MACAM-MACAM ITIK

11:48 PM


PENDAHULUAN

Peranan langsung subsektor peternakan yang penting salah satunya yaitu penyedia pangan sumber protein hewani. Unggas merupakan salah satu komoditas subsektor peternakan yang menjadi pendorong utama penyediaan protein hewani nasional dari subsektor peternakan. Produksi daging unggas nasional merupakan produksi daging terbesar dibandingkan dengan daging non unggas. Salah satu unggas yang potensial untuk diusahakan adalah itik pedaging dan itik petelur. Semakin banyak tempat makan yang menyediakan menu itik dapat menyebabkan meningkatnya permintaan terhadap daging itik sehingga terdapat peluang untuk mengusahakan itik pedaging yang diantaranya usaha pada tahap pembesaran, selain itu permintaan akan telur juga semakin meningkat.
Ternak yang cukup berpotensi untuk menghasilkan daging dan cukup disenangi kehadirannya ditengah masyarakat adalah ayam dan itik. Dari segi pemeliharaan, itik lebih sederhana sehingga masyarakat lebih mudah memeliharanya, lebih kebal terhadap penyakit dan pemberian pakannya lebih sederhana. Sistem pemeliharaan yang masih bersifat tradisional dan bersifat sampingan, mengakibatkan ternak itik terlihat dan manfaatnya belum dirasakan oleh masyarakat sehingga masih sedikit sekali yang memelihara ternak itik, itik sangat berpotensi untuk menghasilkan telur baik untuk dikonsumsi maupun untuk ditetaskan (Rasyaf, 1996).
Indonesia sampai sekarang ini belum memiliki jenis itik tipe pedaging. Itik yang sering digunakan untuk dipotong berasal dari itik petelur jantan dan betina afkir. Pemeliharaan itik lokal sebagai itik potong masih dilakukan dalam jumlah relatif sedikit dan masih ekstensif. Dampak dari pemeliharaan ini adalah pertumbuhan itik lambat dan kualitas daging yang dihasilkan rendah. Peningkatan produktivitas itik lokal perlu dilakukan untuk menghasilkan ternak yang unggul dan produktif, sekaligus mendorong pengembangan usaha itik potong di tanah air. Salah satu cara untuk memperbaiki penampilan itik lokal yang dikhususkan sebagai itik potong dan itik petelur adalah melalui kawin silang (crossbreeding). Melalui crossbreeding diharapkan menghasilkan itik hibrida (F1) yang memiliki keunggulan produksi karkas dan daging yang lebih baik atau produksi telur yang tinggi. Perkawinan antar kelompok genotip yang berbeda dapat dilakukan antar galur, rumpun, maupun antar bangsa, dan biasanya dilakukan sebagai strategi produksi untuk memanfaatkan keunggulan hibrida yang disebut heterosis (Falconer Dan Mackay, 1996; Noor, 2008).


