PEDOMAN CARA MENGGUNAKAN PESTISIDA KIMIA

3:55 PM
masih sering ditemukan petani menggunakan pestisida kimia secara tidak tepat


Pestisida kimia merupakan alternatif terakhir dalam mengatasi serangan hama dan penyakit. Dalam pemanfaatan pestisida kimia untuk mengendalikan dan mengatasi serangan hama serta penyakit ternyata aplikasinya banyak yang tidak sesuai dengan anjuran karena tidak adanya penyuluhan dan pendidikan kepada petani sehingga penggunaanya asal dan malah bisa membahayakan petani sendiri serta lingkungan. Memang jika melihat kondisi petani di lapang penggunaan dosis pestisida banyak yang tidak sesuai anjuran serta tidak tepat sasaran, sehingga pestisida yang dibeli dan menambah biaya operasional produksi malah tidak memberikan manfaat bagi petani atau keberhasilan usahatani dengan meledaknya hama primer dan sekunder. Sebagai contoh di tempat saya ada yang menggunakan pestisida dengan merk dagang starb*n, dan memang cocok untuk mengatasi serangan wereng, tetapi karena keterbatasan informasi yang diperoleh dan pengalaman maka malah terjadi ledakan hama karena wereng yang di obati ternyata sudah bertelur, pestisida tersebut menurut pengalaman dan pengamatan petani ternyata tidak mampu membunuh telur wereng, hanya mampu membunuh wereng yang sudah dewasa. Jika wereng sudah bertelur maka yang terjadi malah telur-telur tersebut cepat menetas, ini yang menyebabkan ledakan hama karena kesalahan waktu penyemprotan pestisida ke lahan. Tetapi sebaliknya waktu penyemprotannya sesuai/tepat misalkan pada serangan hama walang sangit, pada saat padi mulai mengeluarkan malai (bunting) dan bulir mulai masak susu terdapat hama walang sangit yang diatas ambang. Jika dibiarkan maka dapat mengakibatkan penurunan produksi bahkan kegagalan panen, kemudian di kendaikan lewat penyemprotan pestisida kimia dengan merek starb*n yang di petunjuk ternyata tidak disebutkan untuk mengendalikan hama walang sangit, akibatnya adalah penyemprotannya tidak berpengaruh terhadap serangan hama karena pestisida yang digunakan tidak sesuai.
Berbagai kondisi diatas merupakan penggunaan pestisida yang tidak tepat/tidak sesuai anjuran. Petani perlu mendapatkan edukasi mengenai penggunaan pestisida, baik itu jenis, cara, waktu dan dosisnya. Hal ini penting mengingat bahwa kunci sukses dalam usahatani adalah penanggulangan hama dan penyakit secara bijaksana dan seusi dengan pengendalian hama secara terpadu. Berikut adalah hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam menggunakan pestisida kimia :
  1. Jenis hama dan penyakit
Organisme Pengganggu pada tanaman antara lain : Gulma, Jamur, Serangga, Tikus, Bakteri, dan Moluska (keong). Pestisida yang digunakan juga berbeda-beda seperti Gulma dengan Herbisida, Jamur dengan Fungisida, , tikus dengan rodentisida, Serangga dengan insectisida, bakteri dengan bakterisida, keong dengan molusida. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis insekstisida tersebut berbeda-beda disesuaiakan dengan hama/penyakit yang akan di berantas. Karena tidak tahuan akan jenis-jenis pestisda ini banyak petani yang hanya mengandalkan pada pengalaman petani lain tanpa adanya pengamatan terlebih dahulu di lapang mengenai penyebab utama serangan hama/penyakit, jika petani sebagai sumber informasi salah maka semua petani yang mengikuti juga salah, ini sangat berbahaya karena seumpama tanaman terserang jamur tetapi di semprot dengan insektisida maka yang terjadi adalah terbunuhnya serangga-serangga yang bermanfaat, pencemaran lingkungan, tidak berdampak dalam mengurangi serangan penyakit dan meningkatnya biaya produksi. Maka perlu untuk mengkonsultasikan segala upaya dalam mencegah atau menanggulangi serangan hama penyakit kepada penyuluh pertanian setempat sebelum melakukan langkah pengendalian menggunakan pestisida kimia.
