|
Semai hidroponik |
1.
Hidroponik adalah teknologi baru
Ada yang mengatakan bahwa hidroponik adalah
teknologi baru atau teknologi modern. Ini menjadi mitos pertama tentang
hidroponik. Dengan mengatakan hidroponik sebagai teknologi baru menyebabkan
hidroponik sulit diadopsi sebagai cara budi daya tanaman yang bisa memberikan
pangan pada manusia.
Hidroponik sesungguhnya ditemukan karena
proses belajar manusia dalam sejarah. Arti harafiah hidroponik adalah bekerja
dengan air. Memang kata hidroponik berasal dari kata latin hydroponos. Hydro
berarti air dan ponos yang berarti kerja. Tanaman membutuhkan unsur hara untuk
bertumbuh dan berkembang. Unsur hara tersebut dilarutkan dalam air kemudian
akar tanaman menyerap unsur hara tersebut. Inilah kerja air yang menyediakan unsur
hara bagi tanaman.
Mengapa manusia bisa sampai pada kesimpulan
bahwa karena kerja airlah maka tanaman menjadi hidup? Ini tidak Iain dengan
mengamati fakta tentang taman tergantung di Babilonia. Taman itu merupakan
kombinasi karya arsitek dan budi daya tanaman yang serasi. Wujud arsitek taman
bertingkat-tingkat dengan budi daya pepohonan yang indah dengan sistem
pengairan hingga ketinggian 100 meter di atas permukaan tanah. Taman itu hijau
karena kerja air. Ingat arti harafiah hidroponik.
Dalam sejarah kita pernah menemukan bahwa
bangsa Aztec yang merupakan salah satu suku bangsa Indian di Mexico dengan
peradaban tinggi, telah membuat kebun atau taman terapung di atas air (floating
gardens). Mereka sudah mengetahui bahwa tanaman dapat hidup meski hanya tumbuh
di atas permukaan air
Dengan demikian, hidroponik bukanlah teknologi
baru yang sulit diadopsi. Hidronik justru sudah diterapkan ribuan tahun lalu
oleh manusia. Tetapi manusia sebagai makluk pembelajar, melihat dari sejarah
dengan mengamati alam mendapatkan keyakinan bahwa tanah bukanlah elemen dasar
yang dibutuhkan tanaman. Justru unsur hara dan air yang terkandung dalam tanah
yang diserap akar tanaman itulah yang sebenarnya dibutuhkan oleh tanaman untuk
bertumbuh dan berkembang.
Ini yang bisa kita amati pada tumbuhan air
seperti teratai atau enceng gondok. Tumbuhan tersebut tetap hidup di atas
permukaan air meski tidak berada di atas permukaan tanah.
Apa kesimpulan Anda dengan paparan singkat
ini? Ternyata tidak yang ada yang baru di dunia ini. Kita hanya diharapkan
untuk jernih mengamati fenomena kehidupan dan merumuskannya kembali sebagai
teknologi atau cara untuk memperoleh hidup yang lebih baik. Hidroponik adalah
teknologi. Ini merupakan cara atau teknik budi daya tanaman tanpa tanah yang bisa
kita gunakan untuk menghasilkan pangan. Untuk kehidupan kita.
2.
Hidroponik tidak alami dan anorganik
Mitos ini hendak mengatakan bahwa budi daya
tanaman dengan hidroponik tidak alami sehingga hasil panennya bisa membahayakan
kesehatan manusia. Mitos ini seperti mau mengatakan bahwa ada rekayasa genetika
atau bahan pangan yang dihasilkan dengan hidroponik adalah hasil mutasi
genetika. Mitos ini salah besar. Apa yang dimaksudkan dengan sistem budi daya
tanaman yang buatan dan yang alami? Bertani secara konvensional dalam arti
mengolah tanah untuk menumbuhkan tanaman adalah cara yang mengubah ekosistem
yang alami menjadi ekosistem buatan sehingga sesuai dengan tujuan dan
kepentingan manusia untuk memproduksi pangan. Pertanian adalah ekosistem buatan.
