fermentasi pupuk cair secara an aerob |
Pembuatan pupuk organik sangatlah mudah, hanya saja ketika dibiarkan terjadi secara alami akan membutuhkan waktu yang cukup lama, maka dilakukan proses fermentasi
Pupuk
diperlukan tanaman sebagai faktor utama penyokong pertumbuhan tanaman, ibarat
manusia yang memerlukan makan dengan kandungan gizi untuk mendukung pertumbuhan,
demikian pula tanaman yang memerlukan makanan berupa unsur hara yang berasal
dari pupuk. Semakin lengkap kandungan unsur hara pada pupuk maka pertumbuhan
tanaman akan semakin baik, kandungan hara yang lengkap tersebut terdapat pada
pupuk organik. Pupuk organik tersebut dapat berasal dari tumbuhan ataupun dari
kotoran ternak/hewan yang telah mengalami proses dekomposisi atau diuraikan
oleh mikroorganisme. Secara alami proses dekomposisi tersebut bisa berlangsung,
jadi semisal ternak kita mengeluarkan kotoran dan kita diamkan saja tanpa
melalui perlakuan-perlakuan untuk pengolahan menjadi pupuk, tetap saja akan
mengalami proses dekomposisi dan otomatis menjadi pupuk. Proses tersebut
terjadi secara alami, sama seperti ketika kita menyimpan buah/sayuran/daging
jika sudah membusuk kita akan melihat adanya larva lalat, dan pada dasarnya
proses pembusukan tersebut terjadi karena adanya mikro organisme, atau dalam
penyebutannya adalah mikro organisme lokal. Kita bisa memperbanyak mikro
organisme lokal dengan bahan-bahan seperti buah atau nasi basi yang kita
diamkan untuk membusuk secara alami, jika sudah membusuk maka buah/nasi basi
tersebut sudah kaya akan mikro organisme pengurai, dan bisa dipergunakan untuk
menjadi starter menguraikan bahan organik lain termasuk kotoran ternak dan sisa
tanaman menjadi pupuk tanaman. Untuk menghindari agar bahan-bahan tersebut
tidak terdapat larva lalat maka ditempatkan pada wadah dan diberikan kain/
plastik untuk mencegah lalat bertelur pada bahan tersebut.
Pembuatan
pupuk organik sangatlah mudah, hanya saja ketika dibiarkan terjadi secara alami
akan membutuhkan waktu yang cukup lama, oleh karena itu pembuatan pupuk organik
bisa memanfaatkan mikro organisme yang sebelumnya telah dikembangbiakkan,
dengan semakin banyaknya mikroorganisme maka proses dekomposisi akan semakin
cepat. Proses ini sering disebut dengan fermentasi. Ada beberapa tujuan dari
dilakukannya proses fermentasi ini yaitu :
(1) Menguraikan bahan-bahan organik yang terdapat
pada kotoran ternak/ sisa tumbuhan menjadi unsur hara yang stabil dan mudah
diserap oleh tanaman. Kotoran ternak yang belum di fermentasi memiliki pH dan
suhu yang tinggi, ketika proses fermnetasi selesai maka pH akan menjadi netral
dan suhunya akan sesuai dengan suhu ruangan, yang artinya sudah tidak ada
aktivitas penguraian di bahan /kotoran tersebut. Pada sisa tanaman agar proses
penguraian berlangsung dengan cepat maka harus di cacah terlebih dahulu,
semakin lembut hasil cacahan maka prosesnya akan semakin cepat. Jika kotoran
ternak langsung diberikan pada tanaman, kemungkinan besar tanaman akan mati,
apalagi tanaman yang memliki akar dengan kandungan air yang tinggi misalnya
pepaya, ketika terkena kotoran ternak pasti akan mengalami kelayuan,
daun-daunnya akan menguning mulai dari daun terbawah hingga hanya mesyisakan daun
atas, karena jika di bongkar pada akarnya akan menjadi busuk akibat masih
berlangsungnya proses penguraian kotoran ternak secara alami, bahan-bahan
organik di sekitar kotoran tersebut juga terkena dampak aktivitas
mikroorganisme termasuk akar tanaman, sehingga akarnya menjadi busuk. Proses
penguraian bisa memanfaatkan mikro organisme ataupun dengan bantuan nematoda
dan hewan decomposer lain seperti luwing yang terlihat dengan mata telanjang,
banyak alternatif yang dipergunakan sesuai dengan kondisi di lokasi, apabila
kesulitan mencari produk mikro organisme pabrik seperti EM4, bisa diperoleh
dengan menggunakan mikro organisme lokal ataupun nematoda/ cacing tanah.
