masih sering ditemukan petani menggunakan pestisida kimia secara tidak tepat |
Pestisida
kimia merupakan alternatif terakhir dalam mengatasi serangan hama dan penyakit.
Dalam pemanfaatan pestisida kimia untuk mengendalikan dan mengatasi serangan
hama serta penyakit ternyata aplikasinya banyak yang tidak sesuai dengan
anjuran karena tidak adanya penyuluhan dan pendidikan kepada petani sehingga
penggunaanya asal dan malah bisa membahayakan petani sendiri serta lingkungan.
Memang jika melihat kondisi petani di lapang penggunaan dosis pestisida banyak
yang tidak sesuai anjuran serta tidak tepat sasaran, sehingga pestisida yang
dibeli dan menambah biaya operasional produksi malah tidak memberikan manfaat
bagi petani atau keberhasilan usahatani dengan meledaknya hama primer dan
sekunder. Sebagai contoh di tempat saya ada yang menggunakan pestisida dengan
merk dagang starb*n, dan memang cocok untuk mengatasi serangan wereng, tetapi
karena keterbatasan informasi yang diperoleh dan pengalaman maka malah terjadi
ledakan hama karena wereng yang di obati ternyata sudah bertelur, pestisida
tersebut menurut pengalaman dan pengamatan petani ternyata tidak mampu membunuh
telur wereng, hanya mampu membunuh wereng yang sudah dewasa. Jika wereng sudah
bertelur maka yang terjadi malah telur-telur tersebut cepat menetas, ini yang
menyebabkan ledakan hama karena kesalahan waktu penyemprotan pestisida ke
lahan. Tetapi sebaliknya waktu penyemprotannya sesuai/tepat misalkan pada
serangan hama walang sangit, pada saat padi mulai mengeluarkan malai (bunting)
dan bulir mulai masak susu terdapat hama walang sangit yang diatas ambang. Jika
dibiarkan maka dapat mengakibatkan penurunan produksi bahkan kegagalan panen,
kemudian di kendaikan lewat penyemprotan pestisida kimia dengan merek starb*n
yang di petunjuk ternyata tidak disebutkan untuk mengendalikan hama walang
sangit, akibatnya adalah penyemprotannya tidak berpengaruh terhadap serangan
hama karena pestisida yang digunakan tidak sesuai.
Berbagai
kondisi diatas merupakan penggunaan pestisida yang tidak tepat/tidak sesuai
anjuran. Petani perlu mendapatkan edukasi mengenai penggunaan pestisida, baik
itu jenis, cara, waktu dan dosisnya. Hal ini penting mengingat bahwa kunci
sukses dalam usahatani adalah penanggulangan hama dan penyakit secara bijaksana
dan seusi dengan pengendalian hama secara terpadu. Berikut adalah hal yang
perlu mendapatkan perhatian dalam menggunakan pestisida kimia :
- Jenis hama dan penyakit
Organisme Pengganggu pada tanaman antara
lain : Gulma, Jamur, Serangga, Tikus, Bakteri, dan Moluska (keong). Pestisida yang
digunakan juga berbeda-beda seperti Gulma dengan Herbisida, Jamur dengan
Fungisida, , tikus dengan rodentisida, Serangga dengan insectisida, bakteri
dengan bakterisida, keong dengan molusida. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
jenis-jenis insekstisida tersebut berbeda-beda disesuaiakan dengan
hama/penyakit yang akan di berantas. Karena tidak tahuan akan jenis-jenis
pestisda ini banyak petani yang hanya mengandalkan pada pengalaman petani lain
tanpa adanya pengamatan terlebih dahulu di lapang mengenai penyebab utama
serangan hama/penyakit, jika petani sebagai sumber informasi salah maka semua
petani yang mengikuti juga salah, ini sangat berbahaya karena seumpama tanaman
terserang jamur tetapi di semprot dengan insektisida maka yang terjadi adalah
terbunuhnya serangga-serangga yang bermanfaat, pencemaran lingkungan, tidak
berdampak dalam mengurangi serangan penyakit dan meningkatnya biaya produksi.
Maka perlu untuk mengkonsultasikan segala upaya dalam mencegah atau
menanggulangi serangan hama penyakit kepada penyuluh pertanian setempat sebelum
melakukan langkah pengendalian menggunakan pestisida kimia.