Bukan ekosistem alamiah lagi. Hutan dibuka, pohon-pohon ditebangi, saluran air
dibangun, tanah diolah kemudian benih atau bibit tanaman ditanam. Ekosistem
alam yang asli atau alamiah sudah berubah menjadi ekosistem buatan yaitu
ekosistem pertanian untuk mendukung proses budi daya tanaman.
Hidroponik juga menciptakan ekosistem
pertanian buatan. Tanaman tidak ditanam di tanah tetapi di lubanglubang talang
atau pipa paralon yang dialiri air dan larutan hara. Lingkungan tempat hidup
tanaman dibuat oleh manusia
Tetapi bagaimana dengan hasil panennya?
Tanaman sayuran sawi sendok yang ditanam dengan teknik hidroponik tetap sama
dengan tanaman sawi sendok yang ditanam di lahan pertanian. Sama tidak berubah.
Tetap sawi sendok yang alami. Bukan buatan. Maka hidroponik sekali lagi
merupakan cara menghasilkan pangan yang dibutuhkan manusia sama persis dengan
yang dihasilkan dari teknik budi daya tanaman yang lain seperti yang ditanam di
lahan pertanian.
Hal berikut yang dibuatkan paradoks adalah
bahwa prodük pangan dari hidroponik diklaim sebagai mengandung bahan kimia dan
tidak merupakan bahan pangan organik.
Hidroponik tidak seperti tanah sebagai media
tanam yang dapat menyimpan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Unsur hara unsur
untuk budi daya tanaman dengan metode hidroponik disiapkan oleh manusia dalam
bentuk pupuk dengan formulasi yang sudah diketahui setelah mengetahui
mineral-mineral yang dibutuhkan tanaman. Mineral yang dibutuhkan tanaman itulah
yang disebut unsur hara. Mineral atau unsur hara ini ketika diserap oleh akar
tanaman selalu dalam bentuk ion anorganik. Meski sumber unsur hara itu dari
bahan organik ketika diserap tanaman selalu dalam bentuk ion anorganik.
Maka unsur hara yang dibutuhkan hidroponik
dengan formulasi pupuk dalam bentuk bahan kimia sama persis dengan unsur hara
yang dibutuhkan tanaman ketika dibudidayakan secara organik pada lahan
pertanian. Bedanya, melalui hidroponik kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan
tanaman dalam jumlah yang sesuai. Tidak ada yang terbuang sehingga tidak ada
pencemaran bahan kimia dari budi daya hidroponik.
Dengan demikian, bahan pangan seperti sayur
dan buah yang dihasilkan dari budi daya hidroponik merupakan bahan pangan sehat
dan alamiah karena unsur hara yang diserap tanaman dalam bentuk ion dan diubah
oleh tanaman melalui proses fotosintesis menjadi karbohidrat. Hasil fotosintesa
ini yang kita peroleh dalam bentuk hasil panen sayur dan buah.
|
instalasi hidroponik |
3.
Hidroponik tidak ramah lingkungan
Mitos ini sangat menyesatkan. Sekarang mari
Anda bayangkan. Sebuah rumah tanpa pekarangan, tetapi di tembok rumahnya
terpasang instalasi hidroponik. Pipapipa paralon dirancang bertingkat-tingkat
dengan tanaman
yang tumbuh subur. Sebuah tandon air tertanam
dalam tanah dengan bantuan pompa aquarium memompa dan mengalirkan larutan unsur
hara ke dalam pipa-pipa paralon. Unsur hara yang dilarutkan dalam air mengalir
terus menerus tanpa henti memasok unsur hara bagi tanaman. Nah, instalasi
hidroponik yang menghadirkan tanaman hijau tersebut tentü ramah lingkungan.
