petani sudah mulai membudidayakan sorgum sebagai bahan pangan alternatif |
Ketergantungan terhadap
konsumsi beras pada masyarakat kita menyebabkan upaya pemerintah meningkatkan
produksi beras yang menjadi semakin intensif. Padahal terdapat berbagai cara
untuk mengatasi permasalahan tersebut, salah satunya adalah dengan menurunkan
konsumsi beras melalui deversifikasi pangan. Cara ini perlu mendapatkan
perhatian melihat upaya peningkatan produksi padi tidak hanya mengalami banyak
kendala dikarenakan besarnya subsidi dalam usahatani mulai dari pupuk hingga
benih serta adanya perubahan iklim juga mengakibatkan besarnya kegagalan panen
terutama pada musim kemarau dan penghujan dengan adanya banjir. Tanaman padi
juga lebih rentan terhadap serangan hama penyakit dibandingkan komoditas lain
seperti sorgum dan jagung.
Besarnya konsumsi beras
oleh masyarakat juga menjadi salah satu penyebab semakin banyaknya penyakit
degeneratif, seperti diabetes dan penyakit yang lain. Padahal di Indonesia
tergolong kaya akan sumber serealia janis lain. Salah satu serealia tersebut
adalah sorgum. Pengembangan tanaman ini juga akan mampu ketergantungan terhadap
impor gandum.
Untuk mencapai
swasembada pangan melalui deversifikasi pangan memang belum dilakukan oleh
pemangku kepentingan dengan lebih serius, dapat dilihat dari pelepasan
varietas-varietas baru dan penelitian pada tanaman serealia selaian padi masih
minim. Tanaman padi banyak dibudidayakan masyarakat dengan alasan-alasan
tertentu, persen jumlah pembudidaya padi lebih banyak dibandingkan penanaman
tanaman sorgum. Walaupun kampanye pemanfaatan tanaman sorgum di Indonesia sudah
mualai gencar dilakukan sejak tahun 1955 tetapi pengembangnnya masih terbatas
di beberapa daerah tertentu terutama pulau Jawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tenggara, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Tanaman sorgun / cantel
sangat jarang ditemukan pada daerah-daerah yang memiliki tanah subur, padahal
peluang pengembangannya sangat luar biasa. Banyak petani kurang meminati
tanaman sorgum dikarenakan pemasaran masih sangat sulit terutama di daerah yang
bukan sentra produksi sorgum, yang rata-rata hanya dimanfaatkan sebagai
campuran pakan burung. Harganya pun relatif rendah dibandingkan dengan komoditi
jagung. Tetapi jika dikelola dengan baik tanaman sorgum ini bisa ditanam dengan
produktivitas yang tinggi di lahan subur dan mampu bertahan di lahan yang
memiliki kesuburan rendah dan kekurangan air. Tanaman sorgum bisa menjadi
alternatif musim tanam ke tiga pada daerah-daerah yang rawan kekeringan.
Kemampuan daya adaptasi agroekologinya juga cukup luas, ketahanan terhadap hama
dan penyakit serta kekeringan.
tanaman sorgum memilika daya adaptasi agroekologi |
Pengembangan tanaman
sorgum masih sangat terbuka lebar mengingat kebutuhan akan tepung terigu yang
cukup besar, yang mana tepung dari sorgum bisa sebagai bahan pengganti terigu
atau di gunakan bersama dengan terigu sebagai barang subtitusi. Komoditi sorgum
merupakan salah satu alternativ sumber karbohidrat yang cukup baik sebagai
bahan pangan. Pada biji sorgum mempunyai kualitas nutrisi yang sebanding dengan
jagung dan beras.
Jenis Nutrisi
|
Kandungan / 100 gr
|
||||
Beras
|
Sorgum
|
Singkong
|
jagung
|
Kedelai
|
|
Kalori (kal)
|
360
|
332
|
146
|
361
|
286
|
Protein (g)
|
6.8
|
11
|
1.2
|
8.7
|
30.2
|
Lemak (g)
|
0.7
|
3.3
|
0.3
|
4.5
|
15.6
|
Karbohidrat (g)
|
78.9
|
73
|
34.7
|
72.4
|
30.1
|
Kalsium (mg)
|
6
|
28
|
33
|
9
|
196
|
Besi (mg)
|
0.8
|
4.4
|
0.7
|
4.6
|
6.9
|
Fosfor (mg)
|
140
|
287
|
40
|
380
|
506
|
Vitamin B1 (mg)
|
0.12
|
0.38
|
0.06
|
0.27
|
0.93
|
Sumber : Depkes RI 1992
Keunggulan tanaman
sorgum adalah sebagai berikut :
1. Tahan
terhadap hama dan penyakit, serta tahan terhadap kekeringan, bisa tumbuh di
lahan masam (pH rendah) dan dilahan tandus (marginal), dan tahan genangan air
2. Kandungan
nutrisi dalam tanaman sorgum sangat baik bagi sumber pakan ternak maupun bahan
pangan alternatif. Kandungan nutrisi pada sorgum tidak kalah dengan tanaman
pangan pokok lainnya, seperti beras, jagung, kedelai dan singkong. Tanaman ini
mengandung protein 8-12% setara dengan terigu
3. Sorgum
memiliki senyawa fonol, senyawa ini dapat menghambat perkembangan sel-sel tumor
dan kanker dan bersifat menurunkan kolesterol dan sebagai senyawa anti oksidan.
