PELUANG USAHA DI LAHAN KERING

8:28 PM

 
"Kendala budidaya sayuran karena adanya keterbatasan air di musim kemarau menyebabkan pendapatan petani sayuran menurun, strategi yang dapat dilakukan oleh petani dataran tinggi antara lain petani dapat beralih menjadi produsen bibit tanaman atau tetap menjadi produsen sayuran dengan menanam sayuran di persemaian."

Lahan Kering Dataran Tinggi umumnya terletak pada ketinggian lebih dari 700 m di atas permukaan laut (dpl), dengan suhu udara rata-rata relatif sejuk yaitu sekitar 20-220 C dan kelembaban udara juga cukup tinggi sekitar 80-88%. Lahan kering dataran tinggi dapat digunakan untuk usaha pertanian dengan menggunakan air secara terbatas dan biasanya menggantungkan ketersediaan air dari air hujan. Kondisi ini disebabkan karena jenis tanah di dataran tinggi umumnya menyerap air sehingga tidak bisa menggunakan sistem irigasi dari bendungan atau sungai. Salah satu manfaat lahan kering pada dataran tinggi adalah untuk usahatani pertanian tanaman semusim seperti sayuran.


Sayuran merupakan komoditas penting bagi petani karena merupakan cash crop artinya dapat secara nyata mendatangkan keuntungan bagi petani. Dengan demikian, keberhasilan dalam usahatani sayuran dapat memberikan sumbangan yang besar bagi kesejahteraan petani (Anwar et al., 2005). Permintaan terhadap sayuran selalu mengalami peningkatan sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, tren makanan sehat melalui konsumsi buah dan sayur serta kemudahan dalam pemasaran melalui beberapa marketplace digital penyedia jasa penjualan sayur dari petani ke konsumen yang sebagian besar berada di perkotaan, sehingga berapapun produksi yang dihasilkan oleh petani pasti akan mudah terserap oleh pasar, walaupun terkadang harganya mengalami naik turun.

menggunakan penampungan air dengan kolam

Berusahatani sayuran pada musim penghujan tidak mengalami kendala ketersediaan air, namun pada saat musim kemarau air menjadi faktor pembatas yang sangat penting atau bahkan utama untuk melakukan budidaya tanaman terutama tanaman sayuran, sehingga pada umumnya petani lahan kering tak terkecuali di dataran tinggi di musim kemaraun tidak dapat melakukan aktivitas usahatani sayurannya karena keterbatasan air. Kendala budidaya sayuran karena adanya keterbatasan air di musim kemarau menyebabkan pendapatan petani sayuran menurun, strategi yang dapat dilakukan oleh petani dataran tinggi antara lain petani dapat beralih menjadi produsen bibit tanaman atau tetap menjadi produsen sayuran dengan menanam sayuran di persemaian.

Sebagai Produsen Bibit Tanaman

Pada saat musim kemarau petani di wilayah lahan kering dataran tinggi tetap dapat melakukan usahatani sebagai produsen bibit. Beberapa alasan usahatani bibit dapat menjadi alternatif pilihan usahatani di musim kemarau antara Iain :

1.Peluang Bisnis : Saat ini, berusahatani sebagai produsen bibit cukup menjanjikan. Pada umumnya petani di wilayah dataran rendah lebih senang membeli bibit siap tanam dari petani produsen bibit di dataran tinggi, dengan alasan lebih mudah, praktis dan murah. Perputaran uang dari usaha ini bisa dikatakan lebih cepat, dimana dalam rentang 1 sampai 2 minggu setelah semai bibit sudah dapat dijual ke konsumen. Berbeda jika memfokuskan kepada hasil sayurannya yang membutuhkan waktu kurang lebih 3 bulan tergantung jenis sayuran yang ditanam. Dengan demikian maka petani bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa menunggu dan menyimpan uang penjualan hasil panen.