Pemanasan global yang menyebabkan perubahan
iklim sangat terasa di perkotaan. Kota yang padat dengan kendaraan bermotor
menghasilkan gas buang karbon dioksida yang sangat tinggi. Matahari pagi hampir
tidak terlihat di perkotaan karena atmosfirnya sudah tertutup oleh asap
kendaraan bermotor. Gas buang kendaraan bermotor ini menyumbang gas yang
membentuk selimut termal yang melingkupi atmosfir bumi sehingga keadaan di
permukaan bumi menjadi lebih panas. Keadaan inilah yang disebut sebagai efek
rumah kaca.
Dengan demikian, naiknya suhu permukaan bumi
karena gas rumah kaca jumlah menumpuk di atmosfir seperti uap air,
karbondikosida, karbon monooksida, metana dan menjadi perangkap sinar matahari.
Bila konsentrasi gasgas tersebut terus meningkat maka semakin banyak panas yang
terperangkap di bawah atmosfir bumi. inilah yang menyebabkan suhu udara di
perkotaan jauh lebih panas dibandingkan di pedesaaan.
Cara terbaik untuk melawan pemanasan global
adalah menanam pohon agar kadar karbondioksida di udara dapat dikurangi.
Pepohonan yang rimbun menyerap karbon dioksida untuk fotosintesis dan menyimpan
hasil asimilasi dalam bentuk karbon (karbohidrat) di dalam kayunya dan kemudian
melepaskan gas oksigen ke dalam lingkungan. Oksigen inilah yang memberikan
kesegaran dan kesejukan serta dibutuhkan makhluk hidup terutama manusia untuk
bernapas.
Menanam pohon di kota tentu tidak mudah. Lahan
terbatas. Kota lebih menampilkan rimba raya hutan beton melalui gedung-gendung
jangkung. Kota tidak bisa ikut berkeperan mengurangi pemanasan global bila
mengandalkan penanaman pohon.
Salah satu solusi yang bisa dilakukan, mudah
dilakukan, dan bisa dikerjakan oleh siapa saja adalah dengan mengembangkan
hidroponik di setiap pekarangan rumah. Bahkan hidroponik bisa diterapkan di
perkantoran, gedunggedung vertikal, apartemen, hotel, dan kondominium.
Kota-kota dunia sekarang ini sudah menerapkan arsitektur gedung-gedung vertikal
yang dilengkapi dengan kebun vertikal (vertical garden). Salah satu bentuk
vertical garden yang bisa dikerjakan adalah dengan hidroponik.
Sebuah langkah nyata dan kecil yang Anda
lakukan di pekarangan rumah dengan hidroponik bila dilakukan bersama-sama
secara serentak akan merupakan sebuah lompatan raksasa untuk membangun masa
depan bersama yang lebih baik. Inilah yang dikatakan oleh Neil Amstrong ketika
menjejakkan kakinya pertama kali di bulan dalam penerbangan ruang angkasa
Apollo I I bahwa sebuah langkah kecil di bulan akan merupakan sebuah lompatan
raksasa dalam peradaban hidup manusia.
Dengan demikian kita bisa membuktikan bahwa
hidroponik merupakan cara budi daya tanaman yang ramah lingkungan.
Bagaimana soal air? Ada yang mengatakan
hidroponik memboroskan air dan pupukș Justru hal yang sebalikanya yang benar.
Hidroponik merupakan cara budi daya tanaman yang sangat efisien dengan air.
Tidak ada air yang terbuang dalam sistem budi daya tersebut. Akar tanaman
menyerap unsur hara secara efektifsesuai dengan kebutuhan pertumbuhan tanaman.
Akar tanaman tidak perlu mencari unsur hara kemana-mana karena air membawa
unsur hara tersebut pada akar tanaman sehingga seluruh energi yang dikeluarkan
tanaman digunakan untuk pertumbuhan. Ini pula yang menyebabkan tanaman yang
dibudidayakan dengan hidroponik bisa cepat dipanen.
Berbeda halnya dengan cara bertani
konvensional. Air yang disiram pada permukaan tanah tempat tumbuh tanaman tidak
seluruhnya masuk ke dalam tanah tetapi ada mengalir pada permukaan tanah.
