Seleksi adalah tindakan memilih ternak yang mempunyai sifat yang dikehendaki dan membuang sapi potong yang tidak
mempunyai sifat yang dikehendaki. Seleksi termasuk suatu kegiatan untuk
membuat keputusan tentang ternak, berdasarkan informasi yang masuk, sebagai kekuatan untuk mengubah frekuensi gen yang
mengatur beberapa sifat kualitatif dan juga kuantitatif yang dipengaruhi oleh
banyak gen dimana pengaruh dari masing-masing gen biasanya tidak dapat dilihat. Dalam konteks
pemuliabiakan ternak seleksi adalah suatu proses memilih ternak sapi potong yang
disukai yang akan dijadikan sebagai tetua untuk generasi berikutnya. Tujuan
umum dari seleksi adalah untuk meningkatkan produktivitas ternak potong melalui perbaikan mutu bibit.
sapi simental jantan |
Seleksi ternak sapi potong yang
mempunyai sifat yang diinginkan akan dipelihara, sedangkan ternak sapi potong
yang mempunyai sifat yang tidak diinginkan akan diafkir. Memilih ternak berdasarkan visual berarti kita memilih ternak berdasarkan
sifat-sifat yang tampak. Dalam cara ini memilih bibit hampir sama dengan
seleksi untuk tujuan produksi. Seleksi berdasarkan visual ini biasa disebut
dengan judging. Judging pada ternak
dalam arti yang luas adalah usaha yang dilakukan untuk menilai tingkatan ternak
yang memiliki karakteristik penting untuk tujuan-tujuan tertentu. Sedangkan
dalam arti sempit adalah referensi untuk pemberian penghargaan tertentu dalam
suatu kontes. Seleksi pada ternak sapi potong dapat dilakukan dengan menilai
secara individu ternak terhadap sifat-sifat subyektif dan bentuk serta keadaan
tubuh ternak berdasarkan kartu penilaian. Empat komponen tubuh yang dinilai
dengan nilai maksimum 100 yang masing-masing bagian mempunyai batasan nilai
maksimum, yaitu penampilan umum bernilai 40, bagian kepala dan leher bernilai
7, bagian tubuh depan bernilai 7, bagian tubuh tengah bernilai 30 dan bagian
tubuh belakang 16.
A.
Seleksi Ternak Sapi Potong untuk Calon Induk
1. Calon Pejantan
Bobot sapih umur 205 hari terkonteraksi terhadap umur
induk dan musim kelahiran, diatas rata-rata dari kelompoknya, bobot badan umur
365 hari diatas rata-rata, pertambahan bobot badan umur 2 tahun diatas
rata-rata, libido dan kualitas sperma baik, penampilan fenotipe sesuai dengan
rumpunnya.
2. Calon Induk
Bobot sapih umur 205 hari terkoreksi terhadap umur
induk dan musim kelahiran, diatas rata-rata dari kelompok, bobot badan umur 365
hari diatas rata-rata dan penampilan fenotipe sesuai dengan rumpunnya.
Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam seleksi ternak sapi potong sebagai berikut :
a. Melihat sifat-sifat individu yang
baik
Seleksi pada
ternak sapi potong berdasarkan sifat-sifat individu meliputi bentuk tubuh yang serasi, pertumbuhannya
baik, efesien dalam menggunakan makanan dan tidak memperlihatkan adanya cacat
atau gejala abnormal.
b. Melihat asal-usulnya atau silsilah
Seleksi dengan cara ini pada umumnya
yang diperhatikan yaitu sifat-sifat dari induk dan pejantannya (tetuanya), sedang
cara penilaiannya dengan cara yang sama untuk seleksi berdasarkan sifat-sifat
individu. Pada umumnya cara ini dipergunakan dalm memilih ternak-ternak yang
masih muda atau ternak yang kurang jelas catatan produksinya.
c.
Melihat kemampuan / daya produksinya
Produksi merupakan hasil dari suatu
usaha, sehingga daya produksi dapat dipakai sebagai kriteria dalam seleksi,
lebih-lebih dalam bidang peternakan. Cara seleksi ini merupakan cara yang
terbaik dan paling tepat karena dapat langsung melihat sifat-sifat yang
produktif / ekonomis. Pada cara ini terdapat 2 aspek yang perlu mendapat
perhatian, yaitu a. Sifat-sifat produktif dari ternak-ternak yang
bersangkutan, dan b. Sifat-sifat produktif dari keturunnya.
