pengolahan pupuk organik |
1. Pupuk Organik
Menurut Razak et al. (2005)
penggunaan pupuk organik muncul terutama karena masalah pencemaran lingkungan
yang berpengaruh buruk terhadap produk pertanian. Aspek penting dari hal
tersebut adalah penggunaan popuk organik sebagai pengganti sehagian atau seluruh
pupuk kimia tanpa mengurangi tingkat produksi tanaman. Pupuk organik menurut
Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia (Permentan) No.
70/PERMENTAN/SR.14W10/2011 adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati,
kotoran hewan dan/atau bagian hewan dan/atau limbah organik lainnya yang telah
melaluÄ° proses rekayasa, berbentuk padal atau cair, dapat diperkaya dengan
bahan mineral dan/atau mikroba, yang bermanfaat untuk meningkatkan kandungan
hara dan bahan organik tanah serta memperbaiki sifat fısik, kimia dan biologi
tanah. Selain itu, menurut Suriadikarta dan Simanungkalit (2006) pupuk organik
juga sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun
kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan
secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapaı
meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan.
2. Pupuk Hayati
Dekomposisi bahan organik pada
kondisi tanah an-aerob seperti sawah berjalan lambat sehingga untuk mempercepat
dekomposisi bahan organik dapat digunakan atau diaplikasikan pupuk hayati.
Pupuk hayati, yang dapat berupa cairan atau padatan/serbuk, diaplikasikan pada
saat menjelang pindah tanam bibit (1 - 3 hari sebelum pindah tanam) dengan dosis
2 liter/ha/aplikasi
Menurut Peraturan Menteri Pertanian
Republik Indonesia (Permentan) Nomor 70/PERMENTAN/SR.140/10/2011 pupuk hayati
merupakan produk biologi aktif terdiri atas mikroba yang dapat meningkatkan
efisiensi pemupukan, kesuburan, dan kesehatan tanah. Formula pupuk hayati
adalah komposisi mikroba atau mikrofauna dan bahan pembawa penyusun pupuk
hayati. Menurut Vessey (2003) pupuk hayati mengandung mikroorganisme hidup,
yang ketika diaplikasikan kepada benih, pemukaan tanaman, atau tanah dapat
memacu pertumbuhan tanaman. Mikroba tanah sangat penting untuk membantu proses
mineralisasi bahan organik tanah dan membantu tanaman dalam penyerapan unsur
hara. Saraswati et al. (2004) menggolongkan fungsi mikroba secara umum menjadi
4 fungsi, yaitu: (1) meningkatkan ketersediaan unsur hara tanaman dalam tanah,
(2) sebagai perombak bahan organik dalam tanah dan mineralisasi unsur organik,
(3) bakteri rizosfir-endofitik berfungsi memacu pertumbuhan tanaman dengan membentuk
enzim dan melindungi akar dari mikroba patogenik, dan (4) sebagaÄ° agensÄ°a
hayati pengendali hama dan penyakÄ°t tanaman, Menurut Yasari et al. (2008),
mikroba yang digunakan sebagai pupuk hayati mampu memacu pertumbuhan tanaman,
menambat nitrogen, melarutkan fosfat dan sebagai agen hayati (biocontrol)
untuk menghambat serta mengendalikan penyakit tanaman. Mikroba tanah tersebut
diantaranya adalah Azotobacler, Azospirillıım, Rhizobium, Bacillus yang
dapat mengikat Nitrogen serta Pseudomonas yang dapat melarutkan fosfat
dan kalium (Fadiluddin 2009).
Daftar Pustaka
Fadiluddin N. 2009. Efektivitas formula pupuk hayati
dalam memacu serapan hara, produksi dan kualitas hasil jagung dan padi gogo di
lapang (tesis). Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Razak N, Arafah, Sirappa
MP. 2005. Kajian Penggunaan Pupuk Organik Dengan Berbagai Dosis Pupuk
Anorganik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Padi Varietas Gilirang di Lahan Sawah
Irigasi. J Agrivigor. 5(1): 46-54.
Saraswati, R., T.
Prihatini, dan R.D. Hastuti.2004. Teknologi Pupuk Mikroba Untuk Meningkatkan
Efisiensi Pemupukan dan Keberlanjutan Sistem Produksi Padi Sawah. P.
169-189.
Suriadikarta, Didi
Ardi., Simanungkalit, R.D.M. (2006).Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Jawa
Barat: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
Hal 2. ISBN 978-979- 9474-57-5.
Vessey, J.K. (2003) Plant Growth Promoting Rhizobacteria as
Biofertilizers. Plant and Soil, 255, 571-586.
Yasari E, Azadgoleh AME, Pirdashti H, Mozafari S. 2008. Azotobacter
and Azopirillum Inoculants as Biofertilizers in Canoa (Brassicanapus L.)
Cultivation. Asian J of Plant Sci. 7(5)): 490-494
Silahkan memberi komentar yang membangun EmoticonEmoticon