan peluru meriam disingkiri, akan tetapi sekarang di
jadikan tempat berlindung karena kecil kemungkinan untuk di jatuhi peluru lagi
oleh musuh.
Sementara serangan mendadak
terhadap lalu lintas dan kubu pertahanan berhasil dengan baik, di dapur
umum mengalami kesibukan untuk mensuplai makanan. Banyak penduduk yang
berpartisipasi dalam pertempuran ini. Meskipun tidak dengan angkat
senjata tetapi mengantar nasi pantas/ patut menyandang gelar pahlawan Bangsa.
Suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri
adalah adanya mitos yang membuat para pejuang tidak merasa minder dalam
menghadapi musuh yang bersenjata modern dan lengkap saat itu. Mereka percaya adanya kekuatan gaib yang ada dalam
benda yang diperoleh dari leluhurnya, dia akan merasa kebal terhadap peluru dari
musuh, maupun rasa sakit. Salah satu benda yang dipergunakan dalam peperangan
yang mempunyai keampuhan adalah bambu runcing dari Kyai Parakan. Dalam hal ini
figur seorang komandan sangat memegang peranan penting dalam pertempuran . Oleh
sebab itu banyak komandan yang berada di fron terdepan untuk membangkitkan
semangat perjuangan dari para kaum muda.
Setelah
mendengar kabar Letkol Isdiman gugur kemudian Kol Sudirman terjun langsung
untuk memimpin perjuangan. Melihat cara menyerang yang tidak sama-sama hanya
ingin menonjolkan kekuatan masing-masing. Kolonel Sudirman mengumpulkan para
pemimpin kesatuan untuk mengadakan pembicaraan tentang strategi penyerangan di
bawah komandonya. Berkat kepribadian yang sederhana, berani, tegas dan bijaksana
akhirnya Kolonel Sudirman mengirim mata-mata untuk menyusup ke dalam pertahanan
musuh dan membuat sabotase.
Sehingga
pada tanggal 11 desember 1945 Kolonel Sudirman mengadakan pertempuran lagi untuk merembuk tentang
serangan dadakan yang akan dimulai tanggal 12 desember 1945 tepat jam 4.30 pagi.
Apabila serangan ini tidak berhasil maka akan dilakukan taktik sapit udang.
Udara
yang dingin menusuk tulang tidak dirasakan oleh pejuang karena terbakar
semangat yang menyala-nyala di rongga dada nya, mereka tidak lagi sabar menunggu
komando. Tepat jam 04.30 pagi komando diteriakkan dan serentak para pejuang
menyerbu pertahanan hingga pertahanan musuh menjadi kalang kabut.
Karena
penyerangan ini dianggap kurang berhasil oleh Kolonel Sudirman maka
selanjutnya menggunakan taktik sapit udang yang membentuk seperti udang dan
akhirnya kolonel Sudirman membagi pasukan dalam beberapa kelompok
Kelompok I sebagai tubuh udang merupakan kelompok induk pasukan, bertugas menghadapi
langsung dengan musuh. Pasukan ini terdiri dari empat Batalyon dipimpin Mayor
Suharto. Kelompok II menempati kaki udang yang kiri bergerak pada bagian barat
desa Jambu menuju Bandungan dan Baran. Pasukan yang ada di Bandungan di pimpin
oleh Letkol Sarbini dan di bantu oleh Mayor Kusen , Mayor Suryo , serta Mayor
Ahmad yani. Kelompok III sebagai supit udang juga ternagi menjadi dua yaitu
supit sebalah kiri dan supit sebelah kanan . Pasukan yang bertugas di daerah
ini dari divisi IV Salatiga dipimpin langsung GPH Jatikusumo yang bergerak dari
utara Bawen dan Divisi X Solo menempati sektor Timur di sekitar Tuntang, Bawen
dan Asinan. Tugas pasukan ini menjepit musuh dari arah depan (timur) dan
bertugas mengawasi bila sekutu mendapat bantuan dari Semarang atau
musuh mengadakan pengunduran . Sedang yang bertugas di Tuntang, Bawen dan
Asinan dipimpin oleh Letkol Sutejo, Mayor Sastralawu, Mayor Suharto. Kelompok
IV yang kebanyakan terdiri dari kelaskaran atau pasukan rakyat menempati ekor
udang. Lokasi Pasukan ini di daerah Garung dan Ngampin yang tugasnya membantu
pasukan induk apabila terdesak.
