kedelai |
Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian
dalam pemeliharaan tanaman Kedelai adalah sebagai berikut :
1.
Penjarangan dan Penyulaman
Kedelai
mulai tumbuh kira-kira umur 5-6 hari. Dalam kenyataannya tidak semua biji yang
ditanam dapat tumbuh dengan baik, sehingga akan terlihat tidak seragam. Untuk
menjaga agar produksi tetap baik, benih kedelai yang tidak tumbuh sebaiknya
segera di ganti dengan biji-biji yang baru yang telah dicampur legin atau
nitrogen. Hal ini perlu dilakukan apabila jumlah benih yang tidak tumbuh
mencapai lebih dari 10 %. Waktu penyulaman yang baik adalah pada sore hari.
Penjarangan
dilakukan dengan menyisakan 2 rumpun dalam 1 lubang tanam, bibit kedelai
dipilih yang memiliki pertumbuhan bagus. Penjarangan dilakukan dengan
mematahkan tanaman yang akan dibuang, tidak dilakukan pencabutan untuk
menghindari kerusakan tanaman yang dipilih untuk dipelihara.
2.
Penyiangan
Menurut
Moenandir (1993) penyiangan merupakan cara pengendalian gulma yang sangat
praktis, aman, efisien, dan murah jika diterapkan pada suatu area yang tidak
luas dan di daerah yang cukup banyak tenaga kerja. Pemilihan waktu penyiangan
yang tepat dapat mengurangi jumlah gulma yang tumbuh serta dapat mempersingkat
masa persaingan. Kehadiran gulma di sepanjang siklus hidup tanaman budidaya
tidak selalu berpengaruh negatif. Terdapat suatu periode ketika gulma harus
dikendalikan dan terdapat periode ketika gulma juga dibiarkan tumbuh karena
tidak mengganggu tanaman.
Dari
hasil penelitian yang dilakukan oleh Puspita, dkk (2017) komposisi gulma pada
pertanaman kedelai Grobogan dan kedelai argomulyo mengalami perubahan komposisi
dibandingkan dengan sebelum dilakukan penanaman. Sebelum dilakukan pengolahan
lahan, gulma yang dominan di lahan tersebut yaitu gulma berdaun lebar. Setelah
dilakukan penanaman kedelai, gulma yang dominan di lahan pertanaman kedelai
Grobogan dan kedelai argomulyo yaitu gulma tekian. Lebih lanjut dari hasil
penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa tanaman yang disiangi selama masa
awal pertumbuhan akan memiliki pertumbuhan tinggi tanaman yang lebih baik
dibandingkan dengan tanaman kedelai yang tidak disiangi. Hal ini disebabkan
antara gulma dan tanaman kedelai terjadi persaingan dalam memperoleh unsur
hara, air, dan faktor tumbuh lainnya
Penyiangan
ke 1 pada tanaman kedelai dilakukan pada umur 2-3 minggu. Penyiangan ke 2
dilakukan pada saat tanaman selesai berbunga, sekitar 6 minggu setelah tanam.
Penyiangan ke 2 ini dilakukan bersamaan dengan pemupukan ke 2 (pemupukan
lanjutan). Penyiangan dapat dilakukan dengan cara mengikis gulma yang tumbuh
dengan tangan atau kuret. Apabila lahannya luas, dapat juga menggunakan
herbisida. Sebaiknya digunakan herbisida seperti lasso untuk gulma berdaun
sempit dengan dosis 4 liter /ha.
Hasil
penelitian Latifa, dkk (2015) menunjukkan bahwa, pengolahan tanah tidak
berinteraksi dengan metode pengendalian gulma, tanpa olah tanah maupun olah tanah
sempurna tidak mempengaruhi bobot kering gulma, pertumbuhan tanaman kedelai
maupun hasil tanaman kedelai. Budidaya tanaman kedelai dapat disimpulkan tidak
memerlukan pengolahan tanah sempurna. Bobot kering gulma, pertumbuhan tanaman
kedelai maupun hasil tanaman kedelai lebih dipengaruhi oleh teknik pengendalian
gulma. penyiangan 15+30+45+60 hst adalah perlakuan terbaik dalam pengendalian
gulma, yaitu mampu menekan berat kering gulma yaitu sebesar 64.96-88.47%.