Sehingga kebutuhan tanaman akan air yang melarutkan unsur hara menjadi
berkurang. Akar tanaman pun harus terus bertumbuh bertambah panjang agar bisa
menjakau unsur hara yang terlarut dalam air. Dengan demikian, sebagian energi digunakan
tanaman hanya untuk mencari dan menyerap unsur hara sehingga pertumbuhan
tanaman menjadi terhambat.
Begitu pula yang terjadi dcngan tanaman
pertanian di sawah yang dipupuk dengan pupuk nitrogen dan fosfat. Pcnggunaan
yang bcrlcbihan dari pupuk tersebut menyebabkan pcnccmaran tanah dan air
seperti terjadinya eutrofikasi yaitu memburuknya keadaan perairan seperti
sungai dan danau.
Dalam pcrtanian konvcnsional, pcnggunaan input
buatan terutama pupuk dan pcstisida kimia ditengarai merupakan salah satu
penycbab kerusakan dan penurunan kualitas lingkungan. Scperti dilaporkan oleh
The United State Environmental Protection Agency (USEPA), polutan terbesar
terhadap sumberdaya alam di USA adalah dari sektorpertanian (Archer and
Shogren, 1994). Demikian pula di Indonesia semangat revolusi hijau ternyata
telah mewarnai kebijakan pembangunan pertanian selama beberapa dekade terakhir
yang ditandai oleh masih diandalkannya penggunaan input kimiwai dalam
paket-paket rekomendasi teknologi kultur teknis dalam rangka untuk peningkatam
produksi pangan.
Penggunaan pestisida kimia yang sangat tinggi
di Indonesia karena didukung oleh subsidi pemerintahi Pada tahun 1986 jumlah
subsidi pestisida 179 juta US dollar (kurang lebih 0.17 persen dari PDB dan 0.8
persen dari total pengeluaran pemerintah) dan selama periode 1976-1987 hampir
mendekati 1.5 milyar US dollars. Situasi ini berakibat penggunaan pestisida
yang berlebihan dan inefisien, sehingga menyebabkan kerugian ekonomis dan
kerusakan lingkungan.
Hal tersebut tidak terjadi dengan hidroponik.
Seluruh unsur hara tanaman telah diformulasikan dalam jumlah yang dibutuhkan
tanaman sehingga dapat diserap seluruhnya untuk pertumbuhan tanaman. Penggunaan
pestisida kimia bukan merupakan pilihan dalam budi daya hidroponik. Demikian
pula dengan penggunaan air. Sangat hemat!
4. Hidroponik
itu canggih dan mahal
Mitos ini mau mengatakan bahwa karena
hidroponik itu canggih maka hanya digunakan atau diterapkan oleh orangorang
tertentu saja. Karena teknologinya canggih maka tentu mahal. Cara pandang ini
sepenuhnya salah.
Hidroponik merupakan teknologi budi daya
tanaman yang mudah diterapkan oleh siapa saja. Bahkan oleh anakanak sekali pun.
Nah, coba Anda bandingan dengan budi daya tanaman yang konvensional. Anda harus
berjerih payah mengeluarkan keringat untuk mencangkul saat mengolah tanah.
Badan Anda harus berpeluh penuh keringat. Anda capai dan kehausan. Anda harus
mengayunkan pacul berkalikali ke dalam panah untuk membongkar tanah. Apakah
kegiatan mencangkul bisa dilakukan anak-anak? Tentu tidak, bukan?
Hidroponik memang cara canggih untuk
menghasilkan Pangan. Dan bisa dilakukan siapa saja. Bahan-bahan yang digunakan
pun mudah diperoleh. Bahkan dengan barangbarang bekas sekalipun Anda sudah bisa
menghasilkan pangan. Bayangkan, hanya dengan wadah gelas plastik bekas air
minum yang dibuang orang, Anda sudah bisa gunakan untuk menanam sayuran.
