PENGGEMUKAN (FEEDLOT) SAPI PEJANTAN

9:11 PM


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Ternak ruminansia merupakan salah satu komoditas ternak yang strategis, karena selain dapat digunakan sebagai tenaga kerja juga dapat dijadikan sumber pendapatan peternak serta sebagai penghasil sumber protein hewani berupa daging. Sapi potong merupakan ternak yang dibudidayakan dengan tujuan utama untuk menghasilkan daging. Budidaya ternak sapi potong sudah dikenal secara luas oleh masyarakat kita. Jangka waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan harga daging yang relatif tinggi memotivasi para pembudidaya untuk terus tetap bersemangat dalam mengembangkan budidaya ternak sapi potong.
Pada feedlot sering dilakukan rekayasa pakan untuk mendapatkan pakan dengan kualitas nutrisi yang baik tapi bernilai ekonomis, sehingga bobot potong yang tinggi dan kualitas karkas yang baik dapat tercapai. Perbaikan tata laksana pemeliharaan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan hasil produksi pada usaha penggemukan sapi potong. Tata laksana pemeliharaan merupakan kegiatan yang dilakukan pada suatu peternakan meliputi, tata laksana pemberian pakan, tata laksana perkandangan dan sanitasi, serta tatalaksana penjagaan kesehatan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam feedlot yaitu bahan pakan harus tersedia secara melimpah dan kontinyu, bakalan tersedia dan kontinyu, ketersediaan modal, ternak sehat, memiliki kemampuan analisis pasar dan penjualan ternak di pasar.
B.  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian penggemukan (feedlot) dan bagaimana sistem atau metode penggemukan (feedlot) ?
2.      Bagaimana lokasi dan perkandangan dalam penggemukan (feedlot) ?
 
sapi SIMPO (simental PO) jantan

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Feedlot
Feedlot atau Penggemukan yang biasa disebut dengan Fattening adalah usaha pemeliharaan ternak dengan cara pemberian pakan kepada ternak dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan selama periode tertentu untuk mempercepat dan meningkatkan produksi daging (Anonim, 2011). Siregar (2007) menyatakan bahwa usaha penggemukan sapi pada prinsipnya ditujukan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Penggemukan sapi pada dasarnya adalah mendayagunakan potensi genetik ternak untuk mendapatkan pertumbuhan bobot badan yang efisien dengan memanfaatkan input pakan serta sarana produksi lainnya, sehingga menghasilkan nilai tambah usaha yang ekonomis. Tujuan dari penggemukan ternak sapi adalah untuk meningkatkan produksi daging per satuan ekor, meningkatkan jumlah penawaran daging secara efisien tanpa memotong sapi lebih banyak, menanggulangi populasi ternak sapi yang menurun akibat pemotongan dan dapat menghindari pemotongan sapi betina umur produktif.
Usaha penggemukan sapi potong merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat peternakan yang mempunyai prospek yang cerah untuk dikembangkan di masa depan. Hal ini terbukti dengan semakin banyak diminati masyarakat baik dari kalangan peternak kecil, menengah maupun swasta atau komersial. Dalam usaha penggemukan sapi potong, selain dapat memperbaiki kualitas daging dan menaikkan harga jual ternak, juga dapat meningkatkan nilai tambah pupuk kandang yang dihasilkan ternak sapi. Artinya pupuk kandang yang diproduksi saat penggemukan dapat lebih ditingkatkan nilai ekonomisnya.

B.  Sistem atau Metode Penggemukan
Ada beberapa sistem penggemukan yang digunakan untuk sapi. Pada prinsipnya perbedaan sistem penggemukan sapi terletak pada teknik pemberian pakan atau ransum, luas lahan yang tersedia, umur dan kondisi sapi yang akan digemukkan, serta lama penggemukan. Di luar negeri penggemukan sapi dikenal dengan sistem pasture fatteningdry lot fattening dan kombinasi keduanya, sedangkan di Indonesia dikenal dengan sistem kereman.

