Fermentasi merupakan suatu cara untuk membuat pupuk organik, dalam fermentasi tersebut terjadi proses perombakan kandungan bahan menjadi pupuk yang dengan mudah diserap oleh akar, batang dan daun tumbuhan. Pembuatan pupuk organik menggunakan bantuan mikro organisme yang bisa kita buat sendiri atau membeli di toko pertanian. Khusus pada pembuatan pupuk organik cair dari urine, agar prosesnya cepat dengan hasil yang bagus maka fermentasi dilakukan secara aerob. Penggunaan cara ini lebih tepat ketimbang fermentasi secara an aerob, berdasarkan pengalaman dan pembuktian yang sudah saya lakukan fermentasi aerob menghasilkan pupuk cair urine dengan waktu yang lebih singkat sekitar 2 minggu dan tidak bau (kandungan amonianya hilang).
fermentasi urine secara aerob |
Pertama kita siapkan alat yang diperlukan untuk fermentasi aerob, yaitu mesin aerator akuarium, drum, dan selang bangunan secukupnya (dari mesin hingga bisa menyentuh bagian bawah drum) jangan terlalu panjang karena selang malah bisa mengambang, tidak bisa berada di dalam cairan urine.
Kedua kita siapkan bahan yaitu urine (bisa urine kelinci, sapi, kambing atau manusia), EM4 pertanian, dan Tetes tebu
Cara fermentasi yaitu (1) urine dimasukkan ke dalam drum kemudian berikan EM4 dan tetes tebu, dalam 1 drum kapasitas 30 liter cukup berikan 3 tutup botol EM4 dan 300cc tetes tebu. (2) Lubangi bagian atas tutup drum, yang penting bisa dimasukkan selang aerator. (3) Pastikan selang masuk ke dalam cairan urine, jangan tertekuk di atas cairan, karena kegunaannya adalah mensuplai oksigen ke dalam urine dan mengaduk secara terus menerus cairan tersebut sehingga kandungan amonia dalam urine juga hilang, (4) pasang aerator dan nyalakan, (5) tutup drum dan biarkan selama 2 minggu. (5) setelah 2 minggu lihat kondisi urine tersebut, jika dipegang sudah dingin dan tidak ada baunya maka pupuk urine sudah jadi dan siap dipergunakan.
Sebenarnya selain menggunakan aerator ada cara lain yaitu menggunakan pompa dan dialirkan pada instalasi (urine diputar menggunakan pompa) tetapi menurut saya cara tersebut lebih ribet dan biayanya lebih banyak, selain itu keungkinan adanya kebocoran juga lebih tinggi. Cara yang bisa dipraktekkan dan lebih sederhana adalah menggunakan aerator akuarium untuk mensuplai oksigen. Karena adanya oksigen tersebut serta larutan tercampur dengan sempurna maka proses fermentasi semakin cepat, dibandingkan ketika menggunakan sistem an aerob. Mamang kekurangannya adalah kita harus menyediakan sumber listrik, tetapi jika dilihat dari konsumsi listriknya masih terbilang cukup irit, sehingga tidak perlu dikhawatirkan nanti tagihan listriknya akan naik.
Penting juga untuk selalu memberikan label pada drum terdiri dari tanggal mulai dibuat dan kapan tanggal pupuk sudah jadi, sehingga kita tidak lupa dan bisa merencanakan kapan pupuk bisa dipergunakan. Jika posisinya pupuk belum jadi dan dipaksakan untuk diperguanakan, alih-alih tanaman akan subur malah pertumbuhannya terganggu bahkan bisa mengakibatkan kematian pada tanaman.
Seperti telah diketahui pupuk cair mangat mudah untuk diserap oleh tanaman, sama halnya tanaman menbutuhkan air ketika layu dan akan kembali segar ketika mendapatkan air. Perubahan pada tanaman akan lebih mudah terlihat pada aplikasi pupuk cair daripada penggunaan pupuk organik padat. Walaupun demikian kandungan hara pada pupuk cair cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan pupuk organik padat. Oleh karena itu pemilihan bahan pupuk organik cair ini harus tepat, kandungan nitrogen yang dipercaya paling banyak adalah pupuk cair yang berasal dari urine kelinci. Harganya juga terbilang cukup mahal jika melihat penjual-penjulan di pasar, ini juga bisa menjadi peluang usaha, misalnya membeli urinenya kemudian kita proses fermentasi dan ketika sudah jadi pupuk kita jual.
Itu tadi sedikit cerita pengalaman dari cara membuat pupuk cair urine yang tepat, semoga bermanfaat dan terima kasih
Silahkan memberi komentar yang membangun EmoticonEmoticon