BUDIDAYA SORGUM

2:21 PM

petani sudah mulai membudidayakan sorgum sebagai bahan pangan alternatif

Ketergantungan terhadap konsumsi beras pada masyarakat kita menyebabkan upaya pemerintah meningkatkan produksi beras yang menjadi semakin intensif. Padahal terdapat berbagai cara untuk mengatasi permasalahan tersebut, salah satunya adalah dengan menurunkan konsumsi beras melalui deversifikasi pangan. Cara ini perlu mendapatkan perhatian melihat upaya peningkatan produksi padi tidak hanya mengalami banyak kendala dikarenakan besarnya subsidi dalam usahatani mulai dari pupuk hingga benih serta adanya perubahan iklim juga mengakibatkan besarnya kegagalan panen terutama pada musim kemarau dan penghujan dengan adanya banjir. Tanaman padi juga lebih rentan terhadap serangan hama penyakit dibandingkan komoditas lain seperti sorgum dan jagung.
Besarnya konsumsi beras oleh masyarakat juga menjadi salah satu penyebab semakin banyaknya penyakit degeneratif, seperti diabetes dan penyakit yang lain. Padahal di Indonesia tergolong kaya akan sumber serealia janis lain. Salah satu serealia tersebut adalah sorgum. Pengembangan tanaman ini juga akan mampu ketergantungan terhadap impor gandum.
Untuk mencapai swasembada pangan melalui deversifikasi pangan memang belum dilakukan oleh pemangku kepentingan dengan lebih serius, dapat dilihat dari pelepasan varietas-varietas baru dan penelitian pada tanaman serealia selaian padi masih minim. Tanaman padi banyak dibudidayakan masyarakat dengan alasan-alasan tertentu, persen jumlah pembudidaya padi lebih banyak dibandingkan penanaman tanaman sorgum. Walaupun kampanye pemanfaatan tanaman sorgum di Indonesia sudah mualai gencar dilakukan sejak tahun 1955 tetapi pengembangnnya masih terbatas di beberapa daerah tertentu terutama pulau Jawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Tanaman sorgun / cantel sangat jarang ditemukan pada daerah-daerah yang memiliki tanah subur, padahal peluang pengembangannya sangat luar biasa. Banyak petani kurang meminati tanaman sorgum dikarenakan pemasaran masih sangat sulit terutama di daerah yang bukan sentra produksi sorgum, yang rata-rata hanya dimanfaatkan sebagai campuran pakan burung. Harganya pun relatif rendah dibandingkan dengan komoditi jagung. Tetapi jika dikelola dengan baik tanaman sorgum ini bisa ditanam dengan produktivitas yang tinggi di lahan subur dan mampu bertahan di lahan yang memiliki kesuburan rendah dan kekurangan air. Tanaman sorgum bisa menjadi alternatif musim tanam ke tiga pada daerah-daerah yang rawan kekeringan. Kemampuan daya adaptasi agroekologinya juga cukup luas, ketahanan terhadap hama dan penyakit serta kekeringan.
tanaman sorgum memilika daya adaptasi agroekologi
Pengembangan tanaman sorgum masih sangat terbuka lebar mengingat kebutuhan akan tepung terigu yang cukup besar, yang mana tepung dari sorgum bisa sebagai bahan pengganti terigu atau di gunakan bersama dengan terigu sebagai barang subtitusi. Komoditi sorgum merupakan salah satu alternativ sumber karbohidrat yang cukup baik sebagai bahan pangan. Pada biji sorgum mempunyai kualitas nutrisi yang sebanding dengan jagung dan beras.
Jenis Nutrisi
Kandungan / 100 gr
Beras
Sorgum
Singkong
jagung
Kedelai
Kalori (kal)
360
332
146
361
286
Protein (g)
6.8
11
1.2
8.7
30.2
Lemak (g)
0.7
3.3
0.3
4.5
15.6
Karbohidrat (g)
78.9
73
34.7
72.4
30.1
Kalsium (mg)
6
28
33
9
196
Besi (mg)
0.8
4.4
0.7
4.6
6.9
Fosfor (mg)
140
287
40
380
506
Vitamin B1 (mg)
0.12
0.38
0.06
0.27
0.93
Sumber : Depkes RI 1992
Keunggulan tanaman sorgum adalah sebagai berikut :
1.   Tahan terhadap hama dan penyakit, serta tahan terhadap kekeringan, bisa tumbuh di lahan masam (pH rendah) dan dilahan tandus (marginal), dan tahan genangan air
2.    Kandungan nutrisi dalam tanaman sorgum sangat baik bagi sumber pakan ternak maupun bahan pangan alternatif. Kandungan nutrisi pada sorgum tidak kalah dengan tanaman pangan pokok lainnya, seperti beras, jagung, kedelai dan singkong. Tanaman ini mengandung protein 8-12% setara dengan terigu
3.    Sorgum memiliki senyawa fonol, senyawa ini dapat menghambat perkembangan sel-sel tumor dan kanker dan bersifat menurunkan kolesterol dan sebagai senyawa anti oksidan.
4.     Sorgum bebs gluten, sehingga cocok untuk penderita diet bebas gluten. Misalnya penderita autis dan celiac disease
5.   Sorgum cocok dikonsumsi oleh penderita diabetes, karena zat gula dan tepung pada sorgum dapat dicerna oleh tubuh lebih lambat daripada serealia lainnya. Kadar gula dan karbohidratnya juga rendah.
6.      Bisa menjadi bahan subtitusi pada nasi dan terigu. Campuran 20% sorgum dan 80% beras tidak mengubah tekstur, rasa dan aroma nasi.
7.      Bisa berpotensi sebagai bahan baku bioetanol. Sorgum manis varietas samurai 1 dengan luasan 1 Ha dapat menghasilkan 1.100 liter bioetanol, dengan cara batangnya diperas untuk mengeluarkan nira dan nira tersebut bisa difermentasi untuk menghasilkan bioetanol. Jika dari biji 3 Kg bisa menghasilkan bioetanol sebanyak 1 liter.
8.   Sorgum bisa dipanen dalam waktu 3,5 bulan, sehingga dalam satu tahun bisa dilakukan 3 kali penanaman dengan produktivitas rata-rata sekali panen adalah 5,5 Ton/Ha.