Pengalaman yang lain adalah komunikasi yang
tidak jelas antara petani dengan pedagang obat pertanian di toko pertanian,
yang ingin diberantas adalah hama walangsangit dan sekaligus juga ingin
memberantas gulma. Kemudian diberikan dua macam obat yang satu untuk walang
sangit yang satu lagi untuk gulma, tetapi karena kurang pengalaman dalam
penggunaan pestisida kimia dan tidak membaca label, obat untuk memberantas gulma
malah disemprotkan ke tanaman padi yang akhibatnya adalah tanaman padi tersebut
mati semua. Ini merupakan contoh hal sederhana tetapi sering terjadi dilapang.
Oleh karena itu pendampingan dari penyuluh pertanian sangat dibutuhkan untuk
memberikan edukasi terhadap fungsi jenis-jenis pestisida kimia dan kegunaannya.
Pada label pestisida juga terdapat nama
bahan aktif yang terkandung di dalamnya, ini sangat penting untuk diketahui
karena banyaknya merk obat-obat kimia di pasar dan biasanya petani hanya menghafalkan
merk dagangnya. Padahal jenis-jenis hama yang ada di lahan pertanian hanya bisa
diatasi dengan bahan aktif tertentu. Dan ini mulai harus di ubah dalam
pemahaman petani bahwa merek dagang boleh berbeda-beda tetapi yang terpenting
adalah bahan aktif yang terkandung didalamnya. Misalkan pada serangan hama walang
sangit dapat diobati dengan insectisida berbahan aktif dimehipo, imidakloprid, fipronil, BPMC, MIPC, Abamektin, Metolkrab, Deltametrin, Alfametrin, Azadirakhtin, dan Pymetrozine. Jika tidak menggunakan salah satu bahan aktif tersebut maka pengendalian tidak akan efektif, misal menggunakan bahan aktif bensultap.
Sistem kerja pestisida yang dipergunakan,
ada yang berupa racun kontak, racun sistemik, racun kontak dan sistemik. Pada
pestisida jenis racun kontak maka hama bisa terbunuh jika terkena oleh
pestisida, hama-hama yang tidak terkena maka akan tetap hidup. Pestisida racun
sistemik bekerja dengan cara membunuh hama yang memakan bagian tanaman yang
telah di obati, tanaman menyerap pestisida dan secara tidak langsung maka
tanaman tersebut mengandung pestsida tersebut selama kurun waktu tertentu
pengaruh pestisidanya baru hilang. Jika dilihat dari hasilnya maka pestisida
racun kontak memberikan hasil lebih cepat karena hama yang terkena langsung
mati, tetapi tidak bisa membunuh hama-hama yang berada di dalam tanaman,
misalkan ulat buah pada tanaman tomat, ulatnya tidak akan terbunuh dengan racun
kontak karena berada di dalam buah tomat. Berbeda dengan racun kontak, racun
sistemik cara kerjanya lebih lambat dan baru benar-benar hilang dalam kurun
waktu tertentu biasanya 3 minggu setelah penyemprotan. Hama-hama yang berada di
dalam tanaman akan terbunuh dengan pestsida sistem kerja sistemik. Kekurangan
pestisida sistemik adalah adanya residu pestisida yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pestisida kontak, bahkan pada tanaman buah yang dipanen
jika selang waktu pemanenan dari penyemprotan kurang dari 3 minggu maka
pengaruh pestisida tersebut masih ada, sehingga tidak jarang ditemukan ada beberapa
kasus keracunan makanan karena mengkonsumsi buah yang masih mengandung
pestisida sistemik dan mungkin dosis pada penyemprotannya melebihi dosis yang
dianjurkan. Terakhir ada pestisida yang bekerja dengan dua cara yaitu sistemik
dan kontak dengan cara menggabungkan dua sistem diatas. Apabila membeli
pestisida kimia juga penting dilihat masa kadaluarsanya.
informasi yang ada di label harus diperhatikan |
- Ambang pengendalian
Pestisida kimia merupakan cara terakhir yang
dipergunakan untuk mengatasi serangan hama dan penyakit. Ada pepatah mengatakan
bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati. Penerapan cara penanggulangan
hama secara terpadu memungkinkan terwujidnya good agricultural product.
Produk-produk pertanian yang menim dari residu bahan-bahan kimia, sehat dan
good agricultural practice yaitu cara bertani yang baik, ramah lingkungan
menuju kelestarian lingkungan.
Langkah-langkah pencegahan yaitu menggunakan
varietas yang tahan, pemupukan tepat pada waktunya dan menggunakan dosis pupuk
yang seimbang, pemanfaatkan pupuk organik yang telah jadi, tanam serempak,
melakukan rotasi tanaman, melestarikan musuh alami dengan cara menanam tanaman
refugia, memasang kelambu pada persemaian, mencegah intoduksi hama dari lahan
lain melalui saluran irigasi, melakukan pengairan berselang, membersihkan
gulma-gulma dan melakukan pengamatan secara rutin di lapang.