(2) Menghancurkan
gulma serta menghilangkan bibit penyakit. Pada pupuk kandang terkadang kotoran
ternak masih terdapat sisa tanaman yang tidak tercerna dengan sempurna,
misalkan biji-bijian yang memang memiliki daya tahan terhadap proses pencernaan
ternak, dan biasanya pakan berasal dari gulma/ rerumputan yang berada di
sekitar tanaman. Untuk amannya lebih baik menggunakan pakan yang memang
dikhusukan ditanam untuk makanan ternak seperti rumput gajah/ rumput odot,
selain nanti kotoran tidak akan tercemar oleh biji gulma juga mencegah ternak
terkena cacingan. Pencemaran pupuk kandang oleh gulma juga terjadi jika sisa
pakan jatuh ke lantai dan tertumpuk bersama dengan kotoran ternak, terutama
pada sisa pakan yang perkembang biakannya menggunakan rhizoma dan batang. Melalui
proses fermentasi gulma yang mencemari kotoran ternak bisa dibusukkan dan
dihancurkan, karena suhu yang terjadi akibat proses fermentasi sangat panas,
dan standarnya pada proses fermentasi pupuk kandang dilakukan pembalikan setiap
seminggu sekali, agar panas merata dan gulma yang belum hancur bisa hancur
karena perlakukan tersebut. Dengan suhu yang tinggi tersebut bibit penyakit
yang terbawa dari sisa tanaman dan kotoran ternak bisa mati, sehingga pupuk
yang dihasilkan benar-benar steril dari gulma dan bibit penyakit. Dengan demikian
ketika diaplikasikan di lahan tidak akan mengganggu pertumbuhan tanaman budidaya.
(3)
Menghilangkan bau busuk dari kotoran ternak. Pada beberapa peternakan seperti
ayam petelur maupun pedaging, sapi, kambing dan puyuh, pada pakan ternak
tersebut diberikan campuran mikro organisme pengurai, selain bertujuan untuk
membantu dalam pencernaan hewan, juga bermanfaat untuk menghilangkan bau dari
kotoran ternak. Bau tersebut berasal dari makanan yang tidak tercerna dengan
sempurna dan terbuang bersama dengan kotoran. Melalui bentuan mikro organisme
pengurai maka, sisa makanan yang tidak dapat tercerna tersebut bisa diuraikan
dengan cepat sehingga tidak menghasilkan bau busuk. Penggunaan mikro organisme
pengurai bisa dilakukan pada pakannya atau pada pengolahan kotoran ternak
menjadi pupuk. Bahkan pada pembuatan pupuk cair yang berasal dari kotoran ternak
atau urine ternak indikator utama bahwa pupuk sudah jadi adalah baunya yang
wangi seperti bau tape, selain karena proses fermentasi juga berasal dari bau bahan
pengaktif mikro organisme yaitu tetes tebu atau air gula yang memiliki bau
harum.
(4)
Mempercepat proses dekomposisi. Dengan penambahan mikro organisme pada proses
fermentasi maka untuk merubah kotoran ternak menjadi pupuk akan berlangsung
lebih cepat, biasanya proses ini berlangsung selama 3 minggu, bahkan mikro
organisme tertentu dapat memproses kotoran ternak menjadi pupuk dalam waktu
kurang dari 3 minggu. Secara alami proses penguraian tanpa menggunakan tambahan
mikro organisme dan pembalikan media memerlukan waktu hingga 3-4 bulan. Dengan semakin
cepatnya proses pembuatan pupuk maka tempat yang diperlukan untuk menampung
kotoran ternak semakin sedikit, kotoran yang telah menjadi pupuk bisa di bawa
ke lahan pertanian untuk diaplikasikan sebagai bahan penyubur tanah atau di
jual.
(5)
Memperkaya kandungan mikro organisme di dalam pupuk. Pertumbuhan tanaman tidak
hanya dipengaruhi oleh kandungan unsur hara yang ada di pupuk, tetapi juga
dipengaruhi oleh mikro organisme di dalam pupuk tersebut. Biasanya untuk
meningkatkan kualitas pupuk organik yang dihasilkan, produsen pupuk akan
menambahkan mikro organisme tertentu pada pupuk tersebut, misalkan disemproti
dengan basilus s.p, atau diberikan tambahan tricoderma untuk mencegah serangan
jamur patogen tanaman. Di dalam proses fermentasi mikroorganisme selain
merombak bahan organik yang ada di kotoran ternak juga akan hidup di tanah dan
menjaga kesuburan tanah, beberapa mikro organisme bahkan bersimbiosis dengan
tanaman sehingga pertumbuhan tanaman semakin baik seperti Rhizobium yang
menambat nitrogen dari udara, bakteri-bakteri Azotobacter sp., Azospirillum sp., dan Pseudomonas sp yang memacu pertumbuhan tanaman karena menghasilkan hormon
pertumbuhan tanaman dan dapat melarutkan fosfat.