Kelemahan sorgum adalah :
1.      Pada daerah-daerah tertentu pemasarannya sulit. Sulit untuk mendapatkan pedagang yang mau menampung hasil panen petani
2.  Biji sorgum yang berwarna gelap mengandung zat tanin dan menyebabkan rasa agak pahit, meskipun biji sorgum tersebut telah melalui proses penyosohan terlebih dahulu
3.   Tepung sorgum tidak bisa mengembang, tidak seperti terigu, sehingga harus dicampur dengan gandum jika dijadikan bahan membuat roti. Olahan dengan bahan bauku 100% sorgum cocok diolah menjadi aneka kue kering.

Lingkungan tumbuh untuk tanaman sorgum adalah optimum pada ketinggian tempat kurang lebih 0-500 mdpl. Semakin tinggi tempat pertanaman akan semakin memperlambat waktu berbunga dari tanaman sorgum. Keberhasilan upaya pengembangan jenis tanaman pangan ini harus disertai dengan paket teknologi yang menjadi unit kegiatan mulai dari penanaman hingga pengolahan pasca panen sederhana di tingkat petani. Oleh karena itu perlu dilakukan bimbingan dan penyuluhan tentang manfaat serta teknologi pengolahannya. Teknologi budidaya sorgum adalah sebagai berikut :
A.    BENIH
Salah satu varietas sorgum yang umum dibudidayakan adalah UPCA-S1 dengan diskripsi sebagai berikut :
Asal                                  : Fillipina, 1970
Umur berbunga                : 55-60hari
Umur panen                     : 90-100 hari
Tipe tanaman                    : tidak beranak, tidak bercabang, berbatang kokoh dan tahan rebah
Tipe malai                         : setengah kompak, tegak, berbentuk elip
Sifat sekam                      : warna hitam, menutup sepertiga biji dan berbulu halus
Hasil rata-rata                   : 4 Ton/Ha
Kadar protein                   : 9%
Kadar lemak                     : 5,7%
Kadar kalsium                  : 0,091%
Kadar tannin                    : 0,215%
Kadar fosfor                    : 0,116%
Kadar karbohidrat            : 66,5%
Kadar magnesium            : 0,205%
Rasa                                 : Kurang
Keterangan                  : cocok untuk lahan dataran rendah, pH netral, banyak berkembang di Jawa Tengah
Tahun di lepas                  : 1985