1.  Pasture Fattening
Pasture fattening merupakan suatu sistem penggemukan sapi yang dilakukan dengan cara menggembalakan sapi di padang penggembalaan. Dengan demikian, teknik pemberian pakan dalam sistem ini adalah dengan penggembalaan, tidak ada penambahan pakan berupa konsentrat maupun biji-bijian sehingga pakan yang tersedia hanya berasal dari hijauan yang terdapat di padang penggembalaan. Hijauan yang terdapat di padang penggembalaan selain rumput-rumputan yang ada, harus ditanami leguminosa agar kualitas hijauan yang ada di padang penggembalaan itu lebih tinggi. Apabila hanya mengandalkan rumput-rumputan saja dan tanpa penanaman leguminosa maka tidak dapat diharapkan pertambahan bobot badan sapi yang lebih tinggi.
Padang penggembalaan harus selalu terpelihara dari kerusakan dan erosi. Untuk itu tata laksana penggembalaan harus dilakukan dengan baik. Sebelum digunakan, kapasitas tampung setiap areal padang penggembalaan harus ditentukan terlebih dahulu. Hal ini untuk menjaga agar tidak terjadi tekanan penggembalaan yang berlebihan atau over grazing. Pada tempat-tempat tertentu di areal padang penggembalaan disediakan air minum yang bersih. Untuk menjaga agar sapi tidak kekurangan mineral maka pada tempat-tempat tertentu perlu pula disediakan lempengan-lempengan garam dapur atau mineral blok. Selain itu areal padang penggembalaan sebaiknya ditanami pohon-pohon peneduh sebagai tempat berteduh untuk sapi, terutama pada waktu hari sedang panas. Pohon peneduh ini dapat berupa lamtoro atau gamal.
Penggemukan sapi dengan sistem pasture fattening memerlukan waktu yang relatif lama, yakni sekitar 8-10 bulan. Sapi yang digunakan pada penggemukan sistem pasture fattening adalah sapi jantan atau betina yang minimal telah berumur 2,5 tahun. Sapi jantan memiliki pertumbuhan yang lebih cepat daripada sapi betina sehingga waktu penggemukannya relatif singkat. Metode penggemukan ini umumnya dilakukan di lahan yang cukup luas. Sapi bakalan dilepaskan di padang penggembalaan selama beberapa hari, kemudian dipindahkan ke padang penggembalaan lainnya. Demikian dilakukan terus-menerus sampai sapi tersebut sudah layak jual. Metode penggemukan ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
a)  Kelebihan
1)  Tidak membutuhkan banyak tenaga kerja
2)  Tidak membutuhkan banyak modal untuk membeli hijauan, konsentrat, serta kandang individu atau kandang khusus
3)  Sapi yang digemukkan tidak perlu diberi kandang khusus. Namun, diperlukan beberapa buah bangunan yang berfungsi sebagai tempat berteduh dari hujan atau panas matahari
4)  Biaya produksi murah, karena tidak membutuhkan dana untuk pembelian konsentrat dan pembuatan kandang khusus atau individu.
b)  Kekurangan
1)  Pertumbuhan sapi bakalan lambat, karena hanya diberi pakan hijauan
2)  Membutuhkan lahan luas untuk penanaman hijauan atau padang penggembalaan
3)  Hanya baik diterapkan di lokasi yang curah hujannya tinggi dan merata sepanjang tahun untuk menjamin ketersediaan hijauan.

2.  Dry Lot Fattening
Sistem dry lot fattening yaitu penggemukan sapi dengan memperbanyak pemberian pakan konsentrat. Jumlah pemberian hijauan hanya relatif sedikit sehingga efisiensi penggunaan pakan lebih tinggi. Perbandingan hijauan dan konsentrat berkisar antara 40:60 sampai 20:80. Perbandingan ini didasarkan pada bobot bahan kering (BK). Penggemukan sistem ini dilakukan di dalam kandang. Pakan hijauan dan konsentrat diberikan kepada sapi di dalam kandang. Jadi, pakan harus disediakan sesuai porsi waktu yang tepat. Pada sistem penggemukan ini sebaiknya hijauan selalu tersedia. Bila sapi masih terlihat lapar, hijauan diberikan lagi sehingga akan berimplikasi pada peningkatan laju pertambahan bobot tubuh.