Pengalaman yang lain adalah komunikasi yang tidak jelas antara petani dengan pedagang obat pertanian di toko pertanian, yang ingin diberantas adalah hama walangsangit dan sekaligus juga ingin memberantas gulma. Kemudian diberikan dua macam obat yang satu untuk walang sangit yang satu lagi untuk gulma, tetapi karena kurang pengalaman dalam penggunaan pestisida kimia dan tidak membaca label, obat untuk memberantas gulma malah disemprotkan ke tanaman padi yang akhibatnya adalah tanaman padi tersebut mati semua. Ini merupakan contoh hal sederhana tetapi sering terjadi dilapang. Oleh karena itu pendampingan dari penyuluh pertanian sangat dibutuhkan untuk memberikan edukasi terhadap fungsi jenis-jenis pestisida kimia dan kegunaannya.
Pada label pestisida juga terdapat nama bahan aktif yang terkandung di dalamnya, ini sangat penting untuk diketahui karena banyaknya merk obat-obat kimia di pasar dan biasanya petani hanya menghafalkan merk dagangnya. Padahal jenis-jenis hama yang ada di lahan pertanian hanya bisa diatasi dengan bahan aktif tertentu. Dan ini mulai harus di ubah dalam pemahaman petani bahwa merek dagang boleh berbeda-beda tetapi yang terpenting adalah bahan aktif yang terkandung didalamnya. Misalkan pada serangan hama walang sangit dapat diobati dengan insectisida berbahan aktif dimehipo, imidakloprid, fipronil, BPMC, MIPC, Abamektin, Metolkrab, Deltametrin, Alfametrin, Azadirakhtin, dan Pymetrozine. Jika tidak menggunakan salah satu bahan aktif tersebut maka pengendalian tidak akan efektif, misal menggunakan bahan aktif bensultap.
Sistem kerja pestisida yang dipergunakan, ada yang berupa racun kontak, racun sistemik, racun kontak dan sistemik. Pada pestisida jenis racun kontak maka hama bisa terbunuh jika terkena oleh pestisida, hama-hama yang tidak terkena maka akan tetap hidup. Pestisida racun sistemik bekerja dengan cara membunuh hama yang memakan bagian tanaman yang telah di obati, tanaman menyerap pestisida dan secara tidak langsung maka tanaman tersebut mengandung pestsida tersebut selama kurun waktu tertentu pengaruh pestisidanya baru hilang. Jika dilihat dari hasilnya maka pestisida racun kontak memberikan hasil lebih cepat karena hama yang terkena langsung mati, tetapi tidak bisa membunuh hama-hama yang berada di dalam tanaman, misalkan ulat buah pada tanaman tomat, ulatnya tidak akan terbunuh dengan racun kontak karena berada di dalam buah tomat. Berbeda dengan racun kontak, racun sistemik cara kerjanya lebih lambat dan baru benar-benar hilang dalam kurun waktu tertentu biasanya 3 minggu setelah penyemprotan. Hama-hama yang berada di dalam tanaman akan terbunuh dengan pestsida sistem kerja sistemik. Kekurangan pestisida sistemik adalah adanya residu pestisida yang lebih tinggi dibandingkan dengan pestisida kontak, bahkan pada tanaman buah yang dipanen jika selang waktu pemanenan dari penyemprotan kurang dari 3 minggu maka pengaruh pestisida tersebut masih ada, sehingga tidak jarang ditemukan ada beberapa kasus keracunan makanan karena mengkonsumsi buah yang masih mengandung pestisida sistemik dan mungkin dosis pada penyemprotannya melebihi dosis yang dianjurkan. Terakhir ada pestisida yang bekerja dengan dua cara yaitu sistemik dan kontak dengan cara menggabungkan dua sistem diatas. Apabila membeli pestisida kimia juga penting dilihat masa kadaluarsanya. 

informasi yang ada di label harus diperhatikan
  1. Ambang pengendalian
Pestisida kimia merupakan cara terakhir yang dipergunakan untuk mengatasi serangan hama dan penyakit. Ada pepatah mengatakan bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati. Penerapan cara penanggulangan hama secara terpadu memungkinkan terwujidnya good agricultural product. Produk-produk pertanian yang menim dari residu bahan-bahan kimia, sehat dan good agricultural practice yaitu cara bertani yang baik, ramah lingkungan menuju kelestarian lingkungan.
