"Keuntungan yang didapat dari sistem tanam ganda antara lain meningkatkan pertumbuhan, hasil dan kualitas tanaman yang disebabkan persaingan antar spesies berkurang jika dibandingkan persaingan dalam spesies. Tanaman yang ditanam pada sistem tanam ganda saling melengkapi dalam penggunaan sumber daya, menekan pertumbuhan gulma, hama dan penyakit"
Dalam sistem budidaya yang berwawasan
lingkungan, adanya diversitas varietas atau spesies tanaman dalam suatu ruang
sangat penting dalam upaya memperoleh lebih banyak sinar matahari, air, nutrisi
dan energi. Kompetisi sumberdaya alam antara varietas atau spesies lebih
sedikit bila dibandingkan dengan hanya satu varietas atau spesies dan ini
memungkinkan untuk terjadinya peningkatan produksi. Menurut Sari et al
(2020) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa interaksi antara pola tanam dan varietas
jagung berpengaruh nyata terhadap suhu pertanaman jagung. Pola tanam monokultur
menyebabkan suhu di sekitar tanaman jagung lebih tinggi dibandingkan dengan
tumpangsari. Ketika memasuki umur 6 MST dan 8 MST, tanaman dengan pola
tumpangsari saling menaungi sehingga suhu pertanaman pada pola tumpangsari
dapat lebih rendah. Demikian pula dalam produktivitas jagung, pola tanam
tumpangsari berpengaruh nyata pada bobot kering biji jagung per ubinan dan
produktivitas, hal ini berkaitan dengan jarak tanam yang digunakan pada tiap
perlakuan pola tanam tumpangsari. Jarak tanam yang rapat mengakibatkan proses
penyerapan unsur hara menjadi kurang efesien, karena kondisi perakaran di dalam
tanah yang saling bertaut sehingga kompetisi antar tanaman dalam mendapatkan
unsur hara menjadi lebih besar.
row intercropping tanaman jagung |
Pertanian tumpangsari merupakan teknologi
tradisional yang penting dan menguntungkan bagi petani yang memiliki luas garapan
relative sempit, karena pertanaman tumpangsari berperan dalam menaikkan
efisiensi dan efektivitas penggunaan lahan, meningkatkan diversifikasi produk
tanaman, stabilitas hasil tanaman, waktu dan tenaga serta semua sumber
usahatani yang tersedia sepanjang tahun. Dengan demikian teknologi pertanian tumpangsari
menjadi lebih penting untuk mewujudkan ketahanan pangan, kemandirian pangan dan
kedaulatan pangan ( Maryana dan Priyanto, 2012).
Selain itu diversitas juga menghambat
pergerakan hama dan pathogen sehingga mengurangi infestasi hama dan penyakit. Selama
ini penggunaan pestisida khususnya yang bersifat sintesis berkembang luas
karena dianggap paling cepat dan ampuh mengatasi gangguan hama. Namun,
penggunaannya ternyata menimbulkan kerugian seperti resistensi hama, resurjensi
hama, terbunuhnya musuh alami dan masalah pencemaran lingkungan dan sangat berbahaya
bagi manusia. Menurut The CGIAR Systemwide Program on Integrated Pest
Management (2010) dalam Sidauruk (2012) penggunaan pestisida yang tidak
bijaksana ternyata juga menyebabkan tingginya kandungan pestisida pada produk
hortikultura tersebut sehingga ditolak oleh pasar ekspor karena dianggap tidak
sehat. Faktor utama yang mempengaruhi kesehatan tanaman adalah pemeliharaan
kesehatan agroekosistem dengan mengurangi penggunaan pestisida dan menciptakan
ekosistem yang sesuai bagi perkembangan predator, parasit, atau tanaman
antagonis terhadap serangga hama. Hal ini dapat dilakukan dengan rotasi
tanaman, pengaturan pola tanam, menanam tanaman perangkap, penggunaan mulsa, pheromone,
allemones dan penggunaan pestisida nabati.
Salah satu cara pengelolaan agroekosistem
adalah menciptakan keanekaragaman tanaman sehingga menciptakan ekosistem yang
lebih kompleks layaknya ekosistem alami. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan
pola tanam intercropping atau tumpang sari. Tumpang sari adalah suatu bentuk
pertanaman campuran (polyculture) yang melibatkan dua atau lebih jenis
tanaman pada suatu lahan/areal pertanaman pada waktu yang bersamaan atau hampir
bersamaan. Keanekaragaman tanaman dapat menurunkan populasi serangga herbivor,
semakin tinggi keragaman ekosistem dan semakin lama keragaman ini tidak
diganggu oleh manusia, semakin banyak pula interaksi internal yang dapat
dikembangkan untuk meningkatkan stabilitas serangga. Pertanian campuran, dalam
pendekatan ini, lebih dari satu jenis tanaman ditanam pada lahan yang sama. Hal
ini mengurangi hama serangga fitofag dengan mendorong peningkatan musuh alami
karena: (a) Distribusi temporal dan spasial yang lebih besar dari nektar dan
sumber tepung sari; (b) Meningkatkan penutupan tanah, sangat penting bagi musuh
diurnal; (c) Meningkatkan mangsa, menawarkan sumber makanan alternatif ketika
spesies hama yang langka atau pada waktu yang tepat dalam siklus hidup
predator. Hal ini juga mempengaruhi kemampuan hama untuk menemukan tanaman
inang dengan memberikan perlawanan asosiasional, oleh tanaman nonhost
melalui aroma senyawa volatile tanaman inang.