Sistem dry lot fattening pertama kali dilakukan di Amerika serikat. Pada suatu waktu beberapa wilayah di Amerika serikat mengalami masalah, yaitu melimpahnya produksi jagung. Akibat yang timbul dari masalah ini adalah jatuhnya harga jagung ke titik paling rendah. Beberapa peternak sapi kemudian mencoba memanfaatkan jagung sebagai pengganti rumput. Namun perubahan jenis pakan mengharuskan peternak untuk mengubah pola pemeliharaannya, yang tadinya digembalakan di padang rumput akhirnya harus dikandangkan dan tidak lagi memanfaatkan tenaganya untuk membantu pekerjaan di lahan pertanian.
Sejak saat itulah ternak sapi dipaksa untuk mengkonsumsi jagung yang telah digiling, dengan tambahan pakan hijauan sebagai serat kasarnya. Ternyata pertambahan bobot ternak yang digemukkan dengan cara ini justru lebih tinggi daripada yang digembalakan di padang rumput. Melihat kenyataan tersebut akhirnya sistem dry lot fattening dikembangkan. Saat ini pakan yang diberikan tidak hanya satu jenis biji-bijian saja, tetapi telah ditambahkan berbagai bahan pakan lain dengan kadar protein tinggi.
Bahan-bahan yang biasa digunakan terdiri dari jagung giling, bungkil kelapa, dedak padi, polard, bungkil kelapa sawit dan ampas tahu, serta penambahan mineral dan garam dapur. Bahan-bahan tersebut kemudian diformulasi dalam bentuk pakan siap saji yang disebut konsentrat. Untuk memperlancar dan mengoptimalkan proses pencernaannya tetap diberikan pakan hijauan dalam ukuran tertentu, sebesar 0,5-0,8 bahan kering dari total bobot sapi.
Sapi bakalan yang digemukkan pada sistem dry lot fattening pada umumnya adalah sapi jantan yang telah berumur lebih dari satu tahun dengan lama penggemukan berkisar antara 4-6 bulan. Dalam beberapa hal, sistem ini sesungguhnya memiliki persamaan dengan sistem kereman tradisional di Indonesia, dimana sapi digemukkan di dalam kandang sederhana selama periode tertentu dan pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Akan tetapi konsentrat dalam sistem kereman di Indonesia hanya berupa satu jenis bahan pakan seperti dedak padi atau ampas tahu. Perkembangan dari ternak sapi yang yang dikembangkan dengan sistem ini sesungguhnya sangat tergantung pada kualitas dan pola pemberian pakan.

3.  Sistem Kombinasi
Sistem ini merupakan perpaduan antara pasture fattening dan dry lot fattening. Biasanya dilakukan di negeri tropis dan subtropis. Pada sistem ini, bila musim hujan maka sapi digembalakan di padang gembalaan dan tidak harus dikandangkan. Sementara pada musim kemarau, sapi dikandangkan dan diberi pakan penuh. Pada siang hari digembalakan di padang penggembalaan, sedangkan pada malam hari sapi dikandangkan dan diberi konsentrat. Sistem penggemukan ini membutuhkan waktu yang lebih lama daripada sistem dry lot fattening, tetapi lebih singkat daripada sistem pasture fattening. Sapi yang awalnya dipelihara di padang penggembalaan, kemudian beberapa bulan sebelum dijual diberi pakan konsentrat penuh, hasilnya lebih baik dibandingkan sapi yang dari awal pemeliharaan diberipakan hijauan dan konsentrat secara seimbang.

4.  Sistem Kereman
Sistem kereman adalah penggemukan dengan sistem dry lot fattening sudah mengalami penyesuaian dengan kondisi setempat. Sapi-sapi yang akan digemukkan ditempatkan dikandang-kandang individu yang sederhana. Pemberian pakan dan minum dilakukan dua sampai tiga kali sehari di dalam kandang selama masa penggemukan. Selama masa penggemukan yang berlangsung beberapa bulan, sapi-sapi tidak dipekerjakan. Penggemukan sapi dengan pola kereman ini, pada umumnya banyak dilakukan di lokasi-lokasiyang memiliki ketersediaan sapi bakalan yang cukup banyak dan biasanya tersedia sepanjang tahun.