Perlakuan Herbisida Pra tumbuh Metribuzin 2 l ha-1 dan penyiangan 30 hst adalah
perlakuan terbaik dalam meningkatkan komponen pertumbuhan tanaman dan produksi,
yaitu mampu meningkatkan luas daun 30% - 45%, berat kering tanaman 55% dan
hasil tanaman sebesar 47,29%. Pengendalian gulma dengan mengkombinasikan metode
mekanik (penyiangan) dan kimiawi (herbisida) lebih dianjurkan dalam usaha
menurunkan populasi gulma guna meningkatkan produktifitas dalam budidaya
tanaman kedelai selain perlakuan bebas gulma.
3.
Pembumbunan
Pembumbunan
dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam agar tidak merusak perakaran
tanaman. Luka pada akar akan menjadi tempat penyakit yang berbahaya. Pembumbunan
dengan menaikkan tanah disekitar batang tanaman kedelai bertujuan untuk memperkokoh
tanaman sehingga tanaman kedelai tidak mudah rebah dan memperkuat pperakaran
tanaman.
4.
Pemupukan
Dosis
pupuk yang digunakan sangat tergantung pada jenis lahan dan kondisi tanah. Pada
tanah subur atau tanah bekas ditanami padi dengan dosis pupuk tinggi, pemupukan
tidak diperlukan. Pada tanah yang kurang subur, pemupukan dapat menaikkan
hasil. Cara pemupukan dapat dengan cara (1) ditugal dengan jarak 7-10 cm dari
pangkal batang, (2) disebar di sepanjang larikan, atau (3) dengan
pengocoran/dilarutkan. Dosis pupuk
secara tepat adalah sebagai berikut :
a. Sawah
kondisi tanah subur = pupuk Urea 50 Kg/ha
b. Sawah
kondisi tanah subur sedang = pupuk Urea 50 Kg/Ha, TSP 75 Kg/Ha, dan KCL
100Kg/Ha,
c. Sawah
kondisi tanah subur rendah = Pupuk Urea 100 Kg/Ha, TSP 75 Kg/Ha, dan KCL 100
Kg/Ha,
d. Lahan
kering kondisi tanah kurang subur = Pupuk Kandang 2.000-5.000 Kg/Ha, Urea
50-100 Kg/Ha, TSP 50-75 Kg/Ha, dan KCL 50-75 Kg/Ha.
Sedangkan
rekomendasi pemupukan dari hasil penelitian Purnamasari dan Munawwarah (2016)
menunjukkan bahwa pengaruh dosis pemupukan memberikan pengaruh yang nyata pada
tiga varietas kedelai (Burangrang, Grobogan, dan Anjasmoro), dengan rekomendasi
dosis pemupukan, yaitu 75 kg Urea/ha; 100 kg SP-36/ha; 50 kg KCl/ha ditambah
2.000 kg dolomit. Terdapat peningkatan produktivitas kedelai sebesar 50%
dibanding rata-rata produktivitas di tingkat petani dengan rasio B/C 2,45
5.
Pengairan dan Penyiraman
Pada
awal pertumbuhan (15-21 Hst), saat berbunga (25-35 Hst), dan saat pengisian
polong (55-70 Hst) tanaman kedelai sangat peka terhadap kekurangan air. Pada
fase tersebut tanaman harus dialiri apabila tidak turun hujan. Pada saat
pemberian air, untuk mempercepat peresapan air keseluruh bagian sawah, maka
sebagian saluran air ditutup. Kedelai menghendaki kondisi tanah yang lelmab
tetapi tidak becek. Kondisi seperti ini dibutuhkan sejak benih ditanam hingga
pengisian polong. Saat menjelang panen, tanah sebaiknya dalam keadaan kering.
Kekurangan air pada masa pertumbuhan menyebabkan tanaman kerdil, bahkan dapat
menyebabkan kematian apabila kekeraingan telah melalui batas toleransinya.
Kekeringan pada masa pembungaan dan pengisian polong dapat menyebabkan
kegagalan panen.