skema supit udang . sumber : http://mr-rifaifajrin.blogspot.com/2012/06/skema-pertempuran-supit-udang-jend.html |
Serangan ini berlangsung selama
4 hari 4 malam sehingga keadaan kota Ambarawa pada waktu itu bagai lautan api
dan di sana sini terdapat asap mesiu. Karena serangnan yang gencar tiada
henti-hentinya itu terhadap sekutu dan NICA akhirnya pada tanggal 15 Desember 1945
sekutu angkat kaki dari kota Ambarawa dengan meninggalkan mayat-mayat yang
bergelimpangan sebab tidak sempat di bawa mundur. Atas kemenangan itu untuk
memperingati maka setiap tanggal 15 Desember di jadikan hari Infantri TNI
AD kita. Kemenangan pejuang dalam pertempuran di Ambarawa ini juga
mempengaruhi perjuangan di seluruh wilayan Indonesia.
Riwayat Penemuan/ Penelitian
Asal mula berdirinya munumen Palagan Ambarawa di kabupaten Semarang itu adalah atas prakarsa/ide Bapak Mayjen
Yasir Adiboro yang pada waktu itu menjabat sebagai Pangdam VII Diponegioro.
Pada waktu itu daerah Jawa Tengah belum memiliki tugu
kepahlawanan, sehingga timbul niat untuk membangun monumen yang pada dasarnya
untuk mengenang dan mengabadikan jasa-jasa para pahlawan yang telah gugur di
medan laga sebagai kusuma Bangsa. Pembangunan ini mengambil lokasi di desa
Panjang dimana pada waktu itu banyak mengandung semangat patriotisme di sekitar Panjang. Selain itu juga ada faktor yang menguntungkan yaitu tidak banyak
memindahkan penduduk di karenakan pembangunan monumen ini tidak lepas dari
pemerintah pusat maupun daerah.
Sedangkan
bangunan yang didirijkan yaitu dua bangunan berbentuk Tugu dan berbentuk rumah Joglo yang kemudian disebut museum. Pembangunan monumen ini dimulai pada tanggal
15 desember 1973 dan selesai pda tanggal 15 desember 1974.
Sedangakan
yang menanganani pembangunan ini adalah CV AIS (Arsitektur Insiyur dan
Seniman)dari Yogyakarta di pimpin oleh Drs. Satoto.
Monumen Palagan Ambarawa selain merupakan Obyek priwisata
sekaligus juga merupakan tempat untuk memengenang jasa para pahlawan perjuangan
kemerdekaan, bahwa betapa gagahnya dan beraninya para pejuang pada masa
itu yang hanya berbekal bambu runcing dan senjata seadanya serta modal senjata
rampasan dari musuh berani menghadapi musuh yang menggunakan senjata modern.
Disamping itu juga menambah wawasan pada generasi yang akan datang sebagai
generasi penerus bangsa.
Daftar Pustaka
-- Slamet ... {et all},. 1995. PENINGGAKAN SEJARAH DAN PURBAKALA JAWA TENGAH : Petunjuk Singkat Wisata. Semarang : Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Jateng Proyek
inventarisasi Nilai-Nilai Budaya dan Dokumentasi Sejarah Peninggalan Purbakala
Daerah Jawa Tengah.
-- Skema supit udang . sumber : http://mr-rifaifajrin.blogspot.com/2012/06/skema-pertempuran-supit-udang-jend.html
Tiket masuk Palagan pada saat saya ke sana tanggal 22 Januari 2014 Rp.4.000 hari biasa dan Rp. 5.000 hari libur. Berikut kumpulan fotonya:
Letkol Isdiman |