MENGATASI PATAH LEHER PADA TANAMAN PADI

9:00 PM

"ras-ras patogen penyebab penyakit blas cukup banyak dan mampu menyesuaikan diri secara cepat terhadap varietas padi, fungisida, maupun faktor lingkungan fisik, maka pengendalian penyakit tersebut perlu dilakukan secara terpadu"

Penyakit patah leher disebut juga dengan penyakit blas. Penyakit ini menyerang tanaman padi yang disebabkan oleh jamur Purieularia gricea atau Magnaporthe gricea. Semua stadium pertumbuhan tanaman padi, mulai dari bibit di persemaian hingga menjelang panen rawan terhadap penyakit blas. Gejala penyakit blas pada stadium vegetatif biasa dijumpai di daun yang disebut blas daun (leaf blast) serta pada stadium generatif ditemukan pada leher malai yang disebut patah leher atau blas leher (neck blast).Tingkat keparahan penyakit blas yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan tanaman dan pembentukan anakan produktif, bahkan dapat menyebabkan seluruh tanaman mati sebelum berbunga. Serangan penyebab penyakit ,patah leher malai dapat menurunkan hasil secara langsung karena menjadikan leher malai busuk kering dan patah sehingga pengisian terganggu dan butir padi menjadi hampa. Kehampaan butir padi banyak terjadi jika malai baru dalam stadium masak susu telah terinfeksi penyakit patah leher yang parah.

Jamur penyebab penyakit patah leher biasanya banyak ditemukan pada pertanaman padi lahan kering (gogo) dan padi sawah tadah hujan. Namun dalam beberapa kasus yang ditemui ternyata penyakit patah leher telah banyak berjangkit pada pertanaman padi sawah. Diduga perubahan iklim global, pemupukan tidak berimbang, serta penanaman suatu varietas padi terus menerus di suatu hamparan sawah menjadi pendorong terjadinya epidemi penyakit patah leher di lahan sawah. Jamur penyebab penyakit (patogen) patah leher memiliki ras-ras yang banyak. Masing-masing ras memiliki tingkat keganasan yag berbeda-beda terhadap jenis varietas padi yang berbeda. Lokasi yang agroekosistemnya berbeda juga meningkatkan tinggkat keganasan ras-ras jamur penyebab penyakit tersebut, sehingga dominasi ras patogen berbeda-beda di lokasi yang berbeda.

gejala penyakit blas atau patah leher

Kemampuan jamur patogen menginfeksi tanaman padi ditentukan oleh tingkat keganasan intensitas jamur yang dikendalikan oleh gen (pengatur sifat bawaan) yang dimiliki oleh jamur tersebut dan gen yang mengendalikan ketahanan tanaman padi terhadap jamur patogen penyebab penyakit patah leher. Apabila kedua gen bertemu dan terdapat kecocokan, maka proses infeksi jamur tersebut dapat berjalan dengan baik. Hal itu berarti tanaman padi tersebut rentan terhadap ras jamur penyebab penyakit patah leher yang berkembang di lokasi itu. Sebaliknya jika kedua gen tidak cocok, maka proses infeksi tidak terjadi, dan varietas tanaman padi itu tahan terhadap pathogen penyebab patah leher yang berkembang di lokasi itu.

Teknik Pengendalian Penyakit

1.Pengendalian penyakit patah leher menggunakan varietas tahan merupakan cara paling efektif, murah dan ramah lingkungan. Beberapa varietas padi yang masih menunjukkan reaksi tahan terhadap penyakit patah leher di lahan kering (gogo) adalah : Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6, Inpago 8, Limboto, Towuti, Situ Patenggang dan Batutegi. Namun demikian, jika varietas-varietas padi tersebut secara tunggal ditanam pada lahan kering secara terus menerus terdapat kemungkinan dapat menjadi rentan terhadap patogen penyakit patah leher.