Sistem ini sebenarnya hampir sama dengan dry lot fattening, yaitu ternak sapi diberi pakan hijauan dan konsentrat serta sapi dikandangkan selama pemeliharaan. Bedanya sistem kereman lebih banyak dilakukan oleh peternak tradisional dan pemberian pakannya masih tergantung dengan kondisi. Bila musim hujan, sapi diberi banyak pakan hijauan, tetapi bila musim kering sapi lebih banyak diberi pakan konsentrat. Cara penggemukan sapi potong sistem kereman dilakukan dengan teknologi pemeliharaan sebagai berikut:
1)  Sapi dipelihara dalam kandang terus menerus dan tidak digembalakan. Ternak sapi hanya sewaktu-waktu dikeluarkan, yakni pada saat membersihkan kandang dan memandikan ternak sapi.
2)  Semua kebutuhan ternak baik berupa kandang, pakan dan air minum disediakan oleh peternak secara tak terbatas.
3)  Cara penggemukan sistem ini mengutamakan pemberian pakan berupa campuran rumput, leguminosa dan makanan penguat.
4)  Sapi penggemukan tidak untuk dijadikan tenaga kerja, hal ini bertujuan agar makanan yang dikonsumsi sepenuhnya diubah menjadi daging dan lemak sehingga pertumbuhan bobot badan meningkat secara cepat.
5)  Pada awal masa penggemukan, ternak sapi terlebih dahulu diberikan obat cacing.
6)  Untuk meningkatkan palatabilitas / nafsu makan perlu diberikan perangsang nafsu makan dan vitamin.
7)  Lama penggemukan berkisar 4-10 bulan. Hal ini tergantung dari kondisi awal dan bobot sapi yang digemukkan.

C.  Lokasi dan Perkandangan dalam Penggemukan
Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok ditengah sawah atau ladang. Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki.
Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan. Kandang untuk pemeliharaan sapi harus bersih dan tidak lembab. Pembuatan kandang harus memperhatikan beberapa persyaratan pokok yang meliputi konstruksi, letak, ukuran dan perlengkapan kandang. Atap kandang berbentuk kuncup dan salah satu atau kedua sisinya miring. Lantai kandang dibuat padat, lebih tinggi dari pada tanah sekelilingnya dan agak miring kearah selokan di belakang kandang. Maksudnya adalah agar air yang tampak, termasuk kencing sapi mudah mengalir ke luar lantai kandang tetapkering.
Bahan konstruksi kandang adalah beton dan asbes. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat, tetapi agak terbuka agar sirkulasi udara didalamnya lancar.Termasuk dalam rangkaian penyediaan pakan sapi adalah air minum yang bersih. Air minum diberikan secara adlibitum, artinya harus tersedia dan tidak boleh kehabisan setiap saat. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang.Pembuatan kandang sapi dapat dilakukan secara berkelompok di tengahsawah/ladang. Sebelum membuat kandang sebaiknya diperhitungkan lebih dulu jumlah sapi yang akan dipelihara. Ukuran kandang dan bahan – bahan yang digunakan dalam pembuatan kandang.
Perkandangan yang baik akan memberikan kenyaman pada ternak dan pemeliharanya, disamping itu juga dapat meningkatkan efesiensi pemeliharaan. Kandang merupakan tempat berlindung dari berbagai gangguan, misalnya terik matahari, hujan, binatang dan lain-lain. Selain itu bagi ternak yang dipelihara dalam kandang seharian, kandang merupakan tempat tinggal, tempat berproduksi dan bereproduksi.
