SELEKSI SAPI POTONG

11:55 PM


Seleksi adalah tindakan memilih ternak yang mempunyai sifat yang dikehendaki dan membuang sapi potong yang tidak mempunyai sifat yang dikehendaki. Seleksi termasuk suatu kegiatan untuk membuat keputusan tentang ternak, berdasarkan informasi yang masuk, sebagai kekuatan untuk mengubah frekuensi gen yang mengatur beberapa sifat kualitatif dan juga kuantitatif yang dipengaruhi oleh banyak gen dimana pengaruh dari masing-masing gen biasanya tidak dapat dilihat. Dalam konteks pemuliabiakan ternak seleksi adalah suatu proses memilih ternak sapi potong yang disukai yang akan dijadikan sebagai tetua untuk generasi berikutnya. Tujuan umum dari seleksi adalah untuk meningkatkan produktivitas ternak potong melalui perbaikan mutu bibit.
sapi simental jantan
Seleksi ternak sapi potong yang mempunyai sifat yang diinginkan akan dipelihara, sedangkan ternak sapi potong yang mempunyai sifat yang tidak diinginkan akan diafkir. Memilih ternak berdasarkan visual berarti kita memilih ternak berdasarkan sifat-sifat yang tampak. Dalam cara ini memilih bibit hampir sama dengan seleksi untuk tujuan produksi. Seleksi berdasarkan visual ini biasa disebut dengan judging. Judging pada ternak dalam arti yang luas adalah usaha yang dilakukan untuk menilai tingkatan ternak yang memiliki karakteristik penting untuk tujuan-tujuan tertentu. Sedangkan dalam arti sempit adalah referensi untuk pemberian penghargaan tertentu dalam suatu kontes. Seleksi pada ternak sapi potong dapat dilakukan dengan menilai secara individu ternak terhadap sifat-sifat subyektif dan bentuk serta keadaan tubuh ternak berdasarkan kartu penilaian. Empat komponen tubuh yang dinilai dengan nilai maksimum 100 yang masing-masing bagian mempunyai batasan nilai maksimum, yaitu penampilan umum bernilai 40, bagian kepala dan leher bernilai 7, bagian tubuh depan bernilai 7, bagian tubuh tengah bernilai 30 dan bagian tubuh belakang 16.

A.  Seleksi Ternak Sapi Potong untuk  Calon Induk
1.  Calon Pejantan
Bobot sapih umur 205 hari terkonteraksi terhadap umur induk dan musim kelahiran, diatas rata-rata dari kelompoknya, bobot badan umur 365 hari diatas rata-rata, pertambahan bobot badan umur 2 tahun diatas rata-rata, libido dan kualitas sperma baik, penampilan fenotipe sesuai dengan rumpunnya.
2.  Calon Induk
Bobot sapih umur 205 hari terkoreksi terhadap umur induk dan musim kelahiran, diatas rata-rata dari kelompok, bobot badan umur 365 hari diatas rata-rata dan penampilan fenotipe sesuai dengan rumpunnya.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam seleksi ternak sapi potong sebagai berikut :
a.  Melihat sifat-sifat individu yang baik
Seleksi pada ternak sapi potong berdasarkan sifat-sifat individu meliputi bentuk tubuh yang serasi, pertumbuhannya baik, efesien dalam menggunakan makanan dan tidak memperlihatkan adanya cacat atau gejala abnormal.
b.  Melihat asal-usulnya atau silsilah
Seleksi dengan cara ini pada umumnya yang diperhatikan yaitu sifat-sifat dari induk dan pejantannya (tetuanya), sedang cara penilaiannya dengan cara yang sama untuk seleksi berdasarkan sifat-sifat individu. Pada umumnya cara ini dipergunakan dalm memilih ternak-ternak yang masih muda atau ternak yang kurang jelas catatan produksinya.
c.  Melihat kemampuan / daya produksinya
Produksi merupakan hasil dari suatu usaha, sehingga daya produksi dapat dipakai sebagai kriteria dalam seleksi, lebih-lebih dalam bidang peternakan. Cara seleksi ini merupakan cara yang terbaik dan paling tepat karena dapat langsung melihat sifat-sifat yang produktif / ekonomis. Pada cara ini terdapat 2 aspek yang perlu mendapat perhatian, yaitu  a.  Sifat-sifat produktif dari ternak-ternak yang bersangkutan,  dan b.  Sifat-sifat produktif dari keturunnya.
Adapun sifat-sifat produktif ekonomis yang menjadi dasar penilaian, antara lain : berat lahir ternak, berat sapih ternak, pertambahan berat badan (Gain atau ADG), efesiensi dalam pengguanaan makanan dan kualitas daging yang dihasilkan. Cara seleksi seperti ini dapat dilakukan apabila terdapat data-data ternak secara lengkap, dengan demikian tinggal melihat catatan dalam melakukan seleksi.
d.  Hasil dari  pemenang  suatu lomba / kontes
Perlombaan atau kontes   merupakan tempat terkumpulnya ternak-ternak yang bagus/unggul,   karena ternak yang diikutsertakan pada suatu kontes pasti sebelumnya dipelihara dengan baik dan perawatan khusus. Ternak yang menjadi pemenang dalam suatu kontes sudah dapat dipastikan bahwa ternak tersebut yang paling baik dan dengan sendirinya baik untuk dipakai sebagai bibit.

