"Upaya peningkatan produksi kedelai dihadapkan kepada masalah hama dan penyakit serta ketidakseimbangan hara di tanah. Serangan hama dan penyakit berpotensi menurunkan kualitas hasil dan ketidakseimbangan hara di tanah tidak hanya berdampak terhadap penurunan produksi dan mutu hasil, tetapi juga menyebabkan tanaman lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Pengendalian serangan hama dan penyakit tanaman kedelai dalam PHT diperlukan pengelolaan pertanaman secara terpadu dan bijaksana agar tidak mencemari lingkungan "
Kedelai
merupakan sumber protein nabati yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia,
sehingga dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kesadaran terhadap kebutuhan
protein maka kebutuhan akan kedelai terus meningkat dari tahun ke tahun.
Rata-rata kebutuhan kedelai setiap tahunnya sebesar 2,2 juta ton biji kering,
akan tetapi kemampuan produksi dalam negeri saat ini belum mampu memenuhi.
Menurut Fauzan (2020) Indonesia
adalah negara dengan konsumsi kedelai terbesar di dunia setelah China. Data
Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan impor kedelai Indonesia sepanjang
semester I/2020 mencapai 1,27 juta ton atau senilai US$510,2 juta (sekitar
Rp7,52 triliun). Sebanyak 1,14 juta ton diantaranya berasal dari Amerika
Serikat. Sementara itu jika dilihat pada tahun-tahun sebelumnya, total impor
kedelai mencapai 2,67 juta ton pada 2017, 2,58 juta ton pada 2018, dan 2,67
juta ton pada 2019.
Upaya
peningkatan produksi kedelai dihadapkan kepada masalah hama dan penyakit serta
ketidakseimbangan hara di tanah. Serangan hama dan penyakit juga berpotensi
menurunkan kualitas hasil dan ketidakseimbangan hara di tanah tidak hanya
berdampak terhadap penurunan produksi dan mutu hasil, tetapi juga menyebabkan
tanaman lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit, Serangan hama dan
penyakit tertentu pada tanaman seringkali menampilkan gejala serupa dengan
gejala ketidakseimbangan hara. Oleh karena itu, geiala tersebut perlu diidentifikasi
agar penyebabnya dlapat diketahui dengan tepat untuk menentukan cara
pengendalian atau pemulihan tanaman dengan efisien dan efektif. Selain itu, di
dalam budidaya tanaman kedela diperlukan kesesuaian agroekosistem agar dapat
tumbuh normal, seperti Iahan sawah irigasi, lahan sawah tadah hujan, lahan
masam dan lahan kering/tegalan. Di lahan kering /tegalan kedelai umumnya
ditanam pada musim hujan agar kondisi tanah bisa lembab, karena banyak
memerlukan air pada saat penanaman. Disisi lain perlu diperhatikan bahwa
kondisi air yang cukup banyak dapat menimbulkan tingkat perkembangan hama dan
penyakit tanaman kedelai akan menjadi tinggi, sehingga perlu antisipasi untuk
menekan perkembangannya.
Hama
dan penyakit kedelai merupakan salah satu organisme yang menyebabkan potensi
hasil dari suatu varietas tidak teraktualisasi maksimal. Pengendalian hama dan
penyakit utama dapat dilakukan berdasarkan konsep pengendalian organisme
pengganggu tanaman terpadu (PHT). Dalam usaha pengendalian hama dan penyakit
dapat dilakukan strategi pengendalian dengan memadukan bermacam cara (Untung, 1995).
Pengendalian serangan hama dan penyakit tanaman kedelai dalam PHT diperlukan
pengelolaan pertanaman secara terpadu dan bijaksana agar tidak mencemari
lingkungan.