Adapun sifat-sifat produktif
ekonomis yang menjadi dasar penilaian, antara lain : berat lahir ternak, berat
sapih ternak, pertambahan berat badan (Gain atau ADG), efesiensi dalam
pengguanaan makanan dan kualitas daging yang dihasilkan. Cara seleksi seperti
ini dapat dilakukan apabila terdapat data-data ternak secara lengkap, dengan
demikian tinggal melihat catatan dalam melakukan seleksi.
d.
Hasil dari pemenang suatu lomba / kontes
Perlombaan atau kontes
merupakan tempat terkumpulnya ternak-ternak yang bagus/unggul,
karena ternak yang diikutsertakan pada suatu kontes pasti sebelumnya dipelihara
dengan baik dan perawatan khusus. Ternak yang menjadi pemenang dalam suatu
kontes sudah dapat dipastikan bahwa ternak tersebut yang paling baik dan dengan
sendirinya baik untuk dipakai sebagai bibit.
B. Seleksi Bibit untuk
Penggemukan
1.
Sifat-sifat tipe pedaging
Sifat genetis berbeda-beda
antar bangsa oleh karena itu pilih bangsa sapi potong yang memiliki tipe
pedaging. Adapun ciri-ciri tipe pedaging, antara lain cepat tumbuh, efisien
menggunakan pakan, dan daya adaptasi cepat.
2. Eksterior baik
Bentuk
luar (eksterior) yang baik dari bibit sapi potong untuk penggemukan, antara
lain ukuran badan panjang dan berbentuk segiempat,
bagian dada lebar dan dalam, kepala pendek
dan dahi lebar, leher pendek dan tebal, dan
dilihat dari depan dan belakang berbentuk
silindris.
3. Kondisi Sehat
Kondisi
sehat dari bibit sapi potong dapat dilihat dari aspek keadaan bulu
halus dan bersih, mata bersinar, aktif bergerak, napsu
makan baik, kulit elastis/ lentur, tekstur feses baik, dan
tidak memperlihatkan adanya cacat.
4. Jenis Kelamin
Pilih
bibit sapi potong dengan jenis kelamin jantan, karena akan memiliki kecepatan
pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan sapi potong betina.
5. Umur Bibit.
Pilih
bibit sapi yang berumur berkisar antara 2 – 3 thn,
karena pada umur tersebut masih dalam eksponensial atau logaritmis yang
memiliki kecepatan pertumbuhan yang optimal. Disamping itu, pada umur tersebut
mulai terjadi proses pelemakan yang serasi sehingga daging yang dihasilkan akan
lebih berkualitas. Tujuan utama pemuliaan sapi potong adalah untuk
memproduksi daging sebanyak dan secepat mungkin. Kriteria seleksi yang
dipertimbangkan adalah :
a. Pertumbuhan
b.
Bobot lahir, bobot sapih, dan bobot saat dipasarkan
c.
Pengaruh induk saat membesarkan anak (Maternal ability)
d.
Leaness (perlemakan di daging)
e.
Efesiensi penggunaan pakan
f.
Calving ease (kemudahan waktu melahirkan)
6.
Bangsa dan Sifat Genetik
Setiap peternak yang akan memelihara, membesarkan ternak untuk
dijadikan calon bibit pertama-tama harus memilih bangsa sapi yang paling
disukai atau telah popular, baik jenis import maupun lokal. Kita telah
mengetahui bahwa setiap bangsa sapi memiliki sifat genetik yang berbeda satu
dengan yang lain, baik mengenai daging ataupun kemampuan dalam beradaptasi
terhadap lingkungan sekitarnya dalam hal beradaptasi dengan lingkungan ini
antara lain penyesuaian iklim dan pakan, berpangkal dari sifat genetik suatu
bangsa sapi yang bias diwariskan kepada keturunannya, maka bangsa sapi tertentu
harus dipilih oleh setiap peternak sesuai dengan tujuan dan kondisi setempat,
pemilihan ini memang cukup beralasan sebab peternak tidak akan mau menderita
kerugian akibat factor lingkungan yang tidak menunjang. Beberapa jenis bangsa
sapi potong yaitu : Ongole, Peranakan Ongole, Brahman, Limousine, Simmental,
Angus, Brangus, Bali, Madura, Chorolais dan Santa Gertrudis.
7.
Kesehatan
Bangsa sapi baik sapi sebagai calon bibit ataupun sebagai penghasil
daging harus di pilih dari sapi yang benar-benar sehat. Untuk mengetahui
kesehatan sapi secara umum, peternak bisa memperhatikan keadaan tubuh, sikap
dan tingkah laku, pernapasan, denyut jantung, pencernaan dan pandangan sapi.
a.