2.Kondisi lingkungan mampu meningkatkan keganasan patogen penyakit patah leher atau sebaliknya dapat menurunkan keganasan patogen.  Suhu lingkungan yang hangat disertai kelembapan yang tinggi dapat memacu perkembangan jamur penyebab penyakit patah leher. Oleh karena itu, jarak tanam yang rapat dapat menjadi faktor pendorong peningkatan intensitas penyakit patah leher. Pada keadaan lingkungan yang lembab, jamur penyebab penyakit patah leher malai mudah berkembang, menginfeksi jaringan tangkai malai ke arah yang lebih luas, dan membentuk spora yang mudah tersebar oleh angin maupun percikan air hujan. Spora jamur tersebut jika jatuh pada leher malai padi yang rentan, akan menginfeksinya dan membentuk gejala patah leher malai yang baru. Oleh karena penyebarannya melalui spora dan perkembangannya didukung oleh kelembapan tinggi, maka pada musim hujan intensitas penyakit patah leher malai pada padi menjadi tinggi. Penanaman padi di lahan kering yang dilakukan pada musim hujan selalu mengalami gangguan penyakit patah leher malai yang parah. Mengatasi permasalahan tersebut petani dapat menerapkan teknik penanaman padi dengan jajar legowo yang mampu membuat aliran udara dan intensitas cahaya matahari yang mengenai tanaman semakin baik.

3.Pupuk nitrogen yang diaplikasikan secara berlebihan dapat menurunkan ketahanan tanaman padi terhadap patogen penyakit patah leher. Sebaliknya pemberian tambahan pupuk kalium dapat meningkatkan ketahanan tanaman padi terhadap penyakit patah leher. Mengantisipasi kondisi tersebut selain dengan menggunakan pupuk kalium adalah dengan mengganti pupuk urea dengan Za yang memiliki kandungan nitrogen lebih rendah terutama pada musim penghujan.

4.Petani yang menanam satu varietas padi di satu hamparan secara terus menerus, lambat laun dapat menyebabkan terjadinya perubahan dominasi ras patogen penyakit patah leher, karena ras-ras patogen tersebut mudah menyesuaikan diri. Varietas padi yang semula tahan dapat berubah menjadi rentan karena perubahan dominasi ras patogen yang berkembang di tempat itu. Hal ini menandakan bahwa ketahanan varietas padi terhadap penyakit patah leher di lokasi tersebut telah patah.

5.Fungisida digunakan petani sebagai cara pengendalian penyakit patah leher malai yang diutamakan. Pengendalian penyakit patah leher menggunakan fungisida berpengaruh terhadap hasil panen padi. Makin rendah intensitas penyakit blas yang dikendalikan menggunakan fungisida, makin tinggi produksi padi yang dihasilkan. Bahan aktif fungisida yang berbeda mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap intensitas penyakit patah leher. Tingkat intensitas penyakit patah leherjuga berbeda pada varietas padi yang mempunyai ketahanan berbecia terhadap penyakit ini, walaupun diaplikasi fungisida dengan dosis yang sama. Fungisida trycyclazol mempunyai kemampuan menekan intensitas penyakit blas leher walaupun pada varietas yang rentan. Namun demikian, berhubung ras-ras jamur penyebab penyakit patah leher malai banyak dan mudah beradaptasi dengan lingkungan, maka sangat dimungkinkan sejenis fungisida yang efektif di suatu Å‚okasi ternyata kurang efektif di Å‚okasi lain.

Berhubung ras-ras patogen penyebab penyakit blas cukup banyak dan mampu menyesuaikan diri secara cepat terhadap varietas padi, fungisida, maupun faktor lingkungan fisik, maka pengendalian penyakit tersebut perlu dilakukan secara terpadu. Pengendalian penyakit patah leher malai pada suatu Å‚okasi direkomendasikan untuk menggunakan varietas yang tahan, memberikan pupuk kalium yang cukup pada daerah endemis, jarak tanam tidak terlalu rapat, serta aplikasi fungisida yang efektif jika intensitas penyakit mulai meningkat. Perlu dilakukan pergiliran tanam varietas padi dan pengaturan pola tanam untuk mematahkan virulensi dan memutus siklus hidup patogen.

 

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Silahkan memberi komentar yang membangun EmoticonEmoticon