Langkah-langkah pencegahan yaitu menggunakan varietas yang tahan, pemupukan tepat pada waktunya dan menggunakan dosis pupuk yang seimbang, pemanfaatkan pupuk organik yang telah jadi, tanam serempak, melakukan rotasi tanaman, melestarikan musuh alami dengan cara menanam tanaman refugia, memasang kelambu pada persemaian, mencegah intoduksi hama dari lahan lain melalui saluran irigasi, melakukan pengairan berselang, membersihkan gulma-gulma dan melakukan pengamatan secara rutin di lapang.
Langkah-langkah pengendalian yaitu membunuh hama yang ditemukan dengan jempol, membuat perangkap hama, menggunakan pestisida organik dan nabati, memanfaatkan agen hayati seperti beuvaria bassiana dan trichoderma, mengumpulkan hama yang terserang penyakit untuk memudian di ekstrak dan disemprotkan ke lahan. Cara terakhir jika semua cara diatas tidak mampu menekan serangan hama adalah menggunkan pestisida kimia, ambang pengendalian dengan pestisida kimia adalah jika ditemukannya lebih dari 10 ekor hama perumpun tanaman atau untuk hama wereng jika ditemukan 5 ekor perumpun, tetapi jika tidak terjadi serangan hama yang parah pengobatan dengan pestisida kimia tidak perlu dilakukan. Pengendalian bisa menggunakan pestisida nabati/pestisida organik.
  1. Waktu pengendalian
Untuk bisa mengetahui cara pengendalian hama yang tepat maka harus dipelajari dulu adalah fase rentan serangan hama dan siklus hidup hama tersebut, pengendalian yang tepat adalah pada fase terlemah pada siklus hama tersebut. Sebagai contoh adalah hama sundep/penggerak batang padi, titik terlemah pada penggerek batang adalah pada fase telur. Ketika sudah terjadi penerbangan ngengat maka petani harus rajin melakukan pengamatan lahan untuk menemukan telur dan kemudian memusnahkannya. Pada hama wereng :
Penyemprotan pada saat banyak makroptera akan membunuh musuh alami, tetapi tidak membunuh telur yang ada dalam jaringan. Oleh karena itu setelah telur mentas, nimfa akan keluar dan akan terbebas dari musuh alami. Penyemprotan insektisida pada bagian atas tajuk tanaman tidak akan mengenai wereng coklat yang hidup pada pangkal batang. Dalam hal ini tajuk tanaman padi berperan sebagai payung yang melindungi wereng dari tetesan halus insektisida.
Selain berdasarkan fase terlemahnya hama, waktu pengendalian menggunakan pestisida kimia pada waktu pukul 08.00-10.00, dimana embun sudah tidak ada dan matahari belum bersinar terlalu terik. Pada waktu sore bisa dilakukan diatas jam 15.00.  
  1. Dosis pestisida yang digunakan
dosis
Sebelum menggunakan pestisida perlu dilihat dosis yang dianjurkan pada label aturan pakai berdasarkan jenis hama dan tanaman budidaya, sebagai contoh adalah insektisida dengan nama dagang Matad*r pada petunjuk penggunaan disebutkan bahwa tanaman kedelai yang terserang ulat grayak (Spodoptera litura) dapat dikendalikan dengan dosis 0,25ml/l – 0,5ml/l. Yang artinya jika tingkat serangannya kecil/ringan maka dosis yang digunakan adalah 0,25ml/l, tetapi jika tingkat serangannya tinggi/berat maka dosis yang digunakan 0,5ml/l.
Apabila menggunakan tangki semprot yang memiliki kapasitas 16 liter maka dosis pestisidanya adalah : untuk serangan ringan = 16 x 0,25 = 4 ml (cc) . Untuk serangan berat = 16 x 0,5  = 8 ml (cc). Pada beberapa merek obat tertentu ada keterangan volume dari tutup botolnya, sehingga tutup botol tersebut dapat dipergunakan sebagai takaran. Tetapi jika tidak ada maka dapat menggunakan suntik bekas untuk mengukur ketepatan dosis pestisida, setelah selesai dapat dicuci bersih disimpan dalam tempat khusus obat-obatan tanaman dan peralatan kemudian sewaktu dibutuhkan bisa digunakan lagi.
Ketepatan dosis sangat penting karena: pertama menghindari resistensi hama terhadap pestisida tersebut. Kedua adalah tepat dosis berarti menekan biaya produksi. Penggunaan petisida yang tidak sesuai dengan aturan membuat resistensi terhadap hama, sehingga pada penyemprotan di musim tanam berikutnya malah tidak memberikan hasil yang baik karena hama sudah tahan. Pestisida memiliki harga yang bermacam-macam, bahkan dengan merk-merk tertentu yang konsentrasi bahan aktifnya lebih tinggi harganya bisa sampai ratusan ribu perbotol, jika penggunaannya tidak sesuai dengan aturan maka yang terjadi adalah pembengkakan biaya produksi dan menurunkan laba usahatani.
