candi cetho |
Candi
Cetho berada di Dsn.Ceto Ds. Gumeng Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar.
Candi ini berada pada ketinggian 1496 Mdpl di sebelah barat lereng gunung Lawu.
Untuk mencapai lokasi ini anda membutuhkan kendaraan yang prima karena
mendannya menanjak dan berliku-liku dengan rata-rata kemiringan 45o-60o.
perlu di cek pula rem kendaraannya, jika mobil hand rem harus benar-benar
berfungsi dengan baik karena sering berpapasan dengan kendaraan lain dan
jalannya cukup sempit. Sepeda motor dengan cc kecil terutama matic yang
dipergunakan untuk berboncengan sering tidak kuat untuk naik sampai ke parkiran
atas. Sehingga harus ada yang turun dan berjalan kaki menuju lokasi
parkir/loket. Ada beberapa lokasi parkiran, tetapi yang paling enak adalah
parkir paling atas dekat loket, karena jika parkir di bawah jalannya menanjak
membuat capek berjalan. Tiket masuk lokasi ini Rp.7.000 untuk turis lokal dan
Rp. 25.000 untuk turis mancanegara dengan jam buka untuk pengunjung pukul
07.00-17.00WIB.
patung di lantai pertama |
Saya
sendiri sudah ke lokasi candi ini dua kali yaitu pada tahun 2010 dan 2017
selain karena suasana lokasinya yang sejuk dan tenang, lokasi candi juga dekat
dengan kebun teh kemuning, sehingga bisa menghilangkan kepenatan dan kejenuhan
karena pekerjaan. Jika anda pernah ke candi sukuh maka untuk menuju lokasi
candi cetha anda cukup ke arah timur laut dengan jarak sekitar 10 Km. luas
keseluruhan candi cetha adalah 5700m2 dengan panjang 190m dan lebar
30m. Menurut penelitian fungsi utama dari candi cetha adalah tempat untuk
membebaskan orang dari kutukan karena melakukan kesalahan-kesalahan. Proses
pembebasan dari hal-hal negatif dalam masyarakat Jawa disebut meruwat (ruwat),
jika sudah di ruwat di candi ini maka orang akan menjadi suci seperti
dilahirkan kembali
parkiran atas dekat loket |
Tata
tertib yang perlu diperhatikan ketika berkunjung ke lokasi candi ini antara
lain : wajib mengenakan kain kampuh, wanita haid sebaiknya tidak memasuki area
candi, ikut menjaga kebersihan dan keamanan lingkungan situs, ikut menjaga
etika, sopan dan santun di lingkungan situs. Candi ini masih aktif sebagai tempat ibadah
bagi umat beragama Hindu, sehingga untuk menghormati dan menjaga kesucian
tempat ibadah tersebut kita wajib untuk menaati tata tertib yang telah di buat.
Sebelum memasuki candi semua turis akan dipakaikan kain kampuh, kain ini
berbentuk kotak-kotak dengan warna hitam dan putih yang dengan maksud untuk
menjaga kesucian candi, pada waktu mengisi buku tamu anda akan diminta
sumbangan dana seikhlasnya untuk perawatan kain kampuh ini dan setelah selesai
mengunjungi candi kain akan diminta lagi. Pada kunjungan wisata saya yang
pertama kali tahun 2010 ketika memasuki candi masih belum di haruskan
menggunakan kain kampuh seperti sekarang. Menariknya dari pemakaian kain kampuh
ini adalah suasana religius dan pesona wisata yang semakin terasa karena semua
wisatawan menjadi seragam tidak terkecuali anak-anak.
pemakain kain kampuh |
Bangunan
candi ini dibagi menjadi teras-teras. Data pada tahun 1928 menyebutkan candi
Cetho memiliki 13 teras, terendah ada di barat dan tertinggi berada di timur,
ruang paling suci ada pada bagian belakang atau pada tingkat paling tinggi.
