CARA PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN KEDELAI

9:24 PM

"Upaya peningkatan produksi kedelai dihadapkan kepada masalah hama dan penyakit serta ketidakseimbangan hara di tanah. Serangan hama dan penyakit berpotensi menurunkan kualitas hasil dan ketidakseimbangan hara di tanah tidak hanya berdampak terhadap penurunan produksi dan mutu hasil, tetapi juga menyebabkan tanaman lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Pengendalian serangan hama dan penyakit tanaman kedelai dalam PHT diperlukan pengelolaan pertanaman secara terpadu dan bijaksana agar tidak mencemari lingkungan "

Kedelai merupakan sumber protein nabati yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia, sehingga dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kesadaran terhadap kebutuhan protein maka kebutuhan akan kedelai terus meningkat dari tahun ke tahun. Rata-rata kebutuhan kedelai setiap tahunnya sebesar 2,2 juta ton biji kering, akan tetapi kemampuan produksi dalam negeri saat ini belum mampu memenuhi. Menurut Fauzan (2020) Indonesia adalah negara dengan konsumsi kedelai terbesar di dunia setelah China. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan impor kedelai Indonesia sepanjang semester I/2020 mencapai 1,27 juta ton atau senilai US$510,2 juta (sekitar Rp7,52 triliun). Sebanyak 1,14 juta ton diantaranya berasal dari Amerika Serikat. Sementara itu jika dilihat pada tahun-tahun sebelumnya, total impor kedelai mencapai 2,67 juta ton pada 2017, 2,58 juta ton pada 2018, dan 2,67 juta ton pada 2019.

peningkatan produksi kedelai dengan PHT

Upaya peningkatan produksi kedelai dihadapkan kepada masalah hama dan penyakit serta ketidakseimbangan hara di tanah. Serangan hama dan penyakit juga berpotensi menurunkan kualitas hasil dan ketidakseimbangan hara di tanah tidak hanya berdampak terhadap penurunan produksi dan mutu hasil, tetapi juga menyebabkan tanaman lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit, Serangan hama dan penyakit tertentu pada tanaman seringkali menampilkan gejala serupa dengan gejala ketidakseimbangan hara. Oleh karena itu, geiala tersebut perlu diidentifikasi agar penyebabnya dlapat diketahui dengan tepat untuk menentukan cara pengendalian atau pemulihan tanaman dengan efisien dan efektif. Selain itu, di dalam budidaya tanaman kedela diperlukan kesesuaian agroekosistem agar dapat tumbuh normal, seperti Iahan sawah irigasi, lahan sawah tadah hujan, lahan masam dan lahan kering/tegalan. Di lahan kering /tegalan kedelai umumnya ditanam pada musim hujan agar kondisi tanah bisa lembab, karena banyak memerlukan air pada saat penanaman. Disisi lain perlu diperhatikan bahwa kondisi air yang cukup banyak dapat menimbulkan tingkat perkembangan hama dan penyakit tanaman kedelai akan menjadi tinggi, sehingga perlu antisipasi untuk menekan perkembangannya.

Hama dan penyakit kedelai merupakan salah satu organisme yang menyebabkan potensi hasil dari suatu varietas tidak teraktualisasi maksimal. Pengendalian hama dan penyakit utama dapat dilakukan berdasarkan konsep pengendalian organisme pengganggu tanaman terpadu (PHT). Dalam usaha pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan strategi pengendalian dengan memadukan bermacam cara (Untung, 1995). Pengendalian serangan hama dan penyakit tanaman kedelai dalam PHT diperlukan pengelolaan pertanaman secara terpadu dan bijaksana agar tidak mencemari lingkungan.

Strategi Mengendalikan Hama dan penyakit kedelai

Ada beberapa strategi pengendalian hama dan penyakit utama yang dapat diterapkan petani untuk mengatasi serangga tersebut diantaranya, penggunaan varietas unggul, pengendalian secara kultur teknis/gilir varietas, mekanis yaitu mengkombinasikan pengomposan, dan gropyoka yang dilakukan berkelanjutan terbukti efekti mengurangi kehilangan hasil akibat serangan tikuÅŸ, biologis/hayati, pestisida organik dan alternatif terakhir menggunakan kimiawi atau pestisida sintetis, serta pemusnahan/eradikasi.

Beberapa jenis hama utama pada tanaman kedelai meliputi lalat bibit, ulat pemakan daun seperti ulat grayak, ulat jengkal, ulat penggulung daun, ulat heliotis sp, pengisap polong, penggerek polong, penggerek batang, kutu kebul, dan kutu daun. Sedangkan jenis penyakit utama pada tanaman kedelai meliputi Karat daun, Xanthomonas sp, Bercak daun, Antraknose, Downy mildew, dan Virus mosaik (SMV).

Pengendalian hama dan penyakit sedapat mungkin menggunakan teknik budidaya yang terpadu, seperti penggunaan varietas dan benih unggul, sanitasi (membersihkan lahan dan sekitarnya), pemberian mulsa, pergiliran tanaman, dan tanam serentak.

A. Varietas dan Benih unggul

1. Varietas Unggul

      Semua varietas unggul sesuai untuk lahan

      Pilih varietas unggul yang memenuhi sifat-sifat yang diinginkan : ukuran bijinya besar atau kecil, kulit bijinya kuning atau hitam, toleransinya terhadap hama/penyakit dan kondisi lahan.

      Dengan teknik budidaya yang tepat, semua varietas unggul dapat menghasilkan dengan baik, di lahan kering maupun Iahan sawah atau Iahan pasang surut.