Setelah tahu dosis  yang tepat maka selanjutnya adalah mencampur pestisida dengan air, pencampuran dilakukan di ember khusus sebelum dimasukkan ke tangki. Tujuannya adalah agar penyampuran yang terjadi secara merata. Setelah tercampur merata di ember kemudian dituangkan ke dalam tangki dan airnya bisa ditambah lagi sesuai dengan kapasitas tangki. Untuk menjadikan perhiatian bahwa tidak dianjurkan untuk menggunakan pestisida lebih dari satu dengan cara dicampur. Bahkan jika di runtut dari aturan yang berlaku cara penggunaan pestsida dengan dicampur satu sama lain sangat berbahaya dan bisa saja malah tidak efisien karena kita sendiri tidak mengetahui reaksi apa yang terjadi jika senyawa yang berbeda dicampur menjadi satu. 
suntik bekas untuk menakar dosis pestisida

  1. Kondisi peralatan untuk penyemprotan
Peralatan yang dipergunakan untuk penyemprotan juga harus diperiksa terlebih dahulu untuk mengetahui kelayakannya, jika ada bagian-bagian yang bocor perlu untuk di perbaiki dulu, untuk mengetahuinya bisa dilakukan dengan memberikan air dan di cek untuk penyemprotan. Di sambungan-sambungan pipa dan selang jika karetnya sudah aus harus diganti, nozelnya jika kotor harus dibersihkan, tali penggendongnya juga di cek apakah masih bagus dan kuat atau tidak, jika sudah tidak kuat harus diganti dengan yang baru. Peralatan yang baik akan menunjang kefektifan dalam pengendalian hama.
pengecekan kondisi alat

  1. Cara penyemprotan
Jika dilihat nozel ada bermacam macam bentuknya, jika di kelompokkan maka ada dua yaitu yang bengkok dan lurus. Kegunaan dari dua nozel ini juga berbeda, untuk nozel yang lurus difungsikan menyemprot hama yang berada di pangkal rumpun, misalkan hama wereng. Untuk nozel yang bengkok digunakan untuk menyemprot hama di dedaunan, misalkan walang sangit. Jadi nozel yang digunakan harus sesuai dengan hama sasaran yang akan disemprot.
Penyemprotan dilakukan dengan mencari tahu dulu arah angin, jika anginnya dari barat maka arah penyemprotannya menghadap ke timur, dan berjalan dari utara ke selatan, setalah itu tetap menghadap timur dan dari selatan ke utara, kemudian seterusnya. Tujuan dari mengetahui arah angin adalah : pestisida tidak berbalik ke penyemprot karena tiupan angin yang bisa mengakibatkan keracunan, kedua agar penyemprotan bisa merata.
Penyemprotan dilakukan dengan berjalan pelan-pelan dan tepat sasaran, jika tangki telah habis maka dilakukan pengisian lagi dan meneruskan dari tempat terakhir. Pada pestisida yang sifatnya sistemik, sebelum dilakukan penyemprotan lahan harus dikeringkan terlebih dahulu dengan kondisi tanah macak-macak/tidak tergenang, aliran air ditutup agar tidak ada air yang bisa masuk ke lahan.
cara penyemprotan

  1. Standar keamanan penggunaan pestisida kimia
Sebelum mulai menyemprot perlu dipersiapkan alat pengaman seperti masker, harganya murah Rp.1.000 perbiji, untuk menghindari terhirupnya pestisida. Kemudian dilarang untuk merokok karena pestisida juga bisa terhirup bersama dengan rokok. Menggunakan pakaian khusus untuk melakukan penyemprotan yang tidak tertembus air (dari bahan plastik). Standar keamanan yang minimal ini kadangn diabaikan oleh petani yang mengakibatkan terganggunya ksehatan petani karena akumulasi pestisida terhirup cukup tinggi.
Setelah selesai melakukan penyemprotan maka peralatan harus dicuci bersih, jika ingin makan dan minum tangan dan kaki juga dicuci bersih menggunakan sabun pada air yang mengalir.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Silahkan memberi komentar yang membangun EmoticonEmoticon