PEMBAHASAN

Itik merupakan hewan pemakan segala (omnivora) mulai dari biji-bijian, rumput, ganggang, tumbuhan air, binatang-binatang air, umbi-umbian dan siput. Itik memiliki ukuran kaki yang lebih kecil dibandingkan dengan unggas lainnya, tetapi memiliki selaput renang, bulunya tebal dan bermiyak sehingga mampu lama berenang di air. Kandungan minyak dalam bulu mampu menghalangi air sehingga air tidak membasahi bulu-bulu itik . Dibanding dengan ternak unggas lainnya, itik memiliki keunggulan mempertahankan produksi telur lebih lama dari pada ayam (Cahyono, 2000).
A.  ITIK PEDAGING
1.  Tiktok
itik tiktok
Untuk mengembangkan itik pedaging, telah dilakukan upaya kawin silang seperti Mule duck atau KingTok (Peking Entok). KingTok  (Peking Entok) adalah anak hasil mengawinkan itik betina (Anas plathyrynchos) dengan entok jantan (Cairina moschata). Sebutan nama lainnya yaitu tiktok, serati, beranti, togri, ritog, tongki, atau mandalung.
Perkawinan antara entok jantan (rata-rata berbobot 5 kg) dengan itik betina (rata-rata berbobot 1,5 kg) akan menghasilkan tiktok seberat minimal 3 kg. Perkawinan kedua spesies tersebut masih dimungkinkan, namun terbatas sampai hibrida saja dan tidak dapat dibentuk sebagai rumpun baru. Jika perkawinan antara itik jantan dan entok betina maka anak tiktok yang dihasilkan bersifat infertil (mandul). Selain itu, perkawinan ini sebenarnya sulit terjadi, mengingat ukuran dan bobot entok jantan yang jauh lebih besar dan berat daripada itik betina. Oleh karena itu, dilakukan dengan kawin suntik (impossible artificial insemination/ inseminasi buatan).
Bebek betina akan bertelur selama tiga hingga empat bulan. Telur-telur yang dihasilkan bebek betina yang telah disuntik sperma entok, tetap dianggap sebagai telur bebek. Karena selama ini bebek selalu diternakkan, maka mereka sudah “lupa” caranya mengerami sehingga harus dibantu dengan mesin tetas. Uniknya, bila telur bebek menetas setelah 28 hari “dierami” dan telur entok menetas pada hari ke-35, maka KingToK  akan menetas pada hari ke-32 (28 hari + 35 hari = 63 hari : 2). Jika diberi makan makanan yang berkualitas, induk KingTok  ini mampu berproduksi hingga 70% (120 hari x 70% = 84 butir). Daya tetas telur induk KingTok itu hanya sekitar 33 %. Tiap 3 telur tetas hanya menghasilkan seekor bitib/ DOT (day old  KingTok). 
a.  Tujuan dan Keunggulan Tiktok
Persilangan bertujuan untuk mendapatkan itik persilangan yang baik, dengan memanfaatkan heritabilitas dan korelasi genetik yang berhubungan erat dengan produksi. Akibat percampuran genetik dari itik dan entok timbulnya heterosis yaitu penampilan karakter yang berbeda dengan rata – rata dari kedua tetuanya. Karakteristik itik serati umumnya hampir menyerupai entok, yaitu memiliki tubuh besar, tenang, dapat berenang, tetapi tidak dapat terbang (Harahap 1993; Dharma et al., 2001; Sari 2002).
Keunggulan dari tiktok antara lain adalah bobot badanya yang lebih besar diatas rata – rata bebek lokal lainya yaitu seberat minimal 3 kg, tekstur daging lebih empuk, rasanya gurih dan tidak amis (baik sebelum maupun sesudah dimasak), pemakan segalanya sehingga cost production-nya pun rendah, lebih tahan terhadap serangan penyakit serta memiliki daging yang tebal, serta dagingnya rendah lemak (hanya 1 % dibagian dada dan 1,5 % dibagian paha). Hal ini sesuai dengan pendapat Hutabarat (1982) menyatakan bahwa itik serati memiliki beberapa keunggulan yaitu pertumbuhannya cepat,mampu mengubah pakan berkualitas rendah menjadi daging. Tahan terhadap penyakit, mortalitasnya rendah 2,5 % (Dijaya 2003; Anwar 2005), serta dagingnya tebal, berwarna coklat muda, tekstur lembut dan bercita rasa gurih. Keunggulan yang dimiliki tiktok menjadi peluang yang sangat besar untuk dikembangkan dalam memenuhi kebutuhan daging sebagai sumber protein hewani yang baik. Tetapi dalam pengembanganya masih didapat permasalahan yaitu kesulitan memperoleh DOD dalam jumlah yang banyak dan kontinyu, sehingga pemeliharaan Tiktok dalam skala besar masih bermasalah. Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan bibit DOD adalah dengan menerapkan teknologi inseminasi buatan (IB). Teknologi IB adalah suatu proses mendepositkan semen kedalam saluran reproduksi betina yang sedang estrus dengan bantuan alat buatan manusia.
b.  Bibit tiktok
Pengadaan bibit merupakan salah satu kunci keberhasilan usaha pembesaran tiktok. DOT yang baik harus sehat dan baik yang dicirikan oleh : tubuh tegap, gesit dan lincah, kaki kokoh, fisik tidak cacat dan nafsu makan tinggi. Ada beberapa sumber bibit yang dapat dijadikan sebagai galur induk tiktok. Pembuatan galur itik betina dasar pemeliharaanya berasal dari itik lokal seperti Mojosari, alabio, tegal dll karena mempunyai produksi telur yang tinggi  dan pertumbuhan yang cepat serta mampu beradaptasi dengan lingkungan serta masa puncak produksi yang relatif lama. Sedangkan pejantan yang di buat galur adalah entok yang akan diambil Spermanya untuk kebutuhan kawin suntik dengan induk itik lokal. Dengan dasar pemeliharaanya karena entok jantan memiliki performance (bentuk badan) yang besar saat dewasa,pertumbuhan cepat,warna bulu lebih banyak putihPertumbuhan  serta daya kawin tinggi (tidak mandul). Anak tiktok yang baru lahir memiliki bobot badan 26 – 53 gram (rataan 40,03 g). Selain dengan penetasan, bibit tiktok juga dapat diperoleh dari Balitnak Ciawi-Bogor atau tempat pembibitan lainnya.
c.  Kendala yang di hadapi dalam pengembangan tiktok
Dengan demikian, permasalahan dalam pengembangan itik tiktok oleh petani-ternak adalah kesulitan memperoleh DOD dalam jumlah yang mencukupi dan kontinu. Akibatnya, pemeliharaan tiktok dalam skala lebih besar akan menghadapi masalah dalam penyediaan bibit. Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan bibit DOD adalah dengan menerapkan inseminasi buatan (IB). Dengan adanya penerapan teknik ini diharapkan mampu meningkatkan fertilitas telur dan populasi itik, pendapatan peternak, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan konsumsi protein hewani masyarakat (Setioko 2003).