B.  Seleksi  Bibit untuk Penggemukan
1.  Sifat-sifat  tipe  pedaging
Sifat genetis berbeda-beda  antar bangsa oleh karena itu pilih bangsa sapi potong yang memiliki tipe pedaging. Adapun ciri-ciri tipe pedaging, antara lain cepat tumbuh, efisien menggunakan pakan, dan daya adaptasi cepat.
2.  Eksterior baik
     Bentuk luar (eksterior) yang baik dari bibit sapi potong untuk penggemukan, antara lain ukuran  badan  panjang  dan  berbentuk segiempat, bagian  dada  lebar  dan  dalam, kepala  pendek  dan  dahi  lebar, leher  pendek  dan  tebal, dan dilihat  dari  depan  dan  belakang  berbentuk silindris.
3.  Kondisi Sehat
     Kondisi sehat dari bibit sapi potong dapat dilihat dari aspek keadaan  bulu  halus dan bersih, mata  bersinar, aktif  bergerak, napsu  makan  baik, kulit  elastis/ lentur, tekstur feses baik, dan tidak  memperlihatkan adanya  cacat.
4.  Jenis  Kelamin
     Pilih bibit sapi potong dengan jenis kelamin jantan, karena akan memiliki kecepatan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan sapi potong betina.
5.  Umur Bibit.
     Pilih  bibit  sapi  yang  berumur berkisar antara  2 – 3 thn, karena pada umur tersebut masih dalam eksponensial atau logaritmis yang memiliki kecepatan pertumbuhan yang optimal. Disamping itu, pada umur tersebut mulai terjadi proses pelemakan yang serasi sehingga daging yang dihasilkan akan lebih berkualitas. Tujuan utama pemuliaan sapi potong adalah untuk memproduksi  daging sebanyak dan secepat mungkin. Kriteria seleksi yang dipertimbangkan adalah :
a.  Pertumbuhan
b.  Bobot lahir, bobot sapih, dan bobot saat dipasarkan
c.  Pengaruh induk saat membesarkan anak (Maternal ability)
d.  Leaness (perlemakan di daging)
e.  Efesiensi penggunaan pakan
f.  Calving ease (kemudahan waktu melahirkan)
6.  Bangsa dan Sifat Genetik
Setiap peternak yang akan memelihara, membesarkan ternak untuk dijadikan calon bibit pertama-tama harus memilih bangsa sapi yang paling disukai atau telah popular, baik jenis import maupun lokal. Kita telah mengetahui bahwa setiap bangsa sapi memiliki sifat genetik yang berbeda satu dengan yang lain, baik mengenai daging ataupun kemampuan dalam beradaptasi terhadap lingkungan sekitarnya dalam hal beradaptasi dengan lingkungan ini antara lain penyesuaian iklim dan pakan, berpangkal dari sifat genetik suatu bangsa sapi yang bias diwariskan kepada keturunannya, maka bangsa sapi tertentu harus dipilih oleh setiap peternak sesuai dengan tujuan dan kondisi setempat, pemilihan ini memang cukup beralasan sebab peternak tidak akan mau menderita kerugian akibat factor lingkungan yang tidak menunjang. Beberapa jenis bangsa sapi potong yaitu : Ongole, Peranakan Ongole, Brahman, Limousine, Simmental, Angus, Brangus, Bali, Madura, Chorolais dan Santa Gertrudis.
7.  Kesehatan
Bangsa sapi baik sapi sebagai calon bibit ataupun sebagai penghasil daging harus di pilih dari sapi yang benar-benar sehat. Untuk mengetahui kesehatan sapi secara umum, peternak bisa memperhatikan keadaan tubuh, sikap dan tingkah laku, pernapasan, denyut jantung, pencernaan dan pandangan sapi.
a.  Keadaan tubuh
Sapi sehat, keadaan tubuh bulat berisi, kulit lemas. Tidak adanya eksternal parasit pada kulit dan bulunya, tidak ada tandatanda kerusakandan kerontokan pada bulu (licin dan mengkilat). Selaput lendir dan gusi berwarna merah muda, lebih mudah bergerak bebas. Ujung hidung bersih, basah dan dingin. Kuku tidak terasa panas dan bengkak bila diraba. Suhu tubuh anak 39,5 C – 40 C.
b.  Sikap dan tingkah laku
Sapi sehat tegap. Keempat kaki memperoleh titik berat sama. Sapi peka terhadap lingkungan (ada orang cepat bereaksi). Bila diberi pakan, mulut akan dipenuhi pakan. Cara minum panjang. Sapi yang terus menerus tiduran memberikan kesan bahwa sapi tersebut sakit atau mengalami kelelahan.
c.  Pernafasan
Sapi sehat bernafas dengan tenang dan teratur, kecuali ketakutan, kerja berat, udara panas dan sedang tiduran lebih cepat. Jumlah pernafasan : Anak sapi 30/menit, Dewasa 10-30/menit.
d.  Pencernaan.
Sapi sehat memamah biak dengan tenang sambil istirahat/ tiduran. Setiap gumpalan pakan di kunyah 60-70 kali. Sapi sehat nafsu makan dan minum cukup besar. Pembuangan kotoran dan kencing berjalan lancar. Bila gangguan pencernaan, gerak perut besar berhenti atau cepat sekali. Proses memamah biak berhenti.
e.  Pandangan mata.
Sapi sehat pandangan mata cerah dan tajam. Sapi sakit pandangan mata sayu. Seleksi calon bibit berdasarkan pengamatan/ penampilan fisik/eksterior. Bentuk atau ciri luar sapi berkorelasi positif terhadap faktor genetik seperti laju pertumbuhan, mutu dan hasil akhir (daging), (Warwick dkk, 1990). Bentuk atau ciri sapi potong yang baik, sebagai berikut :
1)  Badan panjang dan dalam, rusuk tumbuh panjang yang memungkinkan sapi mampu menampung jumlah makanan yang banyak.
2)  Bentuk tubuh segi empat, pertumbuhan tubuh bagian depan, tengah dan belakang serasi, garis badan atas dan bawah sejajar.
3)  Paha sampai pergelangan penuh berisi daging.
4)  Dada lebar dan dalam serta menonjol ke depan.
5)  Kaki besar, pendek dan kokoh.