Pada tanaman jagung sistem pola tanam intercropping
(tumpangsari) varietas atau spesies dapat melalui :
1. Strip
Intercropping
Tumpangsari
sistem jalur (strip intercropping : menanam dua atau lebih jenis tanaman
dengan masing-masing jenis tanaman ditanam secara berjalur dan berselingan,
satu jalur terdiri dari satu jenis tanaman dalam beberapa baris, sehingga
masing-masing jenis tanaman membentuk kelompok yang lebih luas)
2. Row
Intercropping
Tumpangsari
sistem baris (row intercropping : menanam dua atau lebih jenis tanaman
secara serempak, dengan jarak tanam dan barisan yang teratur). Menurut
penelitian Indriani, Nyimas Popi, dkk (2017) pada tumpangsari sistem baris (row
intercropping), dengan penambahan kerapatan tanaman kacang tanah pada jarak
tanam tanaman jagung, ternyata tidak mengurangi kandungan kalsium dan fosfor
tanaman jagung yaitu berturut-turut dari tumpangsari sistem baris 2:1 (dua
baris tanaman jagung dan satu baris tanaman kacang tanah) menghasilkan
kandungan kalsium 0,47% dan fosfor 0,14%. Tumpangsari sistem baris 1:1 (satu
baris tanaman jagung dan satu baris tanaman kacang tanah) menghasilkan
kandungan kalsium 0,51% dan fosfor 0,14%. Selanjutnya tumpangsari sistem baris
1:2 (satu baris tanaman jagung dan dua baris tanaman kacang tanah) mengandung
kalsium 0,57% dan 0,15%. Selanjutnya pada tumpangsari sistem baris dengan
penambahan kerapatan tanaman kacang tanah pada jarak tanam tanaman jagung juga
tidak mengurangi kandungan kalsium dan fosfor tanaman kacang tanah yaitu mulai
dari tumpangsari sistem baris 2:1 menghasilkan kandungan kalsium 1,76% dan
fosfor 0,17%. dan pada tumpangsari sistem baris 1:1 menghasilkan kandungan
kalsium 1,45% dan fosfor 0,16%.
3. Relay
Intercropping
Tanam
sisip (relay intercropping : menanam dua atau lebih jenis tanaman dengan
salah satu jenis tanaman ditanam diantara tanaman terdahulu, pada saat tanaman
terdahulu berada dalam fase generatif yaitu berbunga atau mendekati waktu
panen).
desain polikultur |
Keuntungan yang didapat dari sistem tanam
ganda antara lain meningkatkan pertumbuhan, hasil dan kualitas tanaman yang
disebabkan persaingan antar spesies berkurang jika dibandingkan persaingan
dalam spesies. Tanaman yang ditanam pada sistem tanam ganda saling melengkapi
dalam penggunaan sumber daya, menekan pertumbuhan gulma, hama dan penyakit.
Keanekaragaman spesies tanaman dalam ekosistem pertanian dapat membatasi
penyebaran hama, penyakit dan gulma. Meningkatkan kesuburan tanah. Konsevasi
kesuburan tanah adalah bentuk rotasi yang dilakukan setiap musim. Bakteri rizobium
mampu memiliki hubungan simbiosis dengan leguminosa dan dapat memfiksasi
nitrogen diatmosfir menjadi nitrogen yang tersedia bagi tanaman leguminosa dan
non leguminosa serta ditambahkan ke tanah (Mousavi dan Eskandari, 2011).
Dengan intercropping varietas berarti
terdapat banyak varietas jagung dalam areal yang luas, sedangkan dengan intercropping
spesies, selain jagung terdapat komoditas lain seperti komoditas kacang
kacangan atau komoditas perkebunan. Pada lahan perkebunan, tanaman jagung bisa
di-intercropping misalnya dengan kelapa dalam atau dengan tanaman kakao
yang baru ditanam.
Daftar Pustaka
Indriani, Nyimas
Popi., dkk. 2017. Meningkatkan Produktivitas Tanaman Pakan Melalui Sistem Tanam
Ganda. Pastura. Volume 5 Nomor 2 94-97
Maryana., dan
Priyanto, Sugeng. 2012. Peran Pertanian Tumpangsari Untuk Mendukung
Kedaulatan Pangan. Seminar Nasional Pangan. UPN Veteran Yogyakarta
Mousavi, S. R., H.
Eskandari. 2011. A General overview on intercropping and its advantages in
sustainable Agriculture. J. Appl. Environ.biol.Sci. 1(11):482-486.
Sari, Siti Hapita.,
Munif Ghulamahdi, Willy Bayuardi Suwarno, dan Maya Melati. 2020. Kajian
Berbagai Pola Tanam terhadap Peningkatan Produktivitas Jagung dan Kedelai
dengan Berbagai Varietas Jagung. J. Agron. Indonesia, Desember 2020,
48(3):227-234
Sidauruk, Lamria.
2012. Polikultur Sebagai Strategi Pengelolaan Hama Pada Ekosistem Pertanian
Berkelanjutan. Majalah Ilmiah Methoda Volume 2, Nomor 2, Mei-Agustus 2012 :
1-13
Silahkan memberi komentar yang membangun EmoticonEmoticon