2.Kebutuhan air : Air yang dibutuhkan untuk membuat usaha pembibitan relatif sedikit dibandingkan dengan untuk produksi sayuran, karena waktu yang diperlukan hingga siap jual lebih sedikit, ukuran tanaman yang berbeda, semakin kecil/muda umur tanaman maka kebutuhan airnya akan lebih sedikit. Selain itu karena dataran tinggi memiliki suhu yang relative sejuk maka tingkat kehilangan air akibat penguapan juga semakin kecil, kelembapan tanah akan lebih tahan daripada di dataran rendah.

3.Dekat Sumber Air : Pada umumnya rumah persemaian berada di dekat rumah (depan rumah) untuk mempermudah akses penjualan, sehingga akan dekat pula dengan sumber air (sumur gali) yang biasa digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, atau bisa membuat tampungan air berbentuk kolam, dengan memanfaatkan kelebihan air pada musim penghujan yang berasal dari genteng atau talang rumah.

4.Modal Relatif Terjangkau : Modal yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha bibit semai relatif terjangkau. Bahan utama yang dibutuhkan antara Iain, rumah persemaian, benih, kotak persemaian, plastik semai, dan media tanam (tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:10). Rumah persemaian yang dibuat dengan ukuran masing-masing bedeng persemaian 5,5 x 1,3 m sebanyak 3 buah membutuhkan biaya sekitar RP. 1.0000.000. Bangunan tersebut dapat bertahan selama 5 tahun dengan ganti plastik sebanyak 2 kali yang membutuhkan biaya RP 300.000 setiap kali ganti. Media tanam, tanah dibutuhkan 1 bak colt (RP 70.000) dicampur dengan pupuk kompos apabila sudah halus (bermerk) cukup 1 bagor (RP 40.000) dan apabila masih kasar seperti pupuk kandang ayam membutuhkan 2 bagor @Rp 20.000. Harga kotak persernaiannya juga cukup murah @RP. 7.500, sedangkan harga benih biji bervariasi tergantung jenis komoditasnya. Biaya tenaga kerja pengisian media tanam ke dalam plastik semai per 1.000 buahnya sebesar RP. 6.000. Sebagian besar bahan yang dibutuhkan tersebut ada penjual datang ke lokasi sentra produsen benih maupun sayuran sehingga petani sangat mudah mendapatkannya.

5.Menguntungkan : Berdasarkan wawancara dengan petani, keuntungan bersih yang diperoleh sebagai produsen benih beberapa jenis sayuran disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Keuntungan Bersih Sebagai Produsen Bibit Per Jenis Sayuran

Jenis Sayuran

Keuntungan Bersih

Brokoli

Rp. 70.000/pak

Sawi putih

Rp. 150.000/pak

Cabai Keriting

Rp. 300.000/pak

Cabai rawit

Rp. 200.000/pak

 

6.Mudah Dilakukan : Kegiatan memproduksi bibit semai mudah dilakukan. Kegiatan diawali dengan (a) pengayakan media tanam, (b) penyiapan media tanam di bedengan persemaian maupun di oker, (c) penanaman benih biji, dan (d) pemeliharaan hanya dilakukan penyiraman saja. Pemupukan susulan tidak dilakukan, sedangkan pengendalian OPT hampir tidak pernah dilakukan karena rendahnya intensitas serangan. Dalam waktu minimal 2 minggu terutama untuk sayuran berdaun, bibit semai sudah siap jual.

7.Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani : kegiatan memproduksi bibit ini dapat dilakukan dengan memberdayakan kelompok wanita tani. Usahatani benih semai dapat dikategorikan lebih mudah dibandingkan dengan melakukan usahatani sayuran di lahan. Dengan pemberdayaan kelompok wanita tani maka beberapa ongkos produksi dapat ditekan karena pengerjaannya dapat dilakukan bersama-sama sebagai rutinitas kegiatan kelompok tani. Hasil dari penjualan di masukkan ke dalam kas kelompok untuk dimanfaatkan menjadi modal kegiatan produktif lainnya seperti pinjaman anggota kelompok dengan sistem syariah dan kegiatan sosial lainnya. Hasil penjualan dan hasil pengembangannya dapat dibagikan setiap akhir tahun atau sesuai dengan kesepakatan kelompok, misalkan menjelang bulan Ramadhan.

