"Walaupun potensi lahan kering belum optimal dibandingkan dengan lahan sawah, tetapi seiring dengan menyusutnya lahan pertanian sawah akibat alih fungsi lahan, maka ekstensifikasi pertanian untuk mendukung ketersediaan pangan mendesak untuk dilaksanakan"
Lahan kering menurut Adimihardja (2000)
adalah hamparan lahan yang tidak pernah digenangi atau tergenang air pada
sebagian besar waktu dalam setahun, padahal air mutlak dibutuhkan untuk
pertanian. Kelangkaan air (water scarcity) akan menghambat proses
produksi pertanian sehingga lahan kering menjadi prioritas dalam program
pembangunan pertanian. Seperti yang sudah diidentifikasi oleh Kepas (1985)
bahwa pada masa lampau pemerintah terlalu memusatkan pembangunan pertanian pada
padi sawah, sedangkan lahan kering (termasuk DAS bagian hulu) kurang
mendapatkan perhatian. Konsekuensinya masyarakat tidak memperoleh keuntungan
dari program-program pembangunan yang disponsori pemerintah.
pemanfaatan lahan kering untuk ditanami singkong |
Kebutuhan
lahan paling besar adalah untuk kepentingan pertanian. Berdasarkan estimasi
Schneider et al. (2011), pada tahun 2005 pertanian telah menggunakan sekitar 38
persen lahan secara global dan diprediksi akan menguasai separuh pada tahun
2030 dan mencapai dua per tiga lahan dunia pada tahun 2070. Taksiran ini
dilakukan dengan memperhitungkan laju pertumbuhan penduduk yang
diikuti oleh peningkatan kebutuhan pangan dan energi. Peningkatan kebutuhan
akan lahan ini juga akan terjadi di Indonesia mengingat laju pertumbuhan
penduduk Indonesia tidak berbeda jauh dengan rata-rata pertumbuhan penduduk
dunia.
Walaupun
potensi lahan kering belum optimal dibandingkan dengan lahan sawah, tetapi
seiring dengan menyusutnya lahan pertanian sawah akibat alih fungsi lahan, maka
ekstensifikasi pertanian untuk mendukung ketersediaan pangan mendesak untuk dilaksanakan. Oleh sebab itu potensi lahan
kering yang selama ini terpinggirkan kini mulai dilirik kembali untuk
dioptimalkan pemanfaatannya. Namun demikian beragam masalah klasik yang biasanya muncul pada petani
lahan kering memerlukan solusi yang tepat dan terus menerus diusahakan dan
dilaksanakan.
Beragam
permasalahan di lahan kering yang berkaitan dengan peningkatan sumberdaya
petani utamanya adalah (1) minat dan kemampuan enterpreneurship petani
yang rendah, sehingga memerlukan pendampingan berkelanjutan untuk meningkatkan
keahlian mereka dalam usahatani; (2) lemahnya sistem kelembagaan penyuluhan
dalam memfasilitasi dan melindungi petani. Penyuluh Pendamping perlu dibekali
alat bantu penyuluhan yang cocok dan sesuai dengan karakteistik petani,
sehingga memudahkan penyuluh dalam menyampaikan materi inovasi teknologi yang
dibutuhkan oleh petani.
Lahan
kering membutuhkan lebih banyak intervensi teknologi agar dapat dijadikan lahan
pertanian yang produktif, misalnya dimanfaatkan untuk komoditas yang mendukung kebutuhan pangan penduduk, mengingat jumlah
penduduk yang semakin bertambah maupun konversi lahan sawah irigasi untuk
kepentingan non pertanian yang terus meningkat. Sejalan dengan itu, varietas
unggul padi gogo yang telah diperkenalkan oleh BPTP Jawa Tengah di beberapa
lokasi lahan kering di Jawa Tengah hendaknya dapat dikembangkan di lokasi
lainnya.
Tidak
hanya kesesuaian komoditas yang perlu diperhatikan, penggunaan media dan teknik
penyuluhan yang menarik perlu dilakukan dalam
rangka memahamkan petani terhadap materi inovasi yang disampaikan. Selanjutnya
minat dan partisipasi petani harus dibangun sebagai upaya mempercepat proses
adopsi inovasi teknologi, sehingga pengembangan inovasi teknologi yang telah
direkomendasikan dapat diterapkan petani secara maksimal.
World
Bank (2002) memberikan rekomendasi tentang penyuluhan pertanian berkualitas dan
tepat sasaran, yaitu penyuluh dan peneliti mampu bekerjasama membuat usulan
kegiatan yang komprehensif dan terpadu dalam rangka menyebarluasan teknologi
baru kepada petani. Kerjasama antara penyuluh peneliti telah dipraktekan oleh
BPTP dalam mengembangkan inovasi teknologi hasil penelitian di berbagai daerah,
dengan mendayagunakan petani kooperator sebagai agen inovasi dalam merancang
pengkajian di lahan petani.
Setelah
kegiatan pengkajian didisain, maka proses diseminasipun dapat mulai dilakukan.
Dengan berbekal paket inovasi teknologi yang telah direkomendasikan, maka tim
pengkaji yang terdiri dari peneliti-penyuluh-teknisi lapangan datang kepada
kelompok tani dengan membawa alat bantu penyuluhan berupa video, sampel sarana
produksi, alat peraga yang menarik, serta inovasi teknologi yang telah
direkomendasikan (sebut saja padi gogo) atau bisa komoditas lainnya yang
potensial dan prospektif untuk dikembangkan di lahan kering. Mereka mulai
mendiskusikan tentang prospek, teknik budidaya, dan berbagai kendala yang akan
terjadi, kemudian apabila memungkinkan dilanjutkan dengan kunjungan langsung ke
lahan petani.
Tidak
hanya sampai disitu proses diseminasi masih tetap berlangsung, dengan melakukan
pendampingan sampai dengan panen. Sebenarnya proses pendampingan tidak sekedar
sampai pada panen, namun lebih dari itu bisa dikoneksikan kepada akses pasar untuk lebih menjamin produk hasil
rekomendasi inovasi teknologi yang telah diterapkan oleh petani. Akhirnya,
peran penyuluhan akan efektif, apabila dukungan penyuluh, petani, peneliti dan
stakeholder terkait secara bersamasama konsisten mendukung memperderas inovasi teknologi hasil penelitian.
Daftar Pustaka
Adimihardja, A., I. Juarsah, dan U.
Kurnia. 2000. Pengaruh pengunaan berbagai jenis dan takaran pupuk kandang
terhadap produktivitas tanah Ultisols terdegradasi di Desa Batin, Jambi. hlm.
303-319 dalam Pros. Seminar Nasional Sumber Daya Tanah, Iklim, dan Pupuk. Buku
II. Lido-Bogor, 6-8 Des.1999. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.
Kepas. 1985. The
critical upland of Eastern Java. An Agroecosystem analysis. Agency for
Agricultural Researce and Development R. I. xviii.+ 213h.
Schneider, Benjamin
& Ehrhart, Mark & Macey, William. (2011). Perspectives on
Organizational Climate and Culture. APA handbook of industrial and
organizational psychology: Vol. 1. Building and developing the organization
(pp.373-414) Publisher: American Psychological
Syam, Amiruddin.
2003. Sistem Pengelolaan Lahan Kering Di Daerah Aliran Sungai Bagian Hulu.
Jurnal Litbang Pertanian 22 (4): 162-171.
The World Bank.
2002. World Bank Development Report 2002. Building Institutions for market.
Oxford University Press
Silahkan memberi komentar yang membangun EmoticonEmoticon