Langkah-langkah pengendalian yaitu membunuh
hama yang ditemukan dengan jempol, membuat perangkap hama, menggunakan
pestisida organik dan nabati, memanfaatkan agen hayati seperti beuvaria
bassiana dan trichoderma, mengumpulkan hama yang terserang penyakit untuk
memudian di ekstrak dan disemprotkan ke lahan. Cara terakhir jika semua cara
diatas tidak mampu menekan serangan hama adalah menggunkan pestisida kimia,
ambang pengendalian dengan pestisida kimia adalah jika ditemukannya lebih dari
10 ekor hama perumpun tanaman atau untuk hama wereng jika ditemukan 5 ekor
perumpun, tetapi jika tidak terjadi serangan hama yang parah pengobatan dengan
pestisida kimia tidak perlu dilakukan. Pengendalian bisa menggunakan pestisida
nabati/pestisida organik.
- Waktu pengendalian
Untuk
bisa mengetahui cara pengendalian hama yang tepat maka harus dipelajari dulu
adalah fase rentan serangan hama dan siklus hidup hama tersebut, pengendalian yang tepat adalah pada fase
terlemah pada siklus hama tersebut. Sebagai contoh adalah hama sundep/penggerak batang padi, titik terlemah pada penggerek batang adalah pada fase telur. Ketika
sudah terjadi penerbangan ngengat maka petani harus rajin melakukan
pengamatan lahan untuk menemukan telur dan kemudian memusnahkannya. Pada hama wereng :
Penyemprotan pada saat banyak makroptera akan membunuh musuh alami, tetapi tidak membunuh telur yang ada dalam jaringan. Oleh karena itu setelah telur mentas, nimfa akan keluar dan akan terbebas dari musuh alami. Penyemprotan insektisida pada bagian atas tajuk tanaman tidak akan mengenai wereng coklat yang hidup pada pangkal batang. Dalam hal ini tajuk tanaman padi berperan sebagai payung yang melindungi wereng dari tetesan halus insektisida.
Penyemprotan pada saat banyak makroptera akan membunuh musuh alami, tetapi tidak membunuh telur yang ada dalam jaringan. Oleh karena itu setelah telur mentas, nimfa akan keluar dan akan terbebas dari musuh alami. Penyemprotan insektisida pada bagian atas tajuk tanaman tidak akan mengenai wereng coklat yang hidup pada pangkal batang. Dalam hal ini tajuk tanaman padi berperan sebagai payung yang melindungi wereng dari tetesan halus insektisida.
Selain
berdasarkan fase terlemahnya hama, waktu pengendalian menggunakan pestisida
kimia pada waktu pukul 08.00-10.00, dimana embun sudah tidak ada dan matahari
belum bersinar terlalu terik. Pada waktu sore bisa dilakukan diatas jam
15.00.
- Dosis pestisida yang digunakan
dosis |
Sebelum menggunakan pestisida perlu dilihat dosis yang
dianjurkan pada label aturan pakai berdasarkan jenis hama dan
tanaman budidaya, sebagai
contoh adalah insektisida dengan nama dagang Matad*r pada petunjuk penggunaan
disebutkan bahwa tanaman kedelai yang terserang ulat grayak (Spodoptera litura) dapat dikendalikan
dengan dosis 0,25ml/l – 0,5ml/l. Yang artinya jika tingkat serangannya
kecil/ringan maka dosis yang digunakan adalah 0,25ml/l,
tetapi jika tingkat serangannya tinggi/berat maka dosis yang digunakan 0,5ml/l.
Apabila
menggunakan tangki semprot yang memiliki kapasitas 16 liter maka dosis
pestisidanya adalah : untuk serangan ringan = 16 x 0,25 = 4 ml (cc) . Untuk
serangan berat = 16 x 0,5 = 8 ml (cc).
Pada beberapa merek obat tertentu ada keterangan volume dari tutup botolnya,
sehingga tutup botol tersebut dapat dipergunakan sebagai takaran. Tetapi jika
tidak ada maka dapat menggunakan suntik bekas untuk mengukur ketepatan dosis
pestisida, setelah selesai dapat dicuci bersih disimpan dalam tempat khusus
obat-obatan tanaman dan peralatan kemudian sewaktu dibutuhkan bisa digunakan
lagi.