Perkandangan yang baik akan memberikan kenyaman baik pada ternak, maupun pemelihara dan dapat meningkatkan efesiensi pemeliharaan serta tidak menimbulkan polusi. Kandang yang baik tidak perlu yang mahal, cukup bahan yang sederhana dan murah, namun tidak berarti kandang asal dibuat, konstruksi dan kemampuannya perlu mendapat perhatian. Penyediaan kandang untuk sapi yang digemukkan selain dimaksudkan sebagai tempat bernaung terhadap cuaca juga untuk membatasi ruang gerak agar penimbunan daging dan lemak cepat terjadi serta pertambahan bobot badan lebih cepat.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi antara lain temperatur, curah hujan, arah angin, kelembaban, topografi, dan kapasitas lingkungan. Sapi potong dapat tumbuh optimal di daerah dengan kisaran suhu 10-270C dengan lokasi yang bercurah hujan 800-1.500 mm/tahun. Kelembaban yang ideal bagi sapi potong adalah 60-80% (Abidin, 2002). Pemilihan model kandang yang menggunakan tertutup mengingat posisi peternakan di tepi hutan, juga udara yang dingin tidak cocok jika memekai kandang terbuka. Pemilihan bahan sesuai dengan memanfaatkan SDA yang ada, dimana pada diding kandang menggunakan tembok yang lebih hangat. Bahan atap yang terbuat dari asbes cukup baik karena juga dapat menyerap panas. Lantai kandang yang terbuat dari karpet karet  karena dapat mempermudah dalam pembersihan, jadi dapat terhindar dari penyakit-penyakit yang timbul akibat kurangnya kebersihan. Perlengkapan kandang masih kurang memadai karena penampungan kotoran hanya dibiarakan ditumpuk dibelakang kandang.
Bentuk atap yang cekung di tengah menyebabkan air tertampung tengah atap kandang yang mengakibatkan sering terjadinya kebocoran saat hujan. Posisi gudang yang berada di daerah tanah  lebih rendah dari kandang dan pintu yang menghadap berlawanan dengan kandang sehingga harus melewati jalan memutar untuk menyupali pakan, walaupun jaraknya cukup dekat. Jarak kandang dengan tempat pembuangan kotoran terlalu dekat sehingga memudahkan dalam pembuangan tetapi berefek negative pada kesehatan ternak. Kemiringan lantai jalan dalam kandang hekdaknya diperhatikan . jalan kandang yang cenderung tidak dapat mengalirkan air sehingga terjadi genangan air di tengah jalan. Kandang yang ada di daerah dataran tinggi dan udaranya dingin atau daerah pinggir pantai yang anginnya kencang, dinding kandang harus lebih tertutup atau rapat (Rasyid, 2007). Gudang pakan untuk konsentrat hendaknya terhindar dari serangan hama gudang seperti tikus, kecoak, dan jenis serangga lainya (Rianto, 2010).

1.  Persyaratan Kandang
a)  Letak kandang terpisah dari rumah dengan jarak minimal 10 meter.
b)  Kandang harus berada di lokasi yang lebih tinggi dari tanah di sekitarnya, untuk menghindari genangan air pada saat musim penghujan.
c)  Lokasi kandang dekat dengan sumber air.
d)  Ventilasi kandang cukup baik sehingga ternak bias mendapat cahaya sinar matahari pagi.
e)  Memberi kenyamanan bagi ternak dan peternak serta memenuhi persyaratan kesehatan ternak.
f)  Sistem drainase harus baik dan dilengkapi tempat makan dan minum sapi serta bak desinfektan.
g)  Di belakang kandang dibuatkan lobang untuk menampung kotoran ternak.

2.  Konstruksi Kandang
a)  Bahan Bangunan Kandang
1)  Atap dapat terbuat dari ijuk, genteng, rumbia dan lain-lain.
2)  Tiang dari kayu atau bambu.
3)  Dinding dari papan atau anyaman bambu, setinggi ±1,5 meter.
4)  Tempat pakan dari papan atau semen, dibuat rapat setinggi bahu sapi dengan ketinggian dari permukaan tanah sekitar 0,5 meter.
b)  Alas Kandang
Lantai kandang harus kuat dan tidak licin, sebaiknya terbuat dari coran semen untuk menjamin kebersihan kandang dan memudahkan untuk didesinfeksi, posisi lantai kandang harus lebih tinggi dari pada tanah sekelilingnya dan agak miring kearah selokan di luar kandang. Untuk lantai dari tanah yang dipadatkan, beri alas jerami kering atau daunan kering lainnya. Kegunaan alas ini agar sapi tidak kotor, untuk menyerap urine dan feces sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.