Strategi
Mengendalikan Hama dan penyakit kedelai
Ada
beberapa strategi pengendalian hama dan penyakit utama yang dapat diterapkan
petani untuk mengatasi serangga tersebut diantaranya, penggunaan varietas
unggul, pengendalian secara kultur teknis/gilir varietas, mekanis yaitu mengkombinasikan
pengomposan, dan gropyoka yang dilakukan berkelanjutan terbukti efekti
mengurangi kehilangan hasil akibat serangan tikuÅŸ, biologis/hayati, pestisida
organik dan alternatif terakhir menggunakan kimiawi atau pestisida sintetis,
serta pemusnahan/eradikasi.
Beberapa
jenis hama utama pada tanaman kedelai meliputi lalat bibit, ulat pemakan daun
seperti ulat grayak, ulat jengkal, ulat penggulung daun, ulat heliotis sp,
pengisap polong, penggerek polong, penggerek batang, kutu kebul, dan kutu daun.
Sedangkan jenis penyakit utama pada tanaman kedelai meliputi Karat daun, Xanthomonas
sp, Bercak daun, Antraknose, Downy mildew, dan Virus mosaik
(SMV).
Pengendalian
hama dan penyakit sedapat mungkin menggunakan teknik budidaya yang terpadu,
seperti penggunaan varietas dan benih unggul, sanitasi (membersihkan lahan dan
sekitarnya), pemberian mulsa, pergiliran tanaman, dan tanam serentak.
A. Varietas dan Benih
unggul
1. Varietas Unggul
• Semua
varietas unggul sesuai untuk lahan
• Pilih
varietas unggul yang memenuhi sifat-sifat yang diinginkan : ukuran bijinya besar
atau kecil, kulit bijinya kuning atau hitam, toleransinya terhadap
hama/penyakit dan kondisi lahan.
•
Dengan teknik budidaya yang tepat, semua
varietas unggul dapat menghasilkan dengan baik, di lahan kering maupun Iahan
sawah atau Iahan pasang surut.
Tabel
1. Varietas unggul kedelai
Varietas |
Potensi
Hasil (T/Ha |
Umur
Panen (hari) |
Bobot
100 biji (gram) |
Keunggulan |
Wilis |
2,5 |
85-90 |
10 |
Tahan rebah, agak
tahan karat daun dan virus |
Kaba |
2,6 |
85 |
10,4 |
Tahan rebah,
polong tidak mudah pecah |
Sinambung |
2,6 |
88 |
10,7 |
Agak tahan
penyakit karat daun |
Ijen |
2,5 |
83 |
10,7 |
Toleran hama ulat
grayak |
Tanggamus |
2,6 |
88 |
11,0 |
Adaptif lahan
kering masam |
Burangrang |
3,6 |
80-82 |
16 |
Toleran karat daun |
Panderman |
2,6 |
85 |
18 |
Batang kokoh,
tahan rebah |
Anjasmoro |
3,7 |
82-92 |
16 |
Tahan rebah, agak
tahan karat daun, polong tidak mudah pecah |
Argomulyo |
3,1 |
80-82 |
16 |
Tahan rabah,
toleran karat daun |
Grobogan |
3,4 |
76 |
18 |
Sesuai ditanam di
lahan kering pada awal musim hujan |
Gepak Ijo |
2,7 |
76 |
6,8 |
Rendemen tahu
tinggi |
Gepak Kuning |
2,9 |
73 |
8,2 |
Rendemen tahu
tinggi |
Detam-1 |
3,5 |
84 |
14,8 |
Protein tinggi,
agak tahan penghisap polong, sesuai untuk kecap |
Detam-2 |
3,0 |
82 |
13,5 |
Protein tinggi,
agak tahan penghisap polong, agak tahan kekeringan, sesuai untuk kecap |
Sumber
: Balitkabi 2015
2.
Benih Unggul
• Benih
murni dan bermutu tinggi merupakan syarat terpenting dalam budidaya kedelai.
• Benih
harus sehat, bernas, dan daya tumbuh minimal 85%, serta bersih dari kotoran.