Keadaan tubuh
Sapi sehat, keadaan tubuh bulat berisi,
kulit lemas. Tidak adanya eksternal parasit pada kulit dan bulunya, tidak ada
tandatanda kerusakandan kerontokan pada bulu (licin dan mengkilat). Selaput
lendir dan gusi berwarna merah muda, lebih mudah bergerak bebas. Ujung hidung
bersih, basah dan dingin. Kuku tidak terasa panas dan bengkak bila diraba. Suhu
tubuh anak 39,5 C – 40 C.
b.
Sikap dan tingkah laku
Sapi sehat tegap. Keempat kaki
memperoleh titik berat sama. Sapi peka terhadap lingkungan (ada orang cepat
bereaksi). Bila diberi pakan, mulut akan dipenuhi pakan. Cara minum panjang. Sapi
yang terus menerus tiduran memberikan kesan bahwa sapi tersebut sakit atau
mengalami kelelahan.
c.
Pernafasan
Sapi sehat bernafas dengan tenang dan
teratur, kecuali ketakutan, kerja berat, udara panas dan sedang tiduran lebih
cepat. Jumlah pernafasan : Anak sapi 30/menit, Dewasa 10-30/menit.
d.
Pencernaan.
Sapi sehat memamah biak dengan tenang
sambil istirahat/ tiduran. Setiap gumpalan pakan di kunyah 60-70 kali. Sapi
sehat nafsu makan dan minum cukup besar. Pembuangan kotoran dan kencing
berjalan lancar. Bila gangguan pencernaan, gerak perut besar berhenti atau
cepat sekali. Proses memamah biak berhenti.
e.
Pandangan mata.
Sapi sehat pandangan mata cerah dan
tajam. Sapi sakit pandangan mata sayu. Seleksi calon bibit berdasarkan
pengamatan/ penampilan fisik/eksterior. Bentuk atau ciri luar sapi berkorelasi
positif terhadap faktor genetik seperti laju pertumbuhan, mutu dan hasil akhir
(daging), (Warwick dkk, 1990). Bentuk atau ciri sapi potong yang baik, sebagai
berikut :
1)
Badan panjang dan dalam, rusuk tumbuh panjang yang
memungkinkan sapi mampu menampung jumlah makanan yang banyak.
2)
Bentuk tubuh segi empat, pertumbuhan tubuh bagian depan,
tengah dan belakang serasi, garis badan atas dan bawah sejajar.
3)
Paha sampai pergelangan penuh berisi daging.
4)
Dada lebar dan dalam serta menonjol ke depan.
5)
Kaki besar, pendek dan kokoh.
C.
Seleksi Menurut Perundang-undangan
Persyaratan khusus seleksi ternak sapi
potong menurut peraturan menteri pertanian nomor 54 tahun 2006, persyaratan
khusus yang harus dipenuhi untuk masing-masing rumpun sapi yaitu sebagai
berikut:
1. Sapi Peranakan Ongole (PO)
Kualitatif
|
Kuantitatif
|
- Warna bulu putih keabu-abuan;
- Kipas ekor (bulu cambuk ekor)
dan
bulu sekitar mata berwarna
hitam;
- Badan besar, gelambir longgar
bergantung;
- Punuk besar;
- Leher pendek;
- Tanduk pendek.
|
Betina umur 18-24 bulan
Tinggi gumba:
Kelas I minimal 116 cm;
Kelas II minimal 113 cm;
Kelas III minimal 111 cm.
Panjang badan:
Kelas I minimal 124 cm;
Kelas II minimal 117 cm;
Kelas III minimal 115 cm.
Jantan umur 24-36 bulan
Tinggi gumba:
Kelas I minimal 127 cm;
Kelas II minimal 125 cm;
Kelas III minimal 124 cm.
Panjang badan:
Kelas I minimal 139 cm;
Kelas II minimal 133 cm;
Kelas III minimal 130 cm.
|
Pedoman Pembibitan
Sapi Potong Yang Baik
2. Sapi Sumba Ongole (SO)
Kualitatif
|
Kuantitatif
|
- Warna keputih-putihan;
- Kepala, leher, gumba, lutut,
warna
gelap terutama pada yang
jantan;
- Kulit sekeliling mata, bulu
mata,
moncong, kuku kaki dan bulu
cambuk ekor warna hitam;
- Tanduk pendek, kuat,
mula-mula
mengarah keluar, lalu ke
belakang;
- Badan besar, gelambir longgar
dan
tergantung;
- Punuk besar persis di atas
skapula;
- Leher pendek.
|
Betina umur 18-24 bulan
Tinggi gumba:
Kelas III minimal 112 cm
Jantan umur 24-36 bulan
Tinggi gumba:
Kelas III minimal 118 cm
|
Pedoman Pembibitan
Sapi Potong Yang Baik
3. Sapi Madura
Kualitatif
|
Kuantitatif
|
- Warna merah bata atau merah
coklat
campur putih dengan batas tidak
jelas
pada bagian pantat;
- Tanduk kecil pendek mengarah
ke
sebelah luar;
- Tubuh kecil, kaki pendek;
- Gumba pada betina tidak
jelas, pada
jantan berkembang baik.
|
Betina umur 18-24 bulan
Tinggi gumba:
Kelas I minimal 108 cm;
Kelas II minimal 105 cm;
Kelas III minimal 102 cm.