Sedangkan pertanian konvensional, kalau Anda tidak punya tanah, Anda tidak bisa
menanam sayuran. Jadi pasti lebih murah dengan hidroponik.
5. Hidropnik
hanya ditanam dalam ruangan
Ada yang berpandangan bahwa hidroponik
merupakan metode budi daya tanaman indoor atau dalam ruang. Tentu tidak
demikian. Bisa dalam ruang, bisa juga luar ruang. Bahkan hidroponik memunculkan
konsep budi daya tanaman tanpa tanah, tanpa matahari (no soil, no sun). Tanpa
matahari tidak berarti tanaman dibudidayakan dalam ruang gelap. Tetapi tanaman
yang dibudidayakan dalam ruang dengan metode hidroponik menggunakan cahaya
buatan (lampu) yang diatur intensitas dan panjang gelombangnya mendekati sinar
matahari. Inilah yang dimaksud no sun tetapi dengan cahaya buatan dalam ruang.
Tanamanyang dibudidayakan dengan metode
hidroponik tetap membutuhkan sinar matahari sebagai sumber energi alam raya
ini. Tanaman membutuhkan cahaya matahari untuk melakukan fotosintensis sehingga
memberikan hasil sebagai bahan pangan kepada kita.
Tanaman hidroponik yang ditempatkan di luar
ruangatau di bawah cahaya matahari memang bisa menggunakan green house. Tetapi
pemberian green house tidak berarti hidroponik hanya bisa diaplikasikan dalam
ruang. Dengan green house intensitas cahaya matahari bisa dikurangi sehingga
tanaman tidak terpapar secara langsung oleh teriknya matahari, Namun yang perlu
diingat, hidroponik tidak selalu membutuhkan green house. Tergantung skalanya
usahanya saja.
6. Hidroponik
tidak membutuhkan pestisida
Hama adalah binatang atau serangga yang
berkompetisi dengan manusia dalam memperoleh sumber daya. Tanaman pangan adalah
sumber daya hayati yang diusahakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia. Tetapi tanaman tersebut juga merupakan sumber pakan serangga hama
sehingga serangga dan manusia berkompetisi dalam memperoleh sumber daya yang
dibutuhkan.
Manusia sejak lama telah berusaha
mengendalikan hama yang menyerang tanaman pertanian. Strategi dan taktik yang
digunakan manusiajuga berevolusi selama berabad-abad. Dengan kata lain pula
sesungguhnya hama dan manusia telah berseteru selama ribuan tahun dalam
memperoleh sumber daya. Bahkan bisa dikatakan perseteruan manusia dan hama
berlangsung abadi.
Nah, tanaman yang dibudidayakan dengan metode
hidroponik tentu juga akan menarik datangnya serangga hama dan penyakit. Untuk
melawan hama dan penyakit, manusia menggunakan pestisida. Dengan kata lain,
tanaman hidroponik tetap membutuhkan pestisida untuk mengendalikan hama dan
penyakit tanaman.
Tentu yang dipersoalkan adalah pestisida jenis
apa yang digunakan? Pestisida kimia atau pestisida anorganik buatan pabrik sebaiknya
tidak digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang tanaman
hidroponik karena akan meninggalkan residu. Kita tetap dapat mengendalikan
serangga hama dan penyakit dengan pestisida nabati atau pestisida organik yang
berasal dari tumbuhan atau hewan.
Dengan pestisida organik, tidak ada bahan sisa
atau residu pada tanaman yang berbahaya bagi manusia, ternak, dan lingkungan.
Sehingga hasil panen tanaman hidroponik seperti sayur dan buah bebas racun
pestisida kimia, Inilah yang menjadi keunggulan produk-produk pangan dengan
metode budi daya hidroponik.
7. Hidroponik
menghasilkan tanaman yang lebih besar
Hidroponik memberikan kemungkinan bagi tanaman
untuk bertumbuh secara ideał karena unsur hara yang dibutuhkan tanaman dapat
diberikan dałam proporsi yang tepat dan akurat. Tanaman dapat memperoleh
makanan yang mereka butuhkan sesuai dengan tahap perkembangannya. Tidak lebih
dan tidak kurang!