Karena pemugaran yang tidak sesuai dengan metode pemugaran pada tahun 1978
menyebabkan bangunan candi sekarang hanya tinggal 9 teras. Pada kondisi asli
hampir setiap teras memiliki arca dan bangunan-bangunan terbuka seperti pendopo
dengan kerangka kayu. Sekarang arca-arca tidak ada pada tempatnya,
bangunan-bangunan dengan kerangka kayu dan bangunan yang ada sekarang adalah
hasil pemugaran tahun 1975-1976 dengan dasar pemikiran bukan dari kondisi asli.
Jika anda memasuki teras-teras candi maka anda akan menemukan bagian pondasi
atau dalam bahasa jawa disebut “Ompak”
sebagai tempat untuk mendirikan tiang kayu utama, dan bagian ini malah
diletakkan di tembok halaman atau tidak pada tempat aslinya berada. Ada juga
beberapa gundukan tanah yang diatasnya ada pemberitahuan bahwa pengunjung tidak
boleh menaikinya karena masih ada struktur bangunan candi yang belum dipugar,
mungkin struktur tersebut merupakan pintu gerbang menuju teras selanjutnya.
simbol phalus dan vagina di lantai 7 |
Candi
Cetho memiliki corak agama hindu terlihat dari arca cerita Samudramanthana dan
Garudeya pada teras ke 7 yang merupakan cerita mitos agama hindu.
“ Cerita Samudramanthana ini menceritakan
taruhan antara kedua istri Kasyapa uaitu Kadru dan Winata pada pengadukan
lautan susu untuk mencari air amarta atau air kehidupan. Gunung Mandara dipakai
sebagai pengaduknya. Dewa wisnu berubah menjadi seekor kura-kura dan menopang
Gunung Mandara. Kadru menebak bahwa ekor kuda yang membawa air amarta yang akan
keluar dari lautan susu berwarna hitam, sedangkan Winata menebak ekor kuda itu
berwarna putih. Ternyata ekor kuda yang membawa air amarta berwarna putih.
Tetapi anak-anak Kadru yang berwujud ular menyemburkan bisanya sehingga warna
ekornya berubah menjadi hitam. Walaupun bertindak curang Kadru menang dalam
taruhan. Kemudian Winata dijadikan budak oleh Kadru.”
“ Cerita Garudeya mengisahkan tentang
pembebasan Winata oleh anaknya, Garudeya. Ia menemui para ular meminta ibunya
dibebaskan dari budak Kadru. Mereka setuju asal Garudeya pergi ketempat
penyimpanan air amarta yang dijaga para dewa dan air tersebut diserahkan kepada
para ular. Akhirnya Winata berhasil dibebaskan dari perbudakan Kadru.”
Cerita
Samudramanthana dan Garudeya menjelaskan fungsi dari candi Cetho adalah untuk
ruwat (membebaskan dari hal-hal negatif) seperti pada cerita Samudramanthana
yang mengibaratkan seseorang membuat kesalahan atau dosa kemudian Garudeya
sebagai pembebas (melakukan peruwatan) sehingga menjadi suci atau terlihat
seperti terlahir kembali.
Pada
dinding gapura teras ke 7 juga terdapat prasasti dengan huruf jawa kuno yang
berbunyi : “ Pelling padamel irikang buku
tirtasurya hawakira ya hilang saka kalanya wiku gon anaut iku 1397 ”, yang
dapat ditafsirkan peringatan pendirian tempat periwatan atau tempat untuk
membeaskan dari kutukan dan didirikan tahun 1397 Saka (1475 M). Pendiriannya
berada pada masa majapahit akhir 1416 M-1459 M, ada bentuk relief matahari
seperti pada lambang kerajaan majapahit pada teras ke 7. Lambang kerajaan ini
juga pernah saya temukan pada saat saya ke museum masjid agung Demak yang
menjelaskan hubungan kedua kerajaan tersebut.