Jantan umur 24-36 bulan
Tinggi gumba:
Kelas I minimal 121 cm;
Kelas II minimal 110 cm;
Kelas III minimal 105 cm.
|
4. Sapi Bali
Kualitatif
|
Kuantitatif
|
tina:
- Warna bulu merah;
- Lutut ke bawah berwarna
putih;
- Pantat warna putih berbentuk
setengah bulan;
- Ujung ekor berwarna hitam;
- Garis belut warna hitam di
punggung;
- Tanduk pendek dan kecil;
- Bentuk kepala panjang dan
sempit;
- Leher ramping.
Jantan:
- Warna bulu hitam;
- Lutut ke bawah berwarna
putih;
- Pantat putih berbentuk
setengah
bulan;
- Ujung ekor hitam;
- Tanduk tumbuh baik warna
hitam;
- Bentuk kepala lebar;
- Leher kompak dan kuat.
|
Betina umur 18-24 bulan
Tinggi gumba:
Kelas I minimal 105 cm;
Kelas II minimal 97 cm;
Kelas III minimal 94 cm.
Panjang Badan:
Kelas I minimal 104 cm;
Kelas II minimal 93 cm;
Kelas III minimal 89 cm.
Jantan umur 24-36 bulan
Tinggi gumba:
Kelas I minimal 119 cm;
Kelas II minimal 111 cm;
Kelas III minimal 108 cm.
Panjang badan:
Kelas I minimal 121 cm;
Kelas II minimal 110 cm;
Kelas III minimal 106 cm.
|
Pedoman Pembibitan Sapi Potong
Yang Baik
5. Sapi Aceh
Kualitatif
|
Kuantitatif
|
- Warna bulu coklat muda,
coklat
merah (merah bata), coklat
hitam,
hitam dan putih, abu-abu, kulit
hitam
memutih ke arah sentral tubuh;
- Betina berpunuk kecil;
- Jantan punuk terlihat jelas
|
Betina umur 18-24 bulan
Tinggi gumba:
Kelas III minimal 100 cm
Jantan umur 24-36 bulan
Tinggi gumba:
Kelas III minimal 105 cm
Sapi Brahman
Kualitatif Kuantitatif
- Warna pada yang jantan putih
abuabu,
pada betina putih/abu-abu atau
merah;
- Badan besar, kepala relatif
besar.
Betina umur 18-24 bulan
Tinggi gumba:
Kelas III minimal 112 cm
Jantan umur 24-36 bulan
Tinggi gumba:
Kelas III minimal 125 cm
|
Pedoman Pembibitan Sapi Potong
Yang Baik
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Santosa.2012.Seleksi dan Pemilihan Bibit Bakalan Pada Usaha
Ternak Potong.
Peraturan Menteri Pertanian,
Nomor : 54/permentan/ot.140/10/2006. Pedoman Pembibitan Sapi Potong yang
Baik (Good Breeding Practice). Jakarta
Suyadi, S.Maylinda, H.Nugroho,
dan Kuswati. 2008. Pengembangan
Marker Genetik untuk Seleksi Pertumbuhan Sapi Potong Lokal. Laporan
Penelitian Rusnas. Kerjasam Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Dengan
Kementerian Riset dan Teknologi. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.
Malang
Warwick, E. J., M. Astuti, dan W.
Hardjosubroto. 1990. Pemuliaan
Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Nurlela, 2009. Produktifitas
Ternak Sapi di UPT-D Pengembangan Ternak Wonggahu Kabupaten Boalemo.
Laporan Tugas Akhir. Program Studi Teknologi Produksi Ternak. Fakultas
Ilmu-Ilmu Pertanian UNG. Gorontalo
Pane I.
1991. Produktivitas Dan Breeding Sapi
Bali. Prosiding Seminar Nasional Sapi Bali. Ujung Pandang: Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin. 2-3 September 1991.
Pane, I.
1990. Upaya peningkatan mutu genetik sapi
Bali di P3 Bali. Pros. Seminar Nasional Sapi Bali. Bali, 20 – 22 September
1990.
Silahkan memberi komentar yang membangun EmoticonEmoticon