2.  Itik Serati
itik serati
Salah satu jenis itik penghasil daging yang saat ini mulai populer adalah itik serati. itik serati adalah itik hasil persilangan antara itik betina dengan entog jantan. Itik ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu mudah beradaptasi dengan lingkungan, tahan terhadap penyakit, serta dapat memanfaatkan pakan berkualitas rendah secara efisien menjadi daging. Di beberapa negara di Asia, itik serati untuk pedaging telah diproduksi secara komersial, akan tetapi di Indonesia itik tersebut belum berkembang secara komersial. Itik serati yang ada di masyarakat pedesaan merupakan kawin silang antara itik jantan dengan entog betina yang kawin secara alami. Dari persilangan entog betina dan itik jantan, akan dihasilkan serati jantan yang besar dan serati betina yang kecil (seperti itik) dengan produksi telur yang randah. Namun bila persilangan dibalik, yakni entog jantan dan itik betina, akan dihasilkan serati jantan dan betina yang ukurannya hampir sama besar dengan entog, serta telur tetas yang dihasilkan lebih banyak. Entog betina menghasilkan telur lebih sedikit daripada itik biasa. Dalam menghasilkan itik serati karena terdapat kendala dalam teknik perkawinan.
Dalam persilangan secara alami kendalanya adalah badan entog jantan terlalu besar dibanding dengan itik betina, sehingga proses perkawinan sangat sulit. Sementara itu persilangan secara buatan (kawin suntik/IB) yang dilakukan didearah panas hasilnya kurang baik karena daya tetasnya sekitar 10 % saja. Oleh karena itu kawin silang antara entog jantan dengan itik betina dengan menggunakan program Inseminasi Buatan (IB) akan menghasilkan produksi itik serati lebih banyak dibanding kawin alam yang terjadi di pedesaan. Akan tetapi, persilangan entog dan itik tersebut memiliki kendala yaitu rendahnya fertilitas telur. IB adalah salah satu teknologi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan fertilitas dan daya tetas telur. Kawin silang antara entog dan itik tersebut akan menghasilkan keturunan yang mandul atau steril (tidak dapat dikembangbiakan). 
Itik serati tumbuh lebih cepat dibanding itik jantan yang digemukkan. Itik serati pada umur 8 minggu mencapai bobot badan 1,8 kg sedangkan itik jantan yang digemukkan hanya 1,3 kg atau itik serati tumbuh ½ kg lebih berat dibanding itik jantan yang digemukkan. Begitu pula penggunaan pakan itik serati jauh lebih baik dibanding itik jantan yang digemukkan. Itik serati hanya membutuhkan 3,29 kg pakan untuk menghasilkan 1 kg bobot badan dibanding itik jantan yang digemukkan membutuhkan pakan sebanyak 4,24 kg. Hasil penelitian tentang itik serati menunjukkan bahwa daging dadanya lebih banyak dibandingkan dengan daging itik biasa. Begitu pula daging itik serati tidak berbau amis.
a.  Cara Memproduksi Serati
Keberhasilan pengemabangan itik serati sangat ditentukan oleh ketersediaan bibit (DOD). Kesulitan mendapatkan DOD banyak dikeluhkan oleh petani itik serati. Untuk mengantisipasi permintaan DOD, introduksi teknologi IB sangat diperlukan untuk menghasilkan DOD dalam jumlah yang banyak. Serati jantan mempunyai bobot badan 3,05 kg dan betina 2,98 kg pada umur 10 minggu. Perkawinan antara entok jantan dengan itik betina dilakukan dengan teknik inseminasi buatan (IB) agar fertilitas dan daya tetas telurnya tinggi sehingga dapat dihasilkan serati lebih banyak dibanding perkawinan alami.
IB dapat dilakukan dengan menggunakan alat dan cara yang sederhana. Sperma entok jantan ditampung menggunakan teknik vagina tiruan berupa tabung gelas. Entok jantan dirangsang dengan cara diurut pada bagian perut sebelah bawah agar siap untuk kawin dan sperma yang keluar ditampung dengan menggunakan tabung gelas. Sperma lalu diencerkan dan diinseminasikan ke dalam alat reproduksi itik betina.
Fertilitas dengan teknik IB dapat mencapai 80%,sedangkan melalui perkawinan alami hanya 20-30%. Kualitas daging Serati Dari hasil penelitian, serati yang diberi ransum ayam broiler komersial BF-12 dengan kandungan protein kasar minimum 18% mampu tumbuh dengan cepat. Pada umur 14 minggu, bobot badannya mencapai 2,25 kg dengan jumlah pakan yang dikonsumsi 6,27 kg/ekor. Bobot badan serati ini 0,5 kg lebih berat daripada entok jantan tetuanya. Ditinjau dari efisiensi penggunaan pakan yang biasa dinyatakan dengan feed conversion ratio (FCR), serati memiliki FCR 3,41. Ini berarti serati membutuhkan 3,41 kg pakan untuk menghasilkan 1 kg bobot badan, sedangkan itik jantan yang digemukkan membutuhkan pakan 4,24 kg. Ini menunjukkan bahwa biaya untuk memproduksi daging serati lebih murah daripada itik jantan, karena serati membutuhkan pakan yang lebih sedikit daripada itik jantan untuk memproduksi daging dalam jumlah yang sama.
Ditinjau dari karkas, serati memiliki bobot karkas 1,5 kg. Bagian karkas yang paling tinggi persentasenya adalah paha yaitu 26,8% dari bobot karkas, diikuti punggung 25,9% dan dada 24,9%.  Dalam budidaya serati tidak harus menggunakan itik dan entog jenis tertentu tetapi harus berasal dari bibit unggul, sehingga daging itik yang dihasilkan akan tampak mulus dan bagus. Serati yang berbulu putih, dagingnya akan putih mulus dan akan tampak lebih menarik bagi konsumen. Untuk menghasilkan kualitas daging seperti itu maka dalam perkawinan silang dipilih entog jantan dan itik betina dan berwarna putih. Selain menghasilkan daging yang besar, daging serati rendah lemak .