berbagai jenis bibit sayuran

 Tetap Bertahan Sebagai Produsen Sayuran

Pada musim kemarau produsen sayuran masih menghasilkan sayuran dengan memanfaatkan tempat/bedengan persemaian. Tempat/persemaian dapat berfungsi ganda (double fungsi) yakni sebagai tempat semai sekaligus dapat sebagai tempat produksi sayuran. Permintaan bibit semai adakalanya mengalami penurunan, yaitu pada saat Iahan petani (yang biasa membeli bibit) di dataran rendah telah ditanami semua atau pada saat musim kemarau dimana persediaan air terbatas. Pada kondisi tersebut, petani produsen bibit biasanya menghentikan usahanya, dan beralih ke mata pencaharian lain (off farm). Padahal masih ada kegiatan on farm yang dapat dilakukan yaitu memanfaatkan tempat/bedengan persemaian. Kunci keberhasilan untuk dapat mencapainya adalah:

1.Pemilihan Komoditas Yang Tepat : Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih komoditas antara lain: (a) sayuran dengan nilai ekonomi tinggi, (b) berumur pendek (sekitar 1 bulan), (c) sayuran dengan perakaran yang pendek, biasanya sayuran berdaun misalnya kailan, spinach, sawi bakso, sawi sendok, dan bayam merah, bayam hijau . Namun dapat pula pada tanaman yang berumur panjang seperti tomat tetapi ditumpangsarikan dengan tanaman berumur pendek agar cepat menghasilkan.

2.Budidaya Secara Organik : Untuk meningkatkan nilai tambah budidaya sayuran pada bedengan persemaian di musim kemarau dapat dilakukan dengan mengganti budidaya sayuran secara konvensional dengan budidaya secara organik. Hal yang mendukung antara lain (a) sayuran yang dihasilkan merupakan produk pangan sehat dan aman, (b) budidayanya ramah lingkungan, (c) kemudahan terciptanya lingkungan yang sesuai untuk budidaya secara organik dengan menggunakan tempat persemaian, (d) sesuai untuk memenuhi volume kebutuhan sayuran organik yang biasanya jumlahnya sedikit dengan jenis sayuran yang beragam, dan pelaksanaannya dapat dikolaborasikan dengan petani lain atau tergabung dalam kelompok petani organik, (e) perawatannya lebih mudah dan dekat dengan tempat tinggal, (t) penggunaan input dari Iuar rendah dibandingkan dengan budidaya konvensional/non organik (Mutiarawati, 2006) seperti, pemupukan menggunakan urin ternak yang difermentasi bahkan ada yang tanpa memberi pupuk (seperti sayuran siomak), dan pengendalian OPT hanya dengan menggunakan bahan-bahan alami yang ada di sekitar, (g) harga lebih tinggi dibandingkan dengan sayuran non organik, dan (h) harga stabil sepanjang tahun. Harga beberapa jenis sayuran organik dibandingkan non organik disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Harga Jenis Sayuran Organik dan Non Organik Tingkat Petani

No

Jenis Komoditas Sayuran

Harga/Kg (Rp)

Organik

Non Organik

1

Sawi bakso

6.000

500-5.000

2

Sawi sendok

6.000

500-5.000

3

Seledri

10.000

750-7.000

4

Tomat cherry

25.000

25.000

5

Spinach

10.000

2.000-8.000

6

Bayam merah

8.000

4.000-6.000

7

Bayam hijau

8.000

4.000-6.000

8

Sawi pagoda

7.000

 

9

Sawi mini

7.000

 

10

Siomak

5.000

 

11

Kailan

12.000

 

 

 

 

Daftar Pustaka

 

Anwar Aswaldi, Sudarsono. dan Satriyas Ilyas. 2005. Perbenihan Sayuran di Indonesia: Kondisi Terkini dan Prospek Bisnis Benih Sayuran. Buletin Agronomi (33) (1) 38-47

Mutiarawati,Tino.2006. Kendala dan Peluang Dalam Produksi Pertanian Organik Di Indonesia. http://pustaka.unpad.ac.id

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Silahkan memberi komentar yang membangun EmoticonEmoticon