Di
lahan sawah irigasi pemberian air di sawah bisa diatur. Namun bila tidak ada
irigasi, penyediaan air hanya dapat dilakukan dengan mengatur waktu tanamnya
dan pemberian mulsa. Mulsa berupa jerami padi atau potongan-potongan tanaman
lainnya yang dihamparkan pada permukaan tanah. Mulsa ini akan mencegah
penguapan air secara berlebihan. Apabila ada irigasi tidak ada hujan selama lebih
dari 7 hari, tanah harus dialiri. Caranya tanaman digenangi air selama 30-60
menit. Pengairan seperti ini diulangi setiap 7-10 hari. Pengairan tidak
dilakukan lagi apabila polong telah terisi penuh. Pada tanah yang keras
(drainase buruk) kelebihan air akan menyebabkan akar membusuk. Di tanah
berdrainase buruk harus dibuat saluran drainase di setiap 3-4 meter lahan
memanjang sejajar dengan barisan tanaman. Hal ini terutama dilakukan pada saat
musim penghujan.
Dari
hasil penelitian yang dilakukan oleh Sarawa Dan Mattola (2014) penyiraman
dengan interval 2 hari memberikan pertumbuhan tanaman kedelai yang lebih baik
dibandingkan dengan penyiraman dengan interval 4, 6, dan 8 hari dan pemberian
pupuk kandang 20 ton ha-1 memberikan pengaruh yang lebih tinggi terhadap
pertumbuhan tanaman kedelai. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan apa yang
telah di teliti oleh Suhartono, dkk (2008) yang menyatakan bahwa interval
pemberian air dua hari sekali pada tanah grumusol menujukkan hasil tertinggi
pada parameter tinggi tanaman, berat basah tanaman, berat kering tanaman, berat
basah polong, berat kering polong dan jumlah polong pertanaman kedelai. Tetapi pada
parameter jumlah daun terjadi pada interval pemberian air 1 liter/hari pada
tanah grumosol.
6.
Pemeliharaan Lain
Kedelai
termasuk tanaman yang membutuhkan banyak sinar matahari, maka tidak membutuhkan
tanaman pelindung. Tanaman kedelai yang terlindungi akan selalu muda sehingga
proses pembentukan buah kurang baik, dan hasilnya akan sedikit, bahkan tidak
berbuah sama sekali. Tanaman kedelai akan rusak bila tertimpa cabang-cabang
kering tanaman pelindung yang jatuh.
Daftar
Pustaka
Latifa,
Rio Yanuar., Moch. Dawam Maghfoer dan Eko Widaryanto. 2015. Pengaruh
Pengendalian Gulma Terhadap Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Pada
Sistem Olah Tanah. Jurnal Produksi Tanaman, Volume 3, Nomor 4. 311 - 320
Moenandir,
J. 1993. Pengantar ilmu dan pengendalian gulma. PT. Rajawali Press, Jakarta.
Purnamasari
,Muryani dan Munawwarah, Tarbiyatul. 2016. Pengaruh Pemupukan Terhadap
Peningkatan Produksi Kedelai Di Kabupaten Kutai Kartanegara. Prosiding
Seminar Nasional Hasil-Hasil PPM IPB 2016. Hal : 54–61
Puspita,
Kurnia Dyah., Dyah Weny Respatie2, dan Prapto Yudono. 2017. Pengaruh Waktu
Penyiangan Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Dua Kultivar Kedelai (Glycine max
(L.) Merr.). Vegetalika. 2017. 6(3): 24-36
Sarawa,
Makmur Jaya Arma, Dan Mattola, Maski. 2014. Pertumbuhan Tanaman Kedelai
(Glycine max L. Merr) Pada Berbagai Interval Penyiraman Dan Takaran
Pupuk Kandang. Jurnal Agroteknos Vol. 4 No.2 Hal 78-86
Suhartono.
R. A., Sidqi Zaed ZM., dan Ach. Khoiruddin. 2008. Pengaruh Interval
Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glicine Max (L) Merril)
Pada Berbagai Jenis Tanah. Embryo Vol 5 No 1 Hal. 98-112
Silahkan memberi komentar yang membangun EmoticonEmoticon