Tabel 1. Varietas unggul kedelai

Varietas

Potensi Hasil (T/Ha

Umur Panen (hari)

Bobot 100 biji (gram)

Keunggulan

Wilis

2,5

85-90

10

Tahan rebah, agak tahan karat daun dan virus

Kaba

2,6

85

10,4

Tahan rebah, polong tidak mudah pecah

Sinambung

2,6

88

10,7

Agak tahan penyakit karat daun

Ijen

2,5

83

10,7

Toleran hama ulat grayak

Tanggamus

2,6

88

11,0

Adaptif lahan kering masam

Burangrang

3,6

80-82

16

Toleran karat daun

Panderman

2,6

85

18

Batang kokoh, tahan rebah

Anjasmoro

3,7

82-92

16

Tahan rebah, agak tahan karat daun, polong tidak mudah pecah

Argomulyo

3,1

80-82

16

Tahan rabah, toleran karat daun

Grobogan

3,4

76

18

Sesuai ditanam di lahan kering pada awal musim hujan

Gepak Ijo

2,7

76

6,8

Rendemen tahu tinggi

Gepak Kuning

2,9

73

8,2

Rendemen tahu tinggi

Detam-1

3,5

84

14,8

Protein tinggi, agak tahan penghisap polong, sesuai untuk kecap

Detam-2

3,0

82

13,5

Protein tinggi, agak tahan penghisap polong, agak tahan kekeringan, sesuai untuk kecap

Sumber : Balitkabi 2015

2. Benih Unggul

      Benih murni dan bermutu tinggi merupakan syarat terpenting dalam budidaya kedelai.

      Benih harus sehat, bernas, dan daya tumbuh minimal 85%, serta bersih dari kotoran.

      Bila mungkin, gunakan benih berlabel dari penangkar benih. Apabila menggunakan benih sendiri, sebaiknya benih berasal dari pertanaman yang seragam (tidak tercampur).

      Di daerah endemic serangan lalat bibit, sebelum ditanam, benih perlu diberi perlakuan (seed treatment) dengan insektisida berbahan aktif karbosulfan (10g/kg benih).

      Kebutuhan benih bergantung pada ukuran benih dan jarak tanam yang digunakan. Untuk benih ukuran kecil-sedang (9-12g/ 100biji), diperlukan 55-60 kg/ha, sedang untuk benih ukuran besar (14-18g/ 100biji) dibutuhkan 65-75 kg/ha.

 

B. Pengelolaan Tanah dan Tanaman di Lahan Kering

1. Penyiapan Iahan

      Pengolahan tanah dilakukan sekali hingga dua kali (tergantung kondisi tanah).

      Jika curah hujan masih cukup tinggi perlu dibuat saluran drainase setiap 4 meter, sedalam 20-25 cm, sepanjang petakan.

      Pada lahan yang baru pertama kali ditanami kedelai, benih perlu dicampur dengan rhizobium. Apabila tidak tersedia inokulan rhizobium (seperti Rhizoplus atau legin), dapat digunakan tanah bekas pertanaman kedelai yang ditaburkan pada barisan tanaman kedelai.

2. Penanaman

Penanaman dilakukan dengan tugal , berjarak tanam 40x15cm atau 30x20 cm , 2 biji/lubang.

3. Pengapuran

      Kapur dolomite perlu diberikan dengan takaran ½ dari Al-dd (Alumunium yang dapat dipertukarkan), di berbagai daerah umumnya 1-1,5 ton/ha. Dolomit selain meningkatkan pH tanah juga menambah kandungan Ca dan Mg. Informasi kadar Al-dd dapat diperoleh dari petugas pertanian setempat.

      Jika dengan pemberian pupuk kandang 2,5 ton/ha, takaran pengapuran cukup 1/4 dari Al-dd (500-750kg dolomite/ha)

      Dolomit disebar rata bersamaan dengan pengolahan tanah kedua atau paling lambat 2-7 hari sebelum tanam.

      Jika diaplikasikan dengan cara disebar sepanjang alur baris tanaman, maka takaran dolomite dapat dikurangi menjadi hanya 1/3 dari takaran semula.

4. Pemupukan

      Pupuk NPK diberikan dengan takaran 75kg Urea, 100kg SP36, dan 100kg KCI per hektar. Semua pupuk tersebut paling lambat diberikan pada saat tanaman berumur 14 hari,

      Bersamaan penyiangan pertama sebaiknya dilakukan pembumbunan tanaman

5. Pengendalian Gulma

      Penyiangan perlu dilakukan dua kali pada umur 15 dan 45 hari,

      Pengendalian gulma secara kimia dengan herbisida dapat dilakukan sebelum pengolahan tanah atau setelah tanam dengan syarat benih ditutup dengan tanah pada saat tanam dan herbisida yang digunakan adalah jenis kontak.

 

Daftar Pustaka

Balitkabi, 2015. Paduan Teknis Budidaya Kedelai di Berbagai Kawasan Agroekosistem. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Fauzan, Rahmad. 2020. Kedelai Langka, Pemerintah Harus Fokus pada Peningkatan Produktivitashttps://ekonomi.bisnis.com/read/20210105/12/1338923/kedelai-langka-pemerintah-harus-fokus-pada-peningkatan-produktivitas. Diakses tanggal 22 April 2021.

Semarang Kasumbogo. 1995. Konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Offset Yogyakarta. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta

 

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Silahkan memberi komentar yang membangun EmoticonEmoticon