"Kendala budidaya sayuran karena adanya keterbatasan air di musim kemarau menyebabkan pendapatan petani sayuran menurun, strategi yang dapat dilakukan oleh petani dataran tinggi antara lain petani dapat beralih menjadi produsen bibit tanaman atau tetap menjadi produsen sayuran dengan menanam sayuran di persemaian."
Lahan Kering Dataran Tinggi umumnya terletak pada ketinggian lebih dari 700 m di atas permukaan laut (dpl), dengan suhu udara rata-rata relatif sejuk yaitu sekitar 20-220 C dan kelembaban udara juga cukup tinggi sekitar 80-88%. Lahan kering dataran tinggi dapat digunakan untuk usaha pertanian dengan menggunakan air secara terbatas dan biasanya menggantungkan ketersediaan air dari air hujan. Kondisi ini disebabkan karena jenis tanah di dataran tinggi umumnya menyerap air sehingga tidak bisa menggunakan sistem irigasi dari bendungan atau sungai. Salah satu manfaat lahan kering pada dataran tinggi adalah untuk usahatani pertanian tanaman semusim seperti sayuran.
Sayuran merupakan komoditas penting bagi petani karena merupakan cash
crop artinya dapat secara nyata mendatangkan keuntungan bagi petani. Dengan
demikian, keberhasilan dalam usahatani sayuran dapat memberikan sumbangan yang
besar bagi kesejahteraan petani (Anwar et al., 2005). Permintaan terhadap
sayuran selalu mengalami peningkatan sejalan dengan meningkatnya jumlah
penduduk, tren makanan sehat melalui konsumsi buah dan sayur serta kemudahan
dalam pemasaran melalui beberapa marketplace digital penyedia jasa penjualan
sayur dari petani ke konsumen yang sebagian besar berada di perkotaan, sehingga
berapapun produksi yang dihasilkan oleh petani pasti akan mudah terserap oleh
pasar, walaupun terkadang harganya mengalami naik turun.menggunakan penampungan air dengan kolam
Berusahatani sayuran pada musim penghujan tidak mengalami kendala ketersediaan air, namun pada saat musim kemarau air menjadi faktor pembatas yang sangat penting atau bahkan utama untuk melakukan budidaya tanaman terutama tanaman sayuran, sehingga pada umumnya petani lahan kering tak terkecuali di dataran tinggi di musim kemaraun tidak dapat melakukan aktivitas usahatani sayurannya karena keterbatasan air. Kendala budidaya sayuran karena adanya keterbatasan air di musim kemarau menyebabkan pendapatan petani sayuran menurun, strategi yang dapat dilakukan oleh petani dataran tinggi antara lain petani dapat beralih menjadi produsen bibit tanaman atau tetap menjadi produsen sayuran dengan menanam sayuran di persemaian.
Sebagai
Produsen Bibit Tanaman
Pada
saat musim kemarau petani di wilayah lahan kering dataran tinggi tetap dapat
melakukan usahatani sebagai produsen bibit. Beberapa alasan usahatani bibit
dapat menjadi alternatif pilihan usahatani di musim kemarau antara Iain :
1.Peluang
Bisnis : Saat ini, berusahatani sebagai produsen bibit cukup menjanjikan. Pada
umumnya petani di wilayah dataran rendah lebih senang membeli bibit siap tanam
dari petani produsen bibit di dataran tinggi, dengan alasan lebih mudah,
praktis dan murah. Perputaran uang dari usaha ini bisa dikatakan lebih cepat,
dimana dalam rentang 1 sampai 2 minggu setelah semai bibit sudah dapat dijual
ke konsumen. Berbeda jika memfokuskan kepada hasil sayurannya yang membutuhkan
waktu kurang lebih 3 bulan tergantung jenis sayuran yang ditanam. Dengan demikian
maka petani bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa menunggu dan menyimpan uang
penjualan hasil panen.
2.Kebutuhan
air : Air yang dibutuhkan untuk membuat usaha pembibitan relatif sedikit
dibandingkan dengan untuk produksi sayuran, karena waktu yang diperlukan hingga
siap jual lebih sedikit, ukuran tanaman yang berbeda, semakin kecil/muda umur
tanaman maka kebutuhan airnya akan lebih sedikit. Selain itu karena dataran
tinggi memiliki suhu yang relative sejuk maka tingkat kehilangan air akibat
penguapan juga semakin kecil, kelembapan tanah akan lebih tahan daripada di
dataran rendah.