c)  Peralatan Kandang
Usaha penggemukan sapi potong harus memiliki peralatan sesuai dengan kapasitas/jumlah sapi yang dipelihara, mudah digunakan, mudah dibersihkan dan tidak mudah berkarat. Alat dan mesin yang perlu disediakan (sesuai kebutuhan) diantaranya, sebagai berikut :
1)  Tempat pakan dan tempat minum biasa terbuat dari semen, seng anti karat atau papan tebal
2)  Kereta pembawa rumput ke kandang
3)  Timbangan pakan sapi
4)  Alat timbang untuk sapi (statis/mobil)
5)  Mesin giling untuk butiran (apabila membuat pakan konsentrat sendiri)
6)  Chopper (pemotong rumput)
7)  Tempat bongkar/muat ternak yang memadai
8)  Mixer
9)  Peralatan lain seperti sapu, cangkul dan sekop untuk membersihkan kandang.
d)  Ukuran Kandang
1)  Untuk seekor ternak sapi diperlukan kandang dengan ukuran ± 2x1,25 meter.
2)  Jumlah ruangan kandang dapat diperbanyak dan diperluas sesuai dengan jumlah ternak yang dipelihara.
3)  Dinding kandang dibuat setinggi bahu (kaki depan) dari lantai kandang, kecuali sisi depan dibuat lebih rendah agar memudahkan dalam pemberian pakan/air minum.
4)  Lantai kandang pada bagian depan setinggi 30 cm dan bagian belakang 20 cm, sehingga sedikit miring agar urine dan feces mudan dibersihkan.
5)  Tinggi atap kandang bagian depan 4 meter dan bagian belakang 3 meter.
6)  Tempat pakan berukuran 60cm x 80cm x 40 cm, sedangkan tempat minum berukuran 60 cm x 40cm x 40cm tiap ekor ternak.
e)  Tipe Kandang
Dalam sistem penggemukan sapi dikenal beberapa bentuk kandang antara lain tipe kandang tunggal (individual) dan tipe kandang koloni.
1)  Tipe tunggal
Kandang tunggal adalah kandang yang hanya terdiri dari satu ruangan atau bangunan dan hanya digunakan untuk memelihara satu ekor ternak saja. Kondisi kandang ini terbuka di semua sisi. Apabila sapi yang dipelihara banyak, kandang tunggal dibangun berderet-deret membentuk suatu kumpulan. Satu kumpulan kandang untuk usaha penggemukan komersial biasanya terdiri dari 24 kandang tunggal. Kalau kumpulan kandang tunggal itu ada 4 kelompok maka disebut satu unit. Dengan demikian, satu unit kandang penggemukan terdiri dari 4 x 24 = 96 kandang tunggal.
Kandang tunggal dibuat dengan tujuan untuk memacu pertumbuhan sapi agar lebih cepat. Hal itu karena di kandang ini sapi dibatasi ruang geraknya. Dikandang ini sapi tidak mudah stres karena frekuensi kontak dengan sapi lain sangat terbatas. Dalam distribusi pakan, sapi-sapi juga tidak bersaing satu sama lain sehingga tidak terjadi perebutan pakan. Namun biaya pembuatan kandang tunggal relatif lebih mahal dibandingkan dengan kandang koloni.
2)  Tipe koloni
Kandang koloni adalah kandang yang hanya terdiri dari satu bangunan atau ruangan, tetapi digunakan untuk ternak dalam jumlah banyak. Kandang koloni digunakan untuk memelihara beberapa ekor sapi sekaligus. Pakan dan minum diberikan secara kolektif. Akibatnya, kemungkinan ternak mengalami stress lebih tinggi karena frekuensi kontak badan secara langsung lebih tinggi.
Keuntungannya, biaya pembuatan kandang koloni lebih rendah dibandingkan dengan kandang tunggal. Biasanya kandang koloni digunakan sebagai tempat penampungan sementara. Misalnya untuk menampung bakalan sapi yang baru datang untuk disalurkan ke kandang penggemukan atau menampung sapi yang sudah digemukkan dan akan dikirim sebagai temak potong ke RPH (rumah potong hewan), pasar hewan, atau konsumen yang membutuhkan.