B.  ITIK PETELUR
1.  Itik Ratu
itik ratu
Itik Ratu merupakan itik betina hasil persilangan antara itik mojosari dan itik alabio. Karena itu, ada pula yang menyebutnya sebagai itik MA (Mojosari-Alabio). Mojosari adalah nama salah satu desa di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Desa ini, terutama di Dusun Modopuro, adalah pemilik plasma nuftah itik mojosari yang terkenal. Sedangkan Alabio merupakan nama desa di Kecamatan Amuntai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Desa ini dikenal sebagai plasma nuftah itik alabio. Produktivitas Tinggi Itik Ratu dan Itik Raja merupakan itik hibrida hasil kerja sama antara Balai Penelitian Ternak Ciawi (Ditjen Peternakan) dengan Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Kambing, Domba dan Itik (KDI) di Pelaihari (Kalsel).
Keunggulan dari Itik Ratu antara lain umur pertama bertelur lebih awal, produktivitas telur lebih tinggi, konsistensi produksi lebih cepat, dan pertumbuhan lebih cepat. Selain itu, kemampuannya dalam beradaptasi dengan lingkungan baru juga bagus. Sebagai hasil persilangan dua bangsa itik petelur unggulan, wajar kalau produktivitas Itik Ratu dalam bertelur juga dapat diandalkan.
Itik jantan hasil persilangan yang sama disebut Itik Raja, yang lebih banyak dimanfaatkan sebagai itik pedaging unggulan. Itik Ratu mulai bertelur pada umur 22 minggu, lebih cepat dua minggu daripada itik alabio atau tiga minggu lebih awal daripada itik mojosari.  Selama tiga bulan pertama, produksinya bisa mencapai 74,2 persen. Pada umur tujuh bulan, produksi telur bisa mencapai 50 persen. Hingga umur delapan bulan, produksinya baru 50 persen, kemudian meningkat menjadi 80 persen, dan akan terus meningkat dengan puncak produksi sekitar 93,7 persen.
Rata-rata produksi telur dalam setahun sekitar 71,5 persen. Bandingkan dengan itik alabio dan itik mojosari yang rata-rata hanya 62,8 dan 61,0 persen per tahun. Persilangan mandiri dalam praktiknya, tidak sedikit peternak yang mampu menyilangkan itik alabio dan itik mojosari. Hasil persilangan inilah yang populer dengan sebutan itik MA. Ada dua cara yang dapat dilakukanuntuk persilangan mandiri. Pertama, menggunakan itik alabio (umur 6-7 bulan) dan itik mojosari jantan (7-8 bulan). Cara kedua adalah mengganti itik mojosari dengan itik-itik jawa lainnya. Bangsa itik jawa terdiri atas beberapa sukubangsa, misalnya itik tegal, itik magelang, itik turi, itik karawang, dan itik mojosari. Semuanya memiliki performa produksi yang bagus.
Dalam mencetak Itik Ratu, Balitnak Ciawi dan BPTU-KDI memang menggunakan teknik inseminasi buatan (IB) atau kawin suntik. Sampai saat ini, hanya segelintir peternak yang bisa melakukan kawin suntik pada unggas. Cara melakukan persilangan mandiri dengan memasukkan induk betina dan induk jantan ke dalam kandang berukuran 2 x 2,5 m2, atau 1,25 x 4 m2. Kandang diberi pagar pembatas setinggi 60 cm. Kandang dengan ukuran tersebut bisa menampung 20 ekor induk betina dan 2-3 ekor induk jantan. Tempat pakan diletakkan di salah satu pojok kandang, sedangkan tempat minum diletakkan di pojok kandang lainnya. Hal ini dilakukan untuk mencegah pakan terbuang, akibat kebiasaan itik yang setelah makan segera mencari air. Teknik pemeliharaan induk, juga anak-anaknya kelak, tak berbeda dari pemeliharaan itik dalam kandang terkurung, seperti dijumpa di beberapa sentra peternakan itik seperti di Kabupaten Tegal, Brebes, Magelang, dan Bantul. (Amanah-32).