C.  Seleksi Menurut Perundang-undangan
Persyaratan khusus seleksi ternak sapi potong menurut peraturan menteri pertanian nomor 54 tahun 2006,  persyaratan khusus yang harus dipenuhi untuk masing-masing rumpun sapi yaitu sebagai berikut:

1.  Sapi Peranakan Ongole (PO)
Kualitatif
Kuantitatif
- Warna bulu putih keabu-abuan;
- Kipas ekor (bulu cambuk ekor) dan
bulu sekitar mata berwarna hitam;
- Badan besar, gelambir longgar
bergantung;
- Punuk besar;
- Leher pendek;
- Tanduk pendek.
Betina umur 18-24 bulan
Tinggi gumba:
Kelas I minimal 116 cm;
Kelas II minimal 113 cm;
Kelas III minimal 111 cm.
Panjang badan:
Kelas I minimal 124 cm;
Kelas II minimal 117 cm;
Kelas III minimal 115 cm.
Jantan umur 24-36 bulan
Tinggi gumba:
Kelas I minimal 127 cm;
Kelas II minimal 125 cm;
Kelas III minimal 124 cm.
Panjang badan:
Kelas I minimal 139 cm;
Kelas II minimal 133 cm;
Kelas III minimal 130 cm.
Pedoman Pembibitan Sapi Potong Yang Baik

2.  Sapi Sumba Ongole (SO)
Kualitatif
Kuantitatif
- Warna keputih-putihan;
- Kepala, leher, gumba, lutut, warna
gelap terutama pada yang jantan;
- Kulit sekeliling mata, bulu mata,
moncong, kuku kaki dan bulu
cambuk ekor warna hitam;
- Tanduk pendek, kuat, mula-mula
mengarah keluar, lalu ke belakang;
- Badan besar, gelambir longgar dan
tergantung;
- Punuk besar persis di atas skapula;
- Leher pendek.
Betina umur 18-24 bulan
Tinggi gumba:
Kelas III minimal 112 cm
Jantan umur 24-36 bulan
Tinggi gumba:
Kelas III minimal 118 cm
Pedoman Pembibitan Sapi Potong Yang Baik