4. Sorgum
bebs gluten, sehingga cocok untuk penderita diet bebas gluten. Misalnya
penderita autis dan celiac disease
5. Sorgum
cocok dikonsumsi oleh penderita diabetes, karena zat gula dan tepung pada
sorgum dapat dicerna oleh tubuh lebih lambat daripada serealia lainnya. Kadar gula
dan karbohidratnya juga rendah.
6. Bisa
menjadi bahan subtitusi pada nasi dan terigu. Campuran 20% sorgum dan 80% beras
tidak mengubah tekstur, rasa dan aroma nasi.
7. Bisa
berpotensi sebagai bahan baku bioetanol. Sorgum manis varietas samurai 1 dengan
luasan 1 Ha dapat menghasilkan 1.100 liter bioetanol, dengan cara batangnya diperas
untuk mengeluarkan nira dan nira tersebut bisa difermentasi untuk menghasilkan
bioetanol. Jika dari biji 3 Kg bisa menghasilkan bioetanol sebanyak 1 liter.
8. Sorgum
bisa dipanen dalam waktu 3,5 bulan, sehingga dalam satu tahun bisa dilakukan 3
kali penanaman dengan produktivitas rata-rata sekali panen adalah 5,5 Ton/Ha.
Kelemahan sorgum adalah
:
1. Pada
daerah-daerah tertentu pemasarannya sulit. Sulit untuk mendapatkan pedagang
yang mau menampung hasil panen petani
2. Biji
sorgum yang berwarna gelap mengandung zat tanin dan menyebabkan rasa agak
pahit, meskipun biji sorgum tersebut telah melalui proses penyosohan terlebih
dahulu
3. Tepung
sorgum tidak bisa mengembang, tidak seperti terigu, sehingga harus dicampur
dengan gandum jika dijadikan bahan membuat roti. Olahan dengan bahan bauku 100%
sorgum cocok diolah menjadi aneka kue kering.
Lingkungan tumbuh untuk
tanaman sorgum adalah optimum pada ketinggian tempat kurang lebih 0-500 mdpl.
Semakin tinggi tempat pertanaman akan semakin memperlambat waktu berbunga dari
tanaman sorgum. Keberhasilan upaya pengembangan jenis tanaman pangan ini harus
disertai dengan paket teknologi yang menjadi unit kegiatan mulai dari penanaman
hingga pengolahan pasca panen sederhana di tingkat petani. Oleh karena itu
perlu dilakukan bimbingan dan penyuluhan tentang manfaat serta teknologi
pengolahannya. Teknologi budidaya sorgum adalah sebagai berikut :
A. BENIH
Salah
satu varietas sorgum yang umum dibudidayakan adalah UPCA-S1 dengan diskripsi
sebagai berikut :
Asal : Fillipina, 1970
Umur
berbunga : 55-60hari
Umur
panen : 90-100 hari
Tipe
tanaman : tidak
beranak, tidak bercabang, berbatang kokoh dan tahan rebah
Tipe
malai : setengah kompak,
tegak, berbentuk elip
Sifat
sekam : warna hitam,
menutup sepertiga biji dan berbulu halus
Hasil
rata-rata : 4 Ton/Ha
Kadar
protein : 9%
Kadar
lemak : 5,7%
Kadar
kalsium : 0,091%
Kadar
tannin : 0,215%
Kadar
fosfor : 0,116%
Kadar
karbohidrat : 66,5%
Kadar
magnesium : 0,205%
Rasa :
Kurang
Keterangan : cocok untuk lahan
dataran rendah, pH netral, banyak berkembang di Jawa Tengah
Tahun
di lepas : 1985
Gunakan
benih dengan daya kecambah minimal 80%. Kebutuhan benih untuk 1 Ha lahan adalah
9 Kg
B. PENYIAPAN
LAHAN
Lahan
yang akan digunakan untuk tempat pertanaman harus bersih dari sisa-sisa tanaman
dan tumbuhan pengganggu (gulma). Tanah di bajak 2 kali, digaru dan diratakan,
sekeliling petakan dibuatkan drainase. Pengolahan tanah dilakukan 2-4 minggu
sebelum tanam.
C. PENANAMAN
Waktu
tanam yang baik adalah pada waktu akhir musim hujan atau pada awal musum
kemarau. Penanamn dengan cara membuat lubang tanam dengan tugal sedalam 5 cm
dengan jarak tanam 75cm x 25 cm. masukkan benih 2 butir di setiap lubang tanam
dan tutup dengan tanah / abu.