2.  Itik Khaki Champbell
itik khaki champbell
Itik ini berasal dari Inggris sebagai hasil persilangan itik Champbell dan itik Indian Runner. Kemungkinan besar itik ini mengandung darah itik Rouen, sebab hampir serupa, hanya bulunya lebih terang dan badannya lebih kecil atau lebih ringan. Itik ini adalah hasil persilangan yang dikerjakan oleh Mrs. Adale Campbell di Inggris dan merupakan saingan Indian Runner sebagai produsen telur. Itik ini memiliki daya tahan hidup lebih kuat, telurnya lebih banyak, tapi sedikit lebih kecil dan warna kerabang telurnya putih.
a.  Sifat Itik Petelur Jenis  Itik Khaki Campbell
Bersifat kosmopolitan, dapat berkembang dimana-mana dan sangat aktif. Produksinya lebih baik bila dipelihara pada range (pasture). Keinginan untuk berenang sangat kecil. Dalam keadaan berdiri atau berjalan tidak seperti Indian Runner, itik ini sedikit lebih datar (horizontal). Tidak mengerami telurnya. Dengan makanan yang baik dan teratur, itik ini akan bertelur menjelang umur 6 bulan. Kapasitas produksi telur kurang lebih 280 butir per tahun. Pada masa motling (rontok bulu), produksi telur berkurang atau berhenti sama sekali. Jika perlu untuk memperoleh jumlah telur yang konstan setiap saat, maka umur itik-itik tersebut harus berbeda.
b.  Ciri-Ciri Itik Petelur Jenis  Itik Khaki Campbell:
1)  Warna bulu adalah khaki, seperti warna pakaian tentara Inggris atau hansip. Pada bulunya dapat dilihat adanya lacing feathers yang hitam.
2)  Badan/punggung agak lebar, tetapi tak begitu panjang.
3)  Kepala agak tegak dan panjang.
4)  Paruh panjang dan agak melebar hampir lurus dari atas ke bawah.
5)  Warnanya hijau pekat, sedang bagian bawah berwarna hitam.
6)  Mata berwarna cokelat tua, waspada, dan terletak dibagian atas dari kepala.
7)  Leher sedikit panjang dan hampir tegak.
8)  Sayap terletak tinggi dan rapat di tubuh.
9)  Kaki sedikit panjang, terletak agak di belakang tubuh dan terpisah dengan baik.