C.  Pemberian Pakan
Pakan adalah bahan yang dimakan dan dicerna oleh seekor ternak untuk mencukupi kebutuhan nutrien yang penting untuk perawatan tubuh, pertumbuhan, penggemukan, reproduksi (birahi, konsepsi, kebuntingan), serta laktasi. Bahan pakan dapat dibagi menjadi dua, yaitu  hijauan dan konsentrat (Blakely dan Bade, 1994). Pakan yang diperlukan harus cukup baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Pemberian pakan dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu penggembalaan (pasture fattening), kereman (dry lot fattening), dan kombinasi keduanya. (Susiloriri et al., 2011).
Setiap sapi membutuhkan makanan berupa hijauan. Sapi dalam masa pertumbuhan, sedang menyusui, dan supaya tidak jenuh memerlukan pakan yang memadai dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Pakan dapat diberikan dengan cara dijatah/disuguhkan yang yang dikenal dengan istilah kereman. Sapi yang dikandangkan dan pakan diperoleh dari ladang, sawah atau tempat lain. Setiap hari sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak 10% dari berat badannya dan juga pakan tambahan 1% - 2% dari berat badan. Ransum tambahan berupa dedak halus atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu. yang diberikan dengan cara dicampurkan dalam rumput ditempat pakan. Selain itu, dapat ditambah mineral sebagai penguat berupa garam dapur, kapur. Pakan sapi dalam bentuk campuran dengan jumlah dan perbandingan tertentu ini dikenal dengan istilah ransum. Pemberian pakan sapi yang terbaik adalah kombinasi antara penggembalaan dan keraman. Menurut keadaannya, jenis hijauan dibagi menjadi 3 katagori, yaitu hijauan segar, hijauan kering, dan silase. Macam hijauan segar adalah rumput-rumputan, kacang-kacangan (legu minosa) dan tanaman hijau lainnya. Rumput yang baik untuk pakan sapi adalah rumput gajah, rumput raja (king grass), daun turi, daun lamtoro. Hijauan kering berasal dari hijauan segar yang sengaja dikeringkan dengan tujuan agar tahan disimpan lebih lama. Termasuk dalam hijauan kering adalah jerami padi, jerami kacang tanah, jerami jagung yang biasa digunakan pada musim kemarau. Hijauan ini tergolong jenis pakan yang banyak mengandung serat kasar. Secara umum jumlah makanan yang diberikan untuk seekor sapi setiap hari adalah sebagai berikut :
1.  Pakan hijauan segar diberikan minimal 10% BB dan pakan konsentrat sekitar 1-2% dari BB. Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari.
2.  Penyusunan ransum sapi potong hendaknya memperhatikan keseimbangan zat makanan yang dapat dicerna dalam ransum. Konsentrat antara 2-5 kg.
3.  Kebutuhan energi/TDN, protein dan mineral untuk penggemukan sapi potong jantan, untuk pemeliharaan dan pertumbuhan.
4.  Pakan tambahan yang digunakan mempunyai ketentuan yang berlaku, misalnya Urea Mollases Blok /UMB ( 2 buah/bl/ekor) dan amonasi jerami (40% dari jumlah hijauan yang diberikan). 

D.  Kesehatan
Dalam pengendalian penyakit yang lebih utama dilakukan adalah pencegahan penyakit daripada pengobatan, karena penggunaan obat akan menambah biaya produksi dan tidak terjaminnya keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Usaha pencegahan yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan sapi adalah
1.  Pemanfaatan kandang karantina.
Sapi bakalan yang baru hendaknya dikarantina pada suatu kandang terpisah, dengan tujuan untuk memonitor adanya gejala penyakit tertentu yangtidak diketahui pada saat proses pembelian. Disamping itu juga untuk adaptasi sapi terhadap lingkungan yang baru. Pada waktu sapi dikarantina, sebaiknya diberi obat cacing karena berdasarkan penelitian sebagian besar sapi di Indonesia (terutama sapi rakyat) mengalami cacingan. Penyakit ini memang tidak mematikan, tetapi akan mengurangi kecepatan pertambahan berat badan ketika digemukkan. Waktu mengkarantina sapi adalah satu minggu untuk sapi yang sehat dan pada sapi yang sakit baru dikeluarkan setelah sapi sehat. Kandang karantina selain untuk sapi baru juga digunakan untuk memisahkan sapi lamayang menderita sakit agar tidak menular kepada sapi lain yang sehat.
