PENTINGNYA ROTASI TANAMAN

3:00 AM


bulir gabah rontok karena serangan burung emprit, pola tanam padi padi padi

Lahan kering dalam keadaan alamiah memiliki kondisi antara lain peka terhadap erosi, terutama bila keadaan tanahnya miring atau tidak tertutup vegetasi, tingkat kesuburannya rendah, air merupakan faktor pembatas dan biasanya tergantung dari curah hujan serta lapisan olah dan lapisan bawahnya memiliki kelembaban yang amat rendah.
Merosotnya produktivitas lahan pada tanah datar dapat pula terjadi karena hilangnya unsur hara lewat pencucian dan aliran permukaan. Di daerah Irian Jaya yang penduduknya masih menggunakan sistem ladang berpindah dengan mempergunakan lahan yang berlereng curam masih ada kegiatan-kegiatan usahatani pangan semusim dimana para petani tidak atau belum memperhatikan konservasi lahan.
Kerusakan tanah tersebut pada umumnya terjadi karena tindakan manusia sendiri yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air dalam mengelola usahataninya yang merupakan kemunduran dalam penggunaan sumber daya alam. Hingga mengakibatkan kerugian dengan banyak bencana misalnya banjir, kekeringan, erosi dan lain-lain.

Tujuan usaha konservasi:
a.  Mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan aliran permukaan.
b.  Memperbaiki tanah yang rusak/kritis
c.  Mengamankan dan memelihara produktivitas tanah agar tercapainya produksi setinggi-tingginya dalam waktu yang tidak terbatas
d.  Meningkatkan produktivitas lahan usahatani

Usaha konservasi lahan ini biasanya dilakukan salah satunya dengan kultur teknis atau vegetasi yaitu dengan sistem tanam bergilir dan sistem tumpang gilir. Pergiliran atau rotasi tanaman mempunyai fungsi ganda, pertama  sebagai cara memutus siklus hama dan penyakit dan kedua menjaga keseimbangan hara di dalam tanah. Jenis tanaman yang sama apabila ditanam secara terus menerus akan menguras hara tertentu dari dalam tanah. Adanya pergiliran tanaman akan mendaur kembali hara yang hilang dengan sumber hara yang baru. Tanaman yang baik untuk pola pergiliran adalah jenis kacang-kacangan/legum yang mempunyai kemampuan mandiri mencukupi kebutuhan N dari hasil fiksasi N udara. Biomasa yang dikembalikan ke dalam tanah akan menyuburkan tanah. (Setyorini, 2007).
Pergiliran tanaman (crop rotation) adalah sistem bercocok tanam dimana sebidang lahan ditanami dengan beberapa jenis tanaman secara bergantian. Tujuan utama dari sistem ini adalah untuk memutuskan siklus hama dan penyakit tanaman dan untuk meragamkan hasil tanaman. Pergantian tanaman ada yang dilakukan secara intensif dimana setelah panen tanaman pertama kemudian langsung ditanami tanaman kedua dan ada pula yang dibatasi periode bera.<4 baik="" bulan="" ini.="" menerapkan="" sangat="" sistem="" span="" untuk="">
Penggunaan sistem pergiliran tanaman intensif secara berurutan, antara tanaman pertama yang disusul tanaman kedua dan seterusnya mampu menekan erosi secara nyata dibandingkan lahan yang hanya diolah tanpa ditanami. Pengaruh nyata tersebut dihasilkan dari fungsi tanaman sebagai pengikat tanah serta penambahan bahan organik
Penggunaan sistem ini disarankan untuk tetap menggunakan pupuk dan teknik konservasi tanah, sehingga hasil tanaman dapat maksimal dan lahan yang dipergunakan dapat terjaga produktivitasnya. Dari segi konservasi tanah, pergiliran tanaman memberikan peluang untuk mempertahankan penutupan tanah, karena tanaman kedua ditanam setelah tanaman pertama dipanen. Demikian seterusnya, sehingga sepanjang tahun intensitas penutupan tanah senantiasa dipertahankan. Kondisi ini akan mengurangi risiko tanah tererosi akibat terpaan butir-butir air hujan dan aliran permukaan.
Penggabungan antara sistem tanam bergilir dengan tumpang gulir akan lebih baik dibandingkan dengan mengandalakan satu sistem pertanian saja. Tumpang gilir (relay cropping) adalah cara bercocok tanam dimana satu bidang lahan ditanami dengan dua atau lebih jenis tanaman dengan pengaturan waktu panen dan tanam. Pada sistem ini, tanaman kedua ditanam menjelang panen tanaman musim pertama. Contohnya adalah tumpang gilir antara tanaman jagung yang ditanam pada awal musim hujan dan kacang tanah yang ditanam beberapa minggu sebelum panen jagung. Sistem ini diterapkan untuk mempertinggi intensitas penggunaan lahan.
Penanaman tanaman kedua sebelum tanaman pertama dipanen dimaksudkan untuk mempercepat penanamannya dan masih mendapatkan air hujan yang cukup untuk pertumbuhan dan produksinya. Tanaman pertama tidak terlalu terpengaruh akibat kompetisi tanaman kedua karena tanaman pertama telah melewati fase pertumbuhan vegetatifnya.
Begitu pula dengan tanaman kedua yang mendapatkan air dan hara yang cukup sehingga dapat memaksimalkan pertumbuhan vegetatifnya. Dari segi konservasi, penutupan tanah yang rapat pada tumpang gilir mempunyai pengaruh yang cukup baik dalam menahan erosi.
Penerapan teknik ini perlu diiringi dengan penerapan teknik konservasi tanah yang lain seperti penambahan bahan organik, penutup tanah dan jika perlu diterapkan tindakan sipil teknis. Penambahan sisa tanaman yang dijadikan mulsa akan mengoptimalkan kemampuan tanah dalam menahan erosi selain menyediakan kebutuhan tanaman akan hara. Pola tanam yang diintroduksikan harus mampu meningkatkan efektivitas penggunaan lahan dan penggunaan air melalui pertimbangan biofisik lahan dan sosial ekonomi suatu wilayah. Perbedaan pola tanam menghasilkan komoditas serta intensitas pertanaman yang berbeda. Pola tanam juga diharapkan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan hara terutama jika pola tanam yang diintroduksi mencakup tanaman-tanaman dengan kedalaman perakaran yang berbeda.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Silahkan memberi komentar yang membangun EmoticonEmoticon