Gunakan benih dengan daya kecambah minimal 80%. Kebutuhan benih untuk 1 Ha lahan adalah 9 Kg
B.     PENYIAPAN LAHAN
Lahan yang akan digunakan untuk tempat pertanaman harus bersih dari sisa-sisa tanaman dan tumbuhan pengganggu (gulma). Tanah di bajak 2 kali, digaru dan diratakan, sekeliling petakan dibuatkan drainase. Pengolahan tanah dilakukan 2-4 minggu sebelum tanam.
C.     PENANAMAN
Waktu tanam yang baik adalah pada waktu akhir musim hujan atau pada awal musum kemarau. Penanamn dengan cara membuat lubang tanam dengan tugal sedalam 5 cm dengan jarak tanam 75cm x 25 cm. masukkan benih 2 butir di setiap lubang tanam dan tutup dengan tanah / abu.
D.    PEMUPUKAN
Takaran pupuk yang digunakan adalah : 300 Kg Urea/Ha + 200 Kg Sp36/Ha + 100 Kg KCL/Ha. Pemupukan dilakukan 2 kali, pertama dilakukan bersamaan waktu tanam (150 Kg Urea/ha + 200 Kg SP36/Ha + 100 Kg KCL/Ha), dan pemupukan kedua dilakukan pada 30 hari setelah tanam. Pupuk diberikan dalam lubang kurang lebih 15 cm disamping tanaman dan ditutup dengan tanah.
E.     PENYIANGAN
Penyiangan pertama dilakukan pada umur tanaman 21 hari setelah tanam. Penyiangan ke dua dilakukan pada umur 45 hari setelah tanam.
F.      PEMBUBUNAN
Setelah dilakukan penyiangan ke dua, lalu dilakukan pembumbunan agar tanaman tegak dengan kokoh dan tumbuh dengan baik.
G.    PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
1.    Penyakit bercak daun (Colletorichum gramini colum) dikendalikan dengan fungisida Dithane M45 sesuai dengan dosis yang dianjurkan
2. Penyakit kapang jelaga, pengendaliannya dengan menyemprotkan kapur atau mengembuskan belerang
3. Penyakit karat daun dikendalikan dengan memangkas daun yang terinfeksi atau dengan rotasi tanaman
4.      Pengendalian ulat tanah dengan pemberian insektisida Furadan 3G dengan dosis 20Kg/Ha melalui pucuk tanaman setelah tanaman berumur 21 hari setelah tanam.
H.    PEMBERIAN AIR
Pada saat sebelum tanam sampai fase pengisian biji dibutuhkan air yang cukup banyak. Pengairan dilakukan secara rutin sekali seminggu. Pengairan dilakukan dengan digenangi hingga tanah cukup basah, keadaan air tanah harus kondisi lembab.
I.       PANEN DAN PASCA PANEN
Sorgum siap dipanen jika biji sudah bernas dank eras, tidak dapat ditekan dengan kuku, daun serta malai menguning. Panen dilakukan dengan cara memangkas tangkai malai 7,5cm-15cm dibawah bagian biji dengan menggunakan sabit. Hasil pemangkasan kemudian diikat dengan ukuran sekitar 30Kg-40Kg setiap ikatnya.
Penanganan pasca panen yaitu :
1.   Pengeringan. Biasanya pengeringan dilakukan dengan penjemuran selama 60 jam hingga kadar air biji mencapai 10-12%. Criteria untuk mengetahui tingkat kekeringan biji biasanya dengan menggigit bijinya. Bila bersuara, biji tersebut telah kering.
2.   Perontokan . perontokan secara tradisional dilakukan dengan pemukul kayu dan dikerjakan diatas lantai atau karung goni. Pemukulan dilakukan terus-menerus hingga biji lepas. Setelah itu lakukan penampian untuk memisahkan kotoran yang terdiri dari daun, ranting, debu, atau kotoran lainnya. Kadar air tidak boleh lebih dari 10-12% untuk mencegah pertumbuhan jamur
3.   Penyimpanan . biji yang telh bersih dan kering dapat disimpan dalam kaleng/drum yang kemudian ditutup sehingga kedap udara . Bila biji disimpan di ruangan khusus maka tinggi gudang harus sama dengan lebarnya supaya kondensasi uap air dalam gudang tidak mudah timbul. Dinding gudang sebaiknya terbuatd ari bahan yang padat sehingga perubahan suhu yang terjadi pada biji dapat dikurangi. Tidak dianjurkan ruang penyimpanan terbuat dari besi, karena sangat peka terhadap perubahan suhu. Permasalahan utama penyimpanan di gudang adalah serangan hama kutu (hama gudang). Hama ini dapat dicegah dengan cara fumigasi.
4.    Penyosohan. Dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu penyosohan tradisional, penyosohan dengan mesin sosoh tipe abrasif serta penyosihan alkalis. Penyosohan biji sorgum dengan mesin penyosoh beras tipe abrasive selama 2 menit memberikan hasil terbaik ( rendemen 82,81%, biji utuh 98,04%, biji pecah 1,96%). Penyosohan selama 2 menit juga memberikan kualitas tepung yang baik dengan tingkat kecerahan (putih) yang menyerupai tepung terigu.
Penyosohan dengan metode alkalis memebrikan beberapa keuntungan yaitu menghasilkan rendemen lebih besar dibandingkan penyosohan tradisional, khususnya jenis sorgum dengan kandungan tannin tinggi yang kurang efektif disosoh dengan tradisional maupun menggunakan mesin penyosoh. Penyosohan alkalis menggunakan larutan NaOH 10% selama 10 menit menghasilkan biji sorgum sosoh dengan efisiensi penyosohan terbaik.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Silahkan memberi komentar yang membangun EmoticonEmoticon