3.Dekat
Sumber Air : Pada umumnya rumah persemaian berada di dekat rumah (depan rumah)
untuk mempermudah akses penjualan, sehingga akan dekat pula dengan sumber air
(sumur gali) yang biasa digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, atau
bisa membuat tampungan air berbentuk kolam, dengan memanfaatkan kelebihan air
pada musim penghujan yang berasal dari genteng atau talang rumah.
4.Modal
Relatif Terjangkau : Modal yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha bibit semai
relatif terjangkau. Bahan utama yang dibutuhkan antara Iain, rumah persemaian,
benih, kotak persemaian, plastik semai, dan media tanam (tanah dan pupuk kandang
dengan perbandingan 1:10). Rumah persemaian yang dibuat dengan ukuran masing-masing
bedeng persemaian 5,5 x 1,3 m sebanyak 3 buah membutuhkan biaya sekitar RP. 1.0000.000.
Bangunan tersebut dapat bertahan selama 5 tahun dengan ganti plastik sebanyak 2
kali yang membutuhkan biaya RP 300.000 setiap kali ganti. Media tanam, tanah
dibutuhkan 1 bak colt (RP 70.000) dicampur dengan pupuk kompos apabila sudah
halus (bermerk) cukup 1 bagor (RP 40.000) dan apabila masih kasar seperti pupuk
kandang ayam membutuhkan 2 bagor @Rp 20.000. Harga kotak persernaiannya juga
cukup murah @RP. 7.500, sedangkan harga benih biji bervariasi tergantung jenis
komoditasnya. Biaya tenaga kerja pengisian media tanam ke dalam plastik semai
per 1.000 buahnya sebesar RP. 6.000. Sebagian besar bahan yang dibutuhkan
tersebut ada penjual datang ke lokasi sentra produsen benih maupun sayuran
sehingga petani sangat mudah mendapatkannya.
5.Menguntungkan
: Berdasarkan wawancara dengan petani, keuntungan bersih yang diperoleh sebagai
produsen benih beberapa jenis sayuran disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Keuntungan Bersih Sebagai Produsen Bibit Per Jenis
Sayuran
Jenis Sayuran |
Keuntungan Bersih |
Brokoli |
Rp.
70.000/pak |
Sawi
putih |
Rp.
150.000/pak |
Cabai
Keriting |
Rp.
300.000/pak |
Cabai
rawit |
Rp.
200.000/pak |
6.Mudah
Dilakukan : Kegiatan memproduksi bibit semai mudah dilakukan. Kegiatan diawali
dengan (a) pengayakan media tanam, (b) penyiapan media tanam di bedengan
persemaian maupun di oker, (c) penanaman benih biji, dan (d) pemeliharaan hanya
dilakukan penyiraman saja. Pemupukan susulan tidak dilakukan, sedangkan
pengendalian OPT hampir tidak pernah dilakukan karena rendahnya intensitas
serangan. Dalam waktu minimal 2 minggu terutama untuk sayuran berdaun, bibit semai
sudah siap jual.