Ketepatan
dosis sangat penting karena: pertama
menghindari resistensi hama terhadap pestisida tersebut. Kedua adalah tepat dosis berarti menekan biaya produksi. Penggunaan
petisida yang tidak sesuai dengan aturan membuat resistensi terhadap hama,
sehingga pada penyemprotan di musim tanam berikutnya malah tidak memberikan
hasil yang baik karena hama sudah tahan. Pestisida memiliki harga yang
bermacam-macam, bahkan dengan merk-merk tertentu yang konsentrasi bahan aktifnya
lebih tinggi harganya bisa sampai ratusan ribu perbotol, jika penggunaannya
tidak sesuai dengan aturan maka yang terjadi adalah pembengkakan biaya produksi
dan menurunkan laba usahatani.
Setelah
tahu dosis yang tepat maka selanjutnya
adalah mencampur pestisida dengan air, pencampuran dilakukan di ember khusus
sebelum dimasukkan ke tangki. Tujuannya adalah agar penyampuran yang terjadi
secara merata. Setelah tercampur merata di ember kemudian dituangkan ke dalam
tangki dan airnya bisa ditambah lagi sesuai dengan kapasitas tangki. Untuk
menjadikan perhiatian bahwa tidak dianjurkan untuk menggunakan pestisida lebih
dari satu dengan cara dicampur. Bahkan jika di runtut dari aturan yang berlaku
cara penggunaan pestsida dengan dicampur satu sama lain sangat berbahaya dan
bisa saja malah tidak efisien karena kita sendiri tidak mengetahui reaksi apa
yang terjadi jika senyawa yang berbeda dicampur menjadi satu.
suntik bekas untuk menakar dosis pestisida |
- Kondisi peralatan untuk penyemprotan
Peralatan
yang dipergunakan untuk penyemprotan juga harus diperiksa terlebih dahulu untuk
mengetahui kelayakannya, jika ada bagian-bagian yang bocor perlu untuk di
perbaiki dulu, untuk mengetahuinya bisa dilakukan dengan memberikan air dan di
cek untuk penyemprotan. Di sambungan-sambungan pipa dan selang jika karetnya
sudah aus harus diganti, nozelnya jika kotor harus dibersihkan, tali
penggendongnya juga di cek apakah masih bagus dan kuat atau tidak, jika sudah
tidak kuat harus diganti dengan yang baru. Peralatan yang baik akan menunjang
kefektifan dalam pengendalian hama.
pengecekan kondisi alat |
- Cara penyemprotan
Jika
dilihat nozel ada bermacam macam bentuknya, jika di kelompokkan maka ada dua
yaitu yang bengkok dan lurus. Kegunaan dari dua nozel ini juga berbeda, untuk
nozel yang lurus difungsikan menyemprot hama yang berada di pangkal rumpun,
misalkan hama wereng. Untuk nozel yang bengkok digunakan untuk menyemprot hama di
dedaunan, misalkan walang sangit. Jadi nozel yang digunakan harus sesuai dengan
hama sasaran yang akan disemprot.
Penyemprotan
dilakukan dengan mencari tahu dulu arah angin, jika anginnya dari barat maka
arah penyemprotannya menghadap ke timur, dan berjalan dari utara ke selatan,
setalah itu tetap menghadap timur dan dari selatan ke utara, kemudian
seterusnya. Tujuan dari mengetahui arah angin adalah : pestisida tidak berbalik
ke penyemprot karena tiupan angin yang bisa mengakibatkan keracunan, kedua agar
penyemprotan bisa merata.
Penyemprotan
dilakukan dengan berjalan pelan-pelan dan tepat sasaran, jika tangki telah
habis maka dilakukan pengisian lagi dan meneruskan dari tempat terakhir. Pada
pestisida yang sifatnya sistemik, sebelum dilakukan penyemprotan lahan harus
dikeringkan terlebih dahulu dengan kondisi tanah macak-macak/tidak tergenang,
aliran air ditutup agar tidak ada air yang bisa masuk ke lahan.
cara penyemprotan |
- Standar keamanan penggunaan pestisida kimia
Sebelum
mulai menyemprot perlu dipersiapkan alat pengaman seperti masker, harganya
murah Rp.1.000 perbiji, untuk menghindari terhirupnya pestisida. Kemudian
dilarang untuk merokok karena pestisida juga bisa terhirup bersama dengan
rokok. Menggunakan pakaian khusus untuk melakukan penyemprotan yang tidak
tertembus air (dari bahan plastik). Standar keamanan yang minimal ini kadangn
diabaikan oleh petani yang mengakibatkan terganggunya ksehatan petani karena
akumulasi pestisida terhirup cukup tinggi.
Setelah
selesai melakukan penyemprotan maka peralatan harus dicuci bersih, jika ingin
makan dan minum tangan dan kaki juga dicuci bersih menggunakan sabun pada air
yang mengalir.
Silahkan memberi komentar yang membangun EmoticonEmoticon