Berbeda dengan pertanian konvesional. Tanaman
yang dibudidayakan di atas tanah memiliki perjuangan tersendiri dałam menyerap
unsur hara. Akar tanaman harus berjuang tanpa henti dałam tanah untuk mengejar
unsur hara yang cukup sebagai nutrisi bagi kehidupan tanaman. Tanaman
membutuhkan energi lebih untuk menyerap unsur hara dałam tanah yang belum tentu
tersedia di sekitar zona atau daerah perakaran.
Pada tanah berpasir karena partikel mineralnya
besar menyebabkan air dan unsur hara bergerak cepat melewati zona akar tanaman.
Ini tidak ideał untuk pertumbuhan tanaman seperti sayuran kecuali sejumlah
besar air dan pupuk dipasok secara teratur.
Sedangkan pada ekstrim yang lain, pada tanah
bertekstur liat memiliki kemampuan menyimpan air dan zat hara tanaman yang
sangat tinggi. Tetapi air yang terkandung dalam tanah liat diserap dengan
energi yang tinggi pula sehingga sulit dilepaskan terutama bila dalam keadaan
kering. Unsur hara menjadi kurang tersedia untuk tanaman. Pada tanah liat,
drainasenya buruk sehingga menyebabkan kekurangan oksigen dalam tanah.
Terbatasnya udara yang mengandung oksigen dalam tanah akan menghambat
pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman sehingga menghambat pernafasan
tanaman, menghambat pula penyerapan air dan unsur hara dari dalam tanah, Dengan
aerasi yang buruk ini, tanaman akan kekurangan zat hara. Keadaan inilah yang
menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi tidak optimal.
Menariknya, dengan metode budi daya
hidroponik, semuanya bisa Anda kendalikan dengan baik dan terukur. Unsur hara
yang dibutuhkan tanaman dari udara seperti oksigen, juga dapat diperoleh secara
baik. Akar tanaman yang tumbuh dalam air, meşki akarnya tenggelam, namun
memiliki persedian udara di sekitar perakaran tanaman dan oksigen dapat
terlarut dalam air.
Dalam budi daya hidroponik, unsur hara selalu
tersedia di sekitar akar tanaman sehingga tidak membutuhkan usaha ekstra dari
kerja akar untuk mencari dan menyerap unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Aktivitas
akar tanaman yang hemat energi ini memberikan kemungkinan yang lebih baik bagi
tanaman untuk fokus pada pertumbuhan dan perkembangannya. Tanaman akan
bertumbuh secara sebenarnya dan bukan lagi berusaha bertahan hidup seperti
kalau ditanam di tanah. Tidak heran pula, sayur-sayuran yang dibudidayakan
secara hidroponik mempunyai masa panen yang lebih cepat dibandingkan dengan
sayuran yang ditanam di tanah.
Hidroponik dalam sejarahnya mengalami evolusi.
Pelan tapi pasti. Julius von Sachs dan Wilhelm Knop, pada tahun 1860-1861
menumbuhkan tanaman dalam Iarutan hara tanpa menggunakan media inert. Metode
Sach dan Knop kemudian dikenal sebagai nutriculture. Ini merupakan cikal bakal
hidroponik. Akhirnya W.E Gericke (1937) dari California melakukan penelitian
dengan menanam tomat dan sistem yang dia gunakan dinamakan nutriculture system
hidroponics. Dari Gericke inilah muncul istilah hidroponik.
Menurut Savage (1985), hidroponik berdasarkan
sistem irigasisnya dapat dibedakan menjadi:
(1) Sistem
terbuka dimana larutan hara tidak digunakan kembali, misalnya pada hidroponik
dengan penggunaan irigasi tetes drip irrigation atau trickle irrigation,
(2) Sistem
tertutup, dimana larutan hara dimanfaatkan kembali dengan cara resirkulasi.