7.Pemberdayaan
Kelompok Wanita Tani : kegiatan memproduksi bibit ini dapat dilakukan dengan
memberdayakan kelompok wanita tani. Usahatani benih semai dapat dikategorikan
lebih mudah dibandingkan dengan melakukan usahatani sayuran di lahan. Dengan
pemberdayaan kelompok wanita tani maka beberapa ongkos produksi dapat ditekan
karena pengerjaannya dapat dilakukan bersama-sama sebagai rutinitas kegiatan
kelompok tani. Hasil dari penjualan di masukkan ke dalam kas kelompok untuk
dimanfaatkan menjadi modal kegiatan produktif lainnya seperti pinjaman anggota
kelompok dengan sistem syariah dan kegiatan sosial lainnya. Hasil penjualan dan
hasil pengembangannya dapat dibagikan setiap akhir tahun atau sesuai dengan
kesepakatan kelompok, misalkan menjelang bulan Ramadhan.berbagai jenis bibit sayuran
Pada
musim kemarau produsen sayuran masih menghasilkan sayuran dengan memanfaatkan
tempat/bedengan persemaian. Tempat/persemaian dapat berfungsi ganda (double
fungsi) yakni sebagai tempat semai sekaligus dapat sebagai tempat produksi
sayuran. Permintaan bibit semai adakalanya mengalami penurunan, yaitu pada saat
Iahan petani (yang biasa membeli bibit) di dataran rendah telah ditanami semua
atau pada saat musim kemarau dimana persediaan air terbatas. Pada kondisi
tersebut, petani produsen bibit biasanya menghentikan usahanya, dan beralih ke
mata pencaharian lain (off farm). Padahal masih ada kegiatan on farm
yang dapat dilakukan yaitu memanfaatkan tempat/bedengan persemaian. Kunci
keberhasilan untuk dapat mencapainya adalah:
1.Pemilihan
Komoditas Yang Tepat : Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih komoditas
antara lain: (a) sayuran dengan nilai ekonomi tinggi, (b) berumur pendek
(sekitar 1 bulan), (c) sayuran dengan perakaran yang pendek, biasanya sayuran
berdaun misalnya kailan, spinach, sawi bakso, sawi sendok, dan bayam merah,
bayam hijau . Namun dapat pula pada tanaman yang berumur panjang seperti tomat
tetapi ditumpangsarikan dengan tanaman berumur pendek agar cepat menghasilkan.
2.Budidaya
Secara Organik : Untuk meningkatkan nilai tambah budidaya sayuran pada bedengan
persemaian di musim kemarau dapat dilakukan dengan mengganti budidaya sayuran
secara konvensional dengan budidaya secara organik. Hal yang mendukung antara
lain (a) sayuran yang dihasilkan merupakan produk pangan sehat dan aman, (b)
budidayanya ramah lingkungan, (c) kemudahan terciptanya lingkungan yang sesuai
untuk budidaya secara organik dengan menggunakan tempat persemaian, (d) sesuai
untuk memenuhi volume kebutuhan sayuran organik yang biasanya jumlahnya sedikit
dengan jenis sayuran yang beragam, dan pelaksanaannya dapat dikolaborasikan
dengan petani lain atau tergabung dalam kelompok petani organik, (e)
perawatannya lebih mudah dan dekat dengan tempat tinggal, (t) penggunaan input
dari Iuar rendah dibandingkan dengan budidaya konvensional/non organik
(Mutiarawati, 2006) seperti, pemupukan menggunakan urin ternak yang
difermentasi bahkan ada yang tanpa memberi pupuk (seperti sayuran siomak), dan
pengendalian OPT hanya dengan menggunakan bahan-bahan alami yang ada di
sekitar, (g) harga lebih tinggi dibandingkan dengan sayuran non organik, dan
(h) harga stabil sepanjang tahun. Harga beberapa jenis sayuran organik
dibandingkan non organik disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Harga Jenis Sayuran Organik dan Non Organik Tingkat
Petani
No |
Jenis Komoditas Sayuran |
Harga/Kg (Rp) |
|
Organik |
Non
Organik |
||
1 |
Sawi
bakso |
6.000 |
500-5.000 |
2 |
Sawi
sendok |
6.000 |
500-5.000 |
3 |
Seledri |
10.000 |
750-7.000 |
4 |
Tomat
cherry |
25.000 |
25.000 |
5 |
Spinach |
10.000 |
2.000-8.000 |
6 |
Bayam
merah |
8.000 |
4.000-6.000 |
7 |
Bayam
hijau |
8.000 |
4.000-6.000 |
8 |
Sawi
pagoda |
7.000 |
|
9 |
Sawi
mini |
7.000 |
|
10 |
Siomak |
5.000 |
|
11 |
Kailan |
12.000 |
|
Daftar
Pustaka
Anwar Aswaldi, Sudarsono. dan Satriyas Ilyas. 2005.
Perbenihan Sayuran di Indonesia: Kondisi Terkini dan Prospek Bisnis Benih
Sayuran. Buletin Agronomi (33) (1) 38-47
Mutiarawati,Tino.2006. Kendala dan Peluang Dalam Produksi Pertanian
Organik Di Indonesia. http://pustaka.unpad.ac.id
Silahkan memberi komentar yang membangun EmoticonEmoticon