D. PEMUPUKAN
Takaran
pupuk yang digunakan adalah : 300 Kg Urea/Ha + 200 Kg Sp36/Ha + 100 Kg KCL/Ha. Pemupukan
dilakukan 2 kali, pertama dilakukan bersamaan waktu tanam (150 Kg Urea/ha + 200
Kg SP36/Ha + 100 Kg KCL/Ha), dan pemupukan kedua dilakukan pada 30 hari setelah
tanam. Pupuk diberikan dalam lubang kurang lebih 15 cm disamping tanaman dan
ditutup dengan tanah.
E. PENYIANGAN
Penyiangan
pertama dilakukan pada umur tanaman 21 hari setelah tanam. Penyiangan ke dua
dilakukan pada umur 45 hari setelah tanam.
F. PEMBUBUNAN
Setelah
dilakukan penyiangan ke dua, lalu dilakukan pembumbunan agar tanaman tegak
dengan kokoh dan tumbuh dengan baik.
G. PENGENDALIAN
HAMA DAN PENYAKIT
1. Penyakit
bercak daun (Colletorichum gramini colum)
dikendalikan dengan fungisida Dithane M45 sesuai dengan dosis yang dianjurkan
2. Penyakit
kapang jelaga, pengendaliannya dengan menyemprotkan kapur atau mengembuskan
belerang
3. Penyakit
karat daun dikendalikan dengan memangkas daun yang terinfeksi atau dengan
rotasi tanaman
4. Pengendalian
ulat tanah dengan pemberian insektisida Furadan 3G dengan dosis 20Kg/Ha melalui
pucuk tanaman setelah tanaman berumur 21 hari setelah tanam.
H. PEMBERIAN
AIR
Pada
saat sebelum tanam sampai fase pengisian biji dibutuhkan air yang cukup banyak.
Pengairan dilakukan secara rutin sekali seminggu. Pengairan dilakukan dengan
digenangi hingga tanah cukup basah, keadaan air tanah harus kondisi lembab.
I. PANEN
DAN PASCA PANEN
Sorgum
siap dipanen jika biji sudah bernas dank eras, tidak dapat ditekan dengan kuku,
daun serta malai menguning. Panen dilakukan dengan cara memangkas tangkai malai
7,5cm-15cm dibawah bagian biji dengan menggunakan sabit. Hasil pemangkasan
kemudian diikat dengan ukuran sekitar 30Kg-40Kg setiap ikatnya.
Penanganan
pasca panen yaitu :
1. Pengeringan.
Biasanya pengeringan dilakukan dengan penjemuran selama 60 jam hingga kadar air
biji mencapai 10-12%. Criteria untuk mengetahui tingkat kekeringan biji
biasanya dengan menggigit bijinya. Bila bersuara, biji tersebut telah kering.
2. Perontokan
. perontokan secara tradisional dilakukan dengan pemukul kayu dan dikerjakan
diatas lantai atau karung goni. Pemukulan dilakukan terus-menerus hingga biji
lepas. Setelah itu lakukan penampian untuk memisahkan kotoran yang terdiri dari
daun, ranting, debu, atau kotoran lainnya. Kadar air tidak boleh lebih dari
10-12% untuk mencegah pertumbuhan jamur
3. Penyimpanan
. biji yang telh bersih dan kering dapat disimpan dalam kaleng/drum yang
kemudian ditutup sehingga kedap udara . Bila biji disimpan di ruangan khusus
maka tinggi gudang harus sama dengan lebarnya supaya kondensasi uap air dalam
gudang tidak mudah timbul. Dinding gudang sebaiknya terbuatd ari bahan yang
padat sehingga perubahan suhu yang terjadi pada biji dapat dikurangi. Tidak dianjurkan
ruang penyimpanan terbuat dari besi, karena sangat peka terhadap perubahan
suhu. Permasalahan utama penyimpanan di gudang adalah serangan hama kutu (hama
gudang). Hama ini dapat dicegah dengan cara fumigasi.
4. Penyosohan.
Dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu penyosohan tradisional, penyosohan
dengan mesin sosoh tipe abrasif serta penyosihan alkalis. Penyosohan biji
sorgum dengan mesin penyosoh beras tipe abrasive selama 2 menit memberikan
hasil terbaik ( rendemen 82,81%, biji utuh 98,04%, biji pecah 1,96%). Penyosohan
selama 2 menit juga memberikan kualitas tepung yang baik dengan tingkat
kecerahan (putih) yang menyerupai tepung terigu.
Penyosohan
dengan metode alkalis memebrikan beberapa keuntungan yaitu menghasilkan
rendemen lebih besar dibandingkan penyosohan tradisional, khususnya jenis
sorgum dengan kandungan tannin tinggi yang kurang efektif disosoh dengan
tradisional maupun menggunakan mesin penyosoh. Penyosohan alkalis menggunakan
larutan NaOH 10% selama 10 menit menghasilkan biji sorgum sosoh dengan efisiensi
penyosohan terbaik.
Silahkan memberi komentar yang membangun EmoticonEmoticon