Di
teras ke 7 juga terdapat simbol penggambaran phallus (kelamin laki-laki) dan
vagina (kelamin wanita) dan dapat ditafsirkan sebagai lambang penciptaan atau
dalam hal ini adalah kelahiran kembali setelah dibebaskan dari kutukan. Phallus
terdiri dari susunan batu sepanjang 2meter terletak didepan kura-kura besar,
diantara kura-kura dan phallus terdapat bentuk bulat berhiaskan sinar matahari
(lambang kerajaan majapahit). Ujung phallus sebelah barat diberi hiasan tiga
bola (lingkaran). Penggambaran phallus dan vagina pada candi Cetho hampir sama
dengan yang berada di candi sukuh, perbedaaannya pada candi sukuh
penggambarannya dibuat dari satu batu utuh dalam posisi berdiri sedangkan candi
Cetho terbuat dari beberapa buah batu yang disusun mendatar.
arca berbentuk manusia dan penjaga pintu |
Yang
menarik dari candi Cetho dibandingkan dengan candi-candi yang lain adalah :
Prasasti tidak menjunjung dewa tertentu (ditemukannya arca-arca yang berwujud
manusia belum dapat diidentifikasi satu persatu. Namun secara umum tidak
menunjukkan ciri-ciri dewa-dewa tertentu), dan bahasa yang digunakan sederhana/
tidak mengikuti kaidah baku bahasa jawa kuno.
bangunan candi utama yang sudah muali rusak |
Ketika
sampai di teras paling atas terlihat ada bagian bangunan candi yang mengalami
kerusakan yang harusnya sudah mulai di pugar kembali, untuk bagian atas candi
tidak dapat dimasuki karena posisinya terkunci. Aroma dupa sangat terasa di
tempat ini yang menambah suasana religius.
jalan menuju ruang di candi utama |
Kita
wajib bangga sebagai warga Indonesia yang memiliki kebudayaan yang sangat luar
biasa, nenek moyang kita mampu membangun tempat beribadah yang mungkin kalau
pada masa sekarang serasa mustahil dilakukan. Bila dilihat dari struktur penyusunnya
yang berupa batu-batu yang ukurannya sangat besar, padahal pada jaman dulu
belum ada alat trasportasi modern dan jalan masih berupa tanah atau batu yang
ditata, serta lokasi candi yang berada di tempat sangat tinggi. Ada beberapa
tanaman yang ada di relief di candi Cetho antara lain kelapa dan nangka. Dan
memang untuk membangun suatu candi sebagai tempat sakral membutuhkan
persyaratan khusus antara lain harus berada di daerah yang subur. Lokasi tanah
di candi Cetho merupakan tanah vulkanis dari gunung Lawu yang mana banyak
tanaman tumbuh disana dan tanahnya sangat subur.
Sekitar
300 meter dari candi Cetho terdapat candi Kethek, jika di artikan dalam bahasa
Indonesia adalah Kera/monyet. Penduduk memberi nama candi Kethek karena
seringnya dijumpai hewan Kera di candi tersebut. Saya tidak sempat ke candi
Kethek karena sudah terlalu sore dan sudah ditunggu oleh teman-teman yang lain
yang ikut berwisata.
penjual makanan dan sayur di pintu keluar |
Pada
pintu keluar candi Cetho anda akan menemukan banyak sekali penjual makanan,
minuman, snak, dan sayuran dan lokasinya sangat tertata serta bersih. Jika
melihat daftar harga makanannya sangat standar (murah) tetapi untuk harga
minuman dan snack nya sangat mahal buat saya, sehingga saya sarankan untuk anda
yang ingin ke candi Cetho untuk membawa minuman (air mineral) sendiri dan
makanan ringan. Dipersiapkan terlebih dahulu dari rumah. Tetapi kurang nyaman
juga dirasakan jika membawa makanan dan minuman karena sangat berat sehingga
membuat wisata tidak menyenangkan. Makanan dan minuman yang anda bawa bisa di
simpan di jok motor atau di gantungkan di motor, parkirannya sangat aman. Untuk
berjaga jaga jika harus anda bisa membawa air mineral botol tanggung, dan saya
ingatkan untuk selalu menjaga kebersihan, botol-botol bekas air mineral dan
bungkus makanan harus dibuang ke tempat sampah yang telah disediakan.
Di
dalam candi tidak terdapat toilet atau WC, karena hawanya yang dingin anda
sebaiknya memanfaatkan WC di tempat parkir. Anda akan menemui Toilet di pintu
keluar candi dekat dengan jalur pendakian ke gunung lawu.
1 comments:
Write commentsPerkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
ReplyJika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.
Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)
Silahkan memberi komentar yang membangun EmoticonEmoticon