bulir gabah rontok karena serangan burung emprit, pola tanam padi padi padi |
Lahan kering dalam keadaan
alamiah memiliki kondisi antara lain peka terhadap erosi, terutama bila keadaan
tanahnya miring atau tidak tertutup vegetasi, tingkat kesuburannya rendah, air
merupakan faktor pembatas dan biasanya tergantung dari curah hujan serta
lapisan olah dan lapisan bawahnya memiliki kelembaban yang amat rendah.
Merosotnya produktivitas lahan pada tanah datar
dapat pula terjadi karena hilangnya unsur hara lewat pencucian dan aliran
permukaan. Di daerah Irian Jaya yang penduduknya masih menggunakan sistem
ladang berpindah dengan mempergunakan lahan yang berlereng curam masih ada
kegiatan-kegiatan usahatani pangan semusim dimana para petani tidak atau belum
memperhatikan konservasi lahan.
Kerusakan tanah tersebut pada umumnya terjadi
karena tindakan manusia sendiri yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah
konservasi tanah dan air dalam mengelola usahataninya yang merupakan kemunduran
dalam penggunaan sumber daya alam. Hingga mengakibatkan kerugian dengan banyak
bencana misalnya banjir, kekeringan, erosi dan lain-lain.
Tujuan usaha konservasi:
a.
Mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan aliran permukaan.
b. Memperbaiki tanah yang rusak/kritis
c. Mengamankan dan memelihara
produktivitas tanah agar tercapainya produksi setinggi-tingginya dalam waktu
yang tidak terbatas
d. Meningkatkan produktivitas lahan
usahatani
Usaha konservasi lahan ini biasanya dilakukan
salah satunya dengan kultur teknis atau vegetasi yaitu dengan sistem tanam
bergilir dan sistem tumpang gilir. Pergiliran atau rotasi
tanaman mempunyai fungsi ganda, pertama
sebagai cara memutus siklus hama dan penyakit dan kedua menjaga keseimbangan
hara di dalam tanah. Jenis tanaman yang sama apabila ditanam secara terus
menerus akan menguras hara tertentu dari dalam tanah. Adanya pergiliran tanaman
akan mendaur kembali hara yang hilang dengan sumber hara yang baru. Tanaman
yang baik untuk pola pergiliran adalah jenis
kacang-kacangan/legum yang mempunyai kemampuan mandiri mencukupi kebutuhan N
dari hasil fiksasi N udara. Biomasa yang dikembalikan ke dalam tanah akan
menyuburkan tanah. (Setyorini, 2007).
Pergiliran tanaman (crop
rotation) adalah sistem bercocok tanam dimana sebidang lahan ditanami
dengan beberapa jenis tanaman secara bergantian. Tujuan utama dari sistem ini
adalah untuk memutuskan siklus hama dan penyakit tanaman dan untuk meragamkan
hasil tanaman. Pergantian tanaman ada yang dilakukan secara intensif dimana
setelah panen tanaman pertama kemudian langsung ditanami tanaman kedua dan ada
pula yang dibatasi periode bera.<4 baik="" bulan="" ini.="" menerapkan="" sangat="" sistem="" span="" untuk="">4>
Penggunaan sistem pergiliran
tanaman intensif secara berurutan, antara tanaman pertama yang disusul tanaman
kedua dan seterusnya mampu menekan erosi secara nyata dibandingkan lahan yang
hanya diolah tanpa ditanami. Pengaruh nyata tersebut dihasilkan dari fungsi
tanaman sebagai pengikat tanah serta penambahan bahan organik
Penggunaan sistem ini
disarankan untuk tetap menggunakan pupuk dan teknik konservasi tanah, sehingga
hasil tanaman dapat maksimal dan lahan yang dipergunakan dapat terjaga
produktivitasnya. Dari segi konservasi tanah, pergiliran tanaman memberikan
peluang untuk mempertahankan penutupan tanah, karena tanaman kedua ditanam
setelah tanaman pertama dipanen. Demikian seterusnya, sehingga sepanjang tahun intensitas
penutupan tanah senantiasa dipertahankan. Kondisi ini akan mengurangi risiko
tanah tererosi akibat terpaan butir-butir air hujan dan aliran permukaan.
Penggabungan antara sistem
tanam bergilir dengan tumpang gulir akan lebih baik dibandingkan dengan
mengandalakan satu sistem pertanian saja. Tumpang gilir (relay cropping)
adalah cara bercocok tanam dimana satu bidang lahan ditanami dengan dua atau
lebih jenis tanaman dengan pengaturan waktu panen dan tanam. Pada sistem ini,
tanaman kedua ditanam menjelang panen tanaman musim pertama. Contohnya adalah
tumpang gilir antara tanaman jagung yang ditanam pada awal musim hujan dan
kacang tanah yang ditanam beberapa minggu sebelum panen jagung. Sistem ini
diterapkan untuk mempertinggi intensitas penggunaan lahan.
Penanaman tanaman kedua sebelum tanaman pertama dipanen dimaksudkan untuk
mempercepat penanamannya dan masih mendapatkan air hujan yang cukup untuk
pertumbuhan dan produksinya. Tanaman pertama tidak terlalu terpengaruh akibat
kompetisi tanaman kedua karena tanaman pertama telah melewati fase pertumbuhan
vegetatifnya.
Begitu pula dengan tanaman
kedua yang mendapatkan air dan hara yang cukup sehingga dapat memaksimalkan
pertumbuhan vegetatifnya. Dari segi konservasi, penutupan tanah yang rapat pada
tumpang gilir mempunyai pengaruh yang cukup baik dalam menahan erosi.
Penerapan teknik ini perlu
diiringi dengan penerapan teknik konservasi tanah yang lain seperti penambahan
bahan organik, penutup tanah dan jika perlu diterapkan tindakan sipil teknis. Penambahan sisa
tanaman yang dijadikan mulsa akan mengoptimalkan kemampuan tanah dalam menahan
erosi selain menyediakan kebutuhan tanaman akan hara. Pola tanam yang
diintroduksikan harus mampu meningkatkan efektivitas penggunaan lahan dan
penggunaan air melalui pertimbangan biofisik lahan dan sosial ekonomi suatu
wilayah. Perbedaan pola tanam menghasilkan komoditas serta intensitas
pertanaman yang berbeda. Pola tanam juga diharapkan dapat meningkatkan
efisiensi penggunaan hara terutama jika pola tanam yang diintroduksi mencakup
tanaman-tanaman dengan kedalaman perakaran yang berbeda.
Silahkan memberi komentar yang membangun EmoticonEmoticon