CARA BUDIDAYA UBI KAYU / SINGKONG

3:09 PM



kegiatan ubinan ubi kayu di lahan margin
A.  PENDAHULUAN
Pertanian merupakan salah satu sektor sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman ekosistem, peluang pengembangannya sangat besar dan beragam. Namun, sampai saat ini sektor pertanian belum handal dalam mensejahterakan petani, memenuhi kebutuhan sendiri, menghasilakn devisa, dan menarik investasi (Karama dalam Atman Roja, 2009).
Menurut Hilman dkk dalam Atman Roja (2009), khusus untuk Ubi Kayu / Singkong (Manihot esculenta crantz), peranannya dalam perekonomian nasional terus menurun karena dianggap bukan komoditas prioritas sehingga kurang mendapat dukungan investasi baik dari sisi penelitian dan pengembangan, penyuluhan, pengadaan sarana dan prasarana, serta dalam pengaturan dan pelayanan. Akibatnya luas areal panen terus berkurang dan produktivitas tidak meningkat secara nyata.
Salah satu penyebabnya adalah belum tepatnya teknologi untuk meningkatkan pendapatan petani ubikayu. Hal ini dikarenakan sumber daya alam dan sumverdaya manusia belum dimanfaatkan secara maksimal dalam pengelolaan usahatani ubikayu baik di lahan kering maupun lahan sawah, sehingga produktivitas hasil pertanian masih beragam. Selain itu juga disebabkan oleh kemampuan masyarakat yang masih beragam dalam menyesuaikan pola yang sudah dimