tanaman Jagung |
Penyakit yang banyak menginfestasi tanaman jagung adalah
penyakit bulai (Peronosclerospora spp), penyakit bercak daun (Bipolaris
maydis) penyakit hawar daun (Helminthosporium turcicum), dan
penyakit karat (Puccinia polysora).
1. Penyakit
Bulai
Penyakit bulai disebabkan
oleh cendawan Peronosclerospora maydis dan Peronosclerospora philippinensis. Selain itu terdapat juga spesies Peronosclerosporasorghii,
namun hanya terbatas di dataran tinggi Brastagi, Sumatera Utara dan Batu,
Malang Jawa Timur. Gejala tanaman jagung terserang cendawan ini terutama
terlihat pada tanaman muda yaitu adanya tepung putih pada pangkal daun dan
tepung ini hilang sejalan dengan hilangnya embun. Selain itu daun berwarna
putih sampai kekuningan diikuti dengan garis garis klorotik. Infeksi cendawan
pada tanaman muda dapat menghambat pembentukan tongkol, sedangkan pada tanaman
yang lebih tua, hanya menghambat pertumbuhan, tongkol masih bisa terbentuk.
Penyakit ini dapat dikendalikan dengan menggunakan varietas tahan seperti
Bima-3, Bima-8, Bima-9, Bima-14 batara, Bima-16, Bima-17, Bima-18, dan Bima-20-URl,
perlakuan benih dengan cendawan Trichoderma sp., penanaman serentak, dan
sanitasi tanaman terserang,
2. Penyakit
Bercak daun
Penyakit bercak daun
disebabkan oleh cendawan Bipolaris maydis ras O dan ras T. Gejala khas
serangan cendawan ini dapal dilihal pada daun yaitu berupa bercak berbentuk
kumparan yang awalnya berwarna hijau kekuningan atau klorotik, kemudian berubah
menjadi coklat kemarehan. Ras T lebih virulen dari pada ras O sehingga
memberikan ukuran bercak yang lebih beÅŸar dan bila menyerang bibit menyebabkan
kelayuan dan kematian dalam waktu 3-4 minggu setelah tanam, Selain daun, ras T
juga menyerang pelepah, batang, tangkai kelobot, biji, dan tongkol. Bila menginfeksi
tongkol secara dini, ras T ini nıenyebabkan biji rusak dan busuk dan bahkan
tongkol dapat gugur. Permukaan biji yang terinfeksi ditutupi miselium berwarna
abu-abu sampai hitam sehingga dapat menurunkan kuantitas dan kualitasnya,
Cendawan bisa bertahan lama pada sisa-sisa tanaman di lapang. Penyakit ini bisa
dikendalikan dengan penggunaan varietas resisten seperti Anoman-l, Bima-4,
Bima-10, Binna-12Q, Bima-13Q, Bima- 16, Bima-17, Bima-18, dan Bima-20-URl,
mengkomposkan tanaman yang terinfeksi untuk mengurangi sumber inokulum, dan
menggunakan fungisida berbahan aktif mancozeb dan carbendazim
bila serangan relative berat.
3. Penyakit
Hawar Daun
Penyakit hawar daun
disebabkan oleh cendawan Helminthosporium turcicum. Gejala awal infeksi
cendawan terlihat pada daun berupa bercak kecil berbentuk oval, kemudian
memanjang menjadi ellip dan berkembang menjadi nekrotik dan gejala ini berkembang
dengan cepat, maka disebut hawar. Hawar ini memiliki panjang 2,5 cm sampai
dengan 15,0 cm, muncul mulai dari daun yang paling bawah dan berkembang ke daun
di atasnya. Cendawan tidak menginfeksi tongkol, namun bisa bertahan pada sisa
tanaman di lapang. Penyakit dapat dikendalikan dengan menggunakan varietas
tahan seperti Bima19-URI, Bima-20-URl, dan Bima-Putih-I, mengkomposkan sisa-sisa
tanaman untuk mengurangi sumber inokulum, dan menggunakan fungisida dengan
bahan aktif mankozeb dan dithiocarbamate bila infestasinya
dianggap sangat merugikan.
4. Penyakit
Karat
Penyakit karat disebabkan oleh cendawan Puccinia polysora, Gejala serangan cendawan ini dapat terlihat pada daun baik di permukaan bawah maupun di permukaan atas berupa bercak-bercak atau pustul kecil berbenluk oval. Pustul ini merupakan kantung spora dimana spora ini bisa disebarkan oleh angin unluk menginfeksi tanaman lain. Penyakit ini dapat dikendalikan dengan menggunakan tanaman resisten seperti Bima-10, Bima-11 , Bima-16, Bima-17 Bima-18, Bima-19-URl, dan Bima-20-URl dan menggunakan fungisida berbahan aktif benomyl.
Silahkan memberi komentar yang membangun EmoticonEmoticon