• Bila
mungkin, gunakan benih berlabel dari penangkar benih. Apabila menggunakan benih
sendiri, sebaiknya benih berasal dari pertanaman yang seragam (tidak tercampur).
• Di
daerah endemic serangan lalat bibit, sebelum ditanam, benih perlu diberi
perlakuan (seed treatment) dengan insektisida berbahan aktif karbosulfan
(10g/kg benih).
•
Kebutuhan benih bergantung pada ukuran benih
dan jarak tanam yang digunakan. Untuk benih ukuran kecil-sedang (9-12g/
100biji), diperlukan 55-60 kg/ha, sedang untuk benih ukuran besar (14-18g/ 100biji)
dibutuhkan 65-75 kg/ha.
B. Pengelolaan Tanah dan
Tanaman di Lahan Kering
1. Penyiapan
Iahan
• Pengolahan
tanah dilakukan sekali hingga dua kali (tergantung kondisi tanah).
• Jika
curah hujan masih cukup tinggi perlu dibuat saluran drainase setiap 4 meter,
sedalam 20-25 cm, sepanjang petakan.
•
Pada lahan yang baru pertama kali ditanami
kedelai, benih perlu dicampur dengan rhizobium. Apabila tidak tersedia
inokulan rhizobium (seperti Rhizoplus atau legin), dapat
digunakan tanah bekas pertanaman kedelai yang ditaburkan pada barisan tanaman
kedelai.
2.
Penanaman
Penanaman dilakukan dengan tugal ,
berjarak tanam 40x15cm atau 30x20 cm , 2 biji/lubang.
3. Pengapuran
• Kapur
dolomite perlu diberikan dengan takaran ½ dari Al-dd (Alumunium yang dapat
dipertukarkan), di berbagai daerah umumnya 1-1,5 ton/ha. Dolomit selain
meningkatkan pH tanah juga menambah kandungan Ca dan Mg. Informasi kadar Al-dd
dapat diperoleh dari petugas pertanian setempat.
• Jika
dengan pemberian pupuk kandang 2,5 ton/ha, takaran pengapuran cukup 1/4 dari
Al-dd (500-750kg dolomite/ha)
• Dolomit
disebar rata bersamaan dengan pengolahan tanah kedua atau paling lambat 2-7
hari sebelum tanam.
•
Jika diaplikasikan dengan cara disebar
sepanjang alur baris tanaman, maka takaran dolomite dapat dikurangi menjadi
hanya 1/3 dari takaran semula.
4. Pemupukan
• Pupuk
NPK diberikan dengan takaran 75kg Urea, 100kg SP36, dan 100kg KCI per hektar.
Semua pupuk tersebut paling lambat diberikan pada saat tanaman berumur 14 hari,
•
Bersamaan penyiangan pertama sebaiknya
dilakukan pembumbunan tanaman
5. Pengendalian
Gulma
• Penyiangan
perlu dilakukan dua kali pada umur 15 dan 45 hari,
• Pengendalian
gulma secara kimia dengan herbisida dapat dilakukan sebelum pengolahan tanah
atau setelah tanam dengan syarat benih ditutup dengan tanah pada saat tanam dan
herbisida yang digunakan adalah jenis kontak.
Daftar Pustaka
Balitkabi, 2015. Paduan Teknis Budidaya
Kedelai di Berbagai Kawasan Agroekosistem. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Jakarta.
Fauzan, Rahmad. 2020. Kedelai Langka,
Pemerintah Harus Fokus pada Peningkatan Produktivitas. https://ekonomi.bisnis.com/read/20210105/12/1338923/kedelai-langka-pemerintah-harus-fokus-pada-peningkatan-produktivitas. Diakses tanggal 22 April 2021.
Semarang Kasumbogo. 1995. Konsep Pengendalian
Hama Terpadu (PHT). Offset Yogyakarta. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta
Silahkan memberi komentar yang membangun EmoticonEmoticon