2.  Menjaga kebersihan sapi bakalan dan kandangnya
Sapi yang digemukkan secara intensif akan menghasilkan kotoran yang banyak karena mendapatkan pakan yang mencukupi, sehingga pembuangan kotoran harus dilakukan setiap saat jika kandang mulai kotor untuk mencegah berkembangnya bakteri dan virus penyebab penyakit.
3.  Vaksinasi untuk bakalan baru
Pemberian vaksin cukup dilakukan pada saat sapi berada di kandang karantina. Vaksinasi yang penting dilakukan adalah vaksinasi Anthrax. Beberapa jenis penyakit yang dapat meyerang sapi potong adalah cacingan, Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), kembung (Bloat) dan lain-lain.
Pengendalian  penyakit sapi yang paling baik adalah menjaga kesehatannya dengan tindakan pencegahan, sebagai berikut: kebersihan kandang beserta peralatannya harus dijaga termasuk memandikan sapi, sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi sehat dan segera dilakukan pengobatan, lantai kandang diusahakan selalu dalam keadaan kering, kesehatan sapi diperiksa secara teratur dan dilakukan vaksinasi. (Susilorini et al., 2011).
Penyakit Bloat (Tymphani, Kembung Perut) gejalanya lambung bagian kiri membesar. Nafsu makan berkurang atau hilang sama sekali, sapi gelisah, sesak nafas, bila sudah dibaringkan susah berdiri. Pencegahannya dengan jangan terlalu banyak memberikan hijauan yang banyak mengandung air, (rumput muda yang banyak kena embun), diberi makan kasar dan jerami kering ( hay) untuk mengeluarkan gas diberikan minuman larutan gula merah dan air asam. Pemberian rutin obat cacing dan suntik pencegahan cacing hati perlu dilakukan dan sanitasi kandang juga perlu dilakukan dengan rutin untuk mencegah penyebaran penyakit pada sapi.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Penggemukan Sapi. http://kubprajamandiri.blogspot.com. Akses 10 April 2015.
Anonim. 2012. Kiat Sukses Usaha Penggemukan Sapi Potong. http://peternakan-deeansosekundip.blogspot.com. Akses 10 April 2015.
Darsonow. 2010. Pasture Fattening. http://labagro.blogspot.com. Akses 10 April 2015.
Devendra, C dan M. Burn. 1983. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Penerbit ITB dan Penerbit Universitas Udayana. Bandung.
Fikar S. dan Ruhyadi D. 2010. Buku Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Potong. Cetakan ke-1. AgroMedia Pustaka, Jakarta.
Hadi, P.U. dan N. Ilham. 2002. Problem dan prospek pengembangan usaha             pembibitan sapi potong di Indonesia. Jurnal Penelitian dan Pengembangan        Pertanian 21(4): 148−157.
Hardjosubroto, W 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Hartadi, et.al. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo dan A. D. Tillman. 1993. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia.Cetakan Ke-3. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Iriani, A.M. 2011. Kecukupan Nutrien Makro Pada Sapi Pejantan Di Balai Inseminasi       Buatan Lembang Jawa Barat.Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan     Teknologi Pakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Kearl, L.C. 1982. Nutrient Requieremen of Ruminants in Developing Countries. International feedstuffs Intitute. Utah Agriculture Experiment Station. Utah State University. Logan. Utah 843222, USA.
Prabowo A, Elma B, Reny D. T, Soerachman. 2008. Teknologi Budidaya Sapi Potong. Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Lampung.
Sarwono, B dan H. B. Arianto. 2001. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sudarmono, A.S., dan Y. Bambang Sugeng. 2008. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sugeng, Y. B. 2000. Sapi Potong. Cetakan ke-8. PT Penebar Swadaya, Depok.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Silahkan memberi komentar yang membangun EmoticonEmoticon