DAFTAR PUSTAKA

 
Anwar, R. 2005. Produktivitas itik manila (Cairina moschata) di Kota Jambi. Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Peternakan VI(1): 24−33.
Cahyono, J. E. 2000. Menjadi Manajer Investasi Bagi Diri Sendiri. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Dijaya, A.S. 2003. Penggemukan Itik Jantan Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Harahap, D. 1993. Potensi Itik Mandalung sebagai Penghasil Daging Ditinjau dari Berat Karkas dan Penilaian Organoleptik Dagingnya Dibandingkan dengan Tetuanya. Disertasi. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
http://fhujey.blogspot.com/ diakses Kamis tanggal 30 Oktober 2014 pukul 04.47 WIB
http://hobbysatwa.blogspot.com/2013/07/cara-beternak-bebek-pedaging-bebek.html diakses Kamis tanggal 30 Oktober 2014 pukul 05.40 WIB.
http://icalizeter.blogspot.com/2012/06/budidaya-itik-tanpa-air.html diakses Selasa tanggal 28 Oktober 2014 pukul 09.36 WIB.
Hutabarat, P.H. 1982. Genotipe x nutrient interaction of crosses between alabio and tegal duck and muscovy and pekin draker. Brith. Poult. Sci. (24): 555−563.
Sari, M. 2002. Pertumbuhan Komparatif Mandalung Keturunan Entog Itik dan Itik Entog secara Alometris. Tesis. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Setioko, A.R. 2003. Keragaan itik serati sebagai itik pedaging dan permasalahannya. Wartazoa 13(1): 14−21.
 

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Silahkan memberi komentar yang membangun EmoticonEmoticon