3.  Sapi Madura
Kualitatif
Kuantitatif
- Warna merah bata atau merah coklat
campur putih dengan batas tidak jelas
pada bagian pantat;
- Tanduk kecil pendek mengarah ke
sebelah luar;
- Tubuh kecil, kaki pendek;
- Gumba pada betina tidak jelas, pada
jantan berkembang baik.
Betina umur 18-24 bulan
Tinggi gumba:
Kelas I minimal 108 cm;
Kelas II minimal 105 cm;
Kelas III minimal 102 cm.
Jantan umur 24-36 bulan
Tinggi gumba:
Kelas I minimal 121 cm;
Kelas II minimal 110 cm;
Kelas III minimal 105 cm.


4.  Sapi Bali
Kualitatif
Kuantitatif
tina:
- Warna bulu merah;
- Lutut ke bawah berwarna putih;
- Pantat warna putih berbentuk
setengah bulan;
- Ujung ekor berwarna hitam;
- Garis belut warna hitam di punggung;
- Tanduk pendek dan kecil;
- Bentuk kepala panjang dan sempit;
- Leher ramping.

Jantan:
- Warna bulu hitam;
- Lutut ke bawah berwarna putih;
- Pantat putih berbentuk setengah
bulan;
- Ujung ekor hitam;
- Tanduk tumbuh baik warna hitam;
- Bentuk kepala lebar;
- Leher kompak dan kuat.
Betina umur 18-24 bulan
Tinggi gumba:
Kelas I minimal 105 cm;
Kelas II minimal 97 cm;
Kelas III minimal 94 cm.
Panjang Badan:
Kelas I minimal 104 cm;
Kelas II minimal 93 cm;
Kelas III minimal 89 cm.


Jantan umur 24-36 bulan
Tinggi gumba:
Kelas I minimal 119 cm;
Kelas II minimal 111 cm;
Kelas III minimal 108 cm.
Panjang badan:
Kelas I minimal 121 cm;
Kelas II minimal 110 cm;
Kelas III minimal 106 cm.
Pedoman Pembibitan Sapi Potong Yang Baik

5.  Sapi Aceh  
Kualitatif
Kuantitatif
- Warna bulu coklat muda, coklat
merah (merah bata), coklat hitam,
hitam dan putih, abu-abu, kulit hitam
memutih ke arah sentral tubuh;
- Betina berpunuk kecil;
- Jantan punuk terlihat jelas
Betina umur 18-24 bulan
Tinggi gumba:
Kelas III minimal 100 cm
Jantan umur 24-36 bulan
Tinggi gumba:
Kelas III minimal 105 cm
Sapi Brahman
Kualitatif Kuantitatif
- Warna pada yang jantan putih abuabu,
pada betina putih/abu-abu atau
merah;
- Badan besar, kepala relatif besar.
Betina umur 18-24 bulan
Tinggi gumba:
Kelas III minimal 112 cm
Jantan umur 24-36 bulan
Tinggi gumba:
Kelas III minimal 125 cm
Pedoman Pembibitan Sapi Potong Yang Baik



DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Santosa.2012.Seleksi dan Pemilihan Bibit Bakalan Pada Usaha Ternak Potong.

Peraturan Menteri Pertanian, Nomor : 54/permentan/ot.140/10/2006. Pedoman Pembibitan Sapi Potong yang Baik  (Good Breeding Practice). Jakarta

Suyadi, S.Maylinda, H.Nugroho, dan Kuswati. 2008. Pengembangan Marker Genetik untuk Seleksi Pertumbuhan Sapi Potong Lokal. Laporan Penelitian Rusnas. Kerjasam Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Dengan Kementerian Riset dan Teknologi. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang

Warwick, E. J., M. Astuti, dan W. Hardjosubroto. 1990. Pemuliaan Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Nurlela, 2009. Produktifitas Ternak Sapi di UPT-D Pengembangan Ternak Wonggahu Kabupaten Boalemo. Laporan Tugas Akhir. Program Studi Teknologi Produksi Ternak. Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian UNG. Gorontalo 
 
Pane I. 1991. Produktivitas Dan Breeding Sapi Bali. Prosiding Seminar Nasional Sapi Bali. Ujung Pandang: Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. 2-3 September 1991. 
 
Pane, I. 1990. Upaya peningkatan mutu genetik sapi Bali di P3 Bali. Pros. Seminar Nasional Sapi Bali. Bali, 20 – 22 September 1990.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Silahkan memberi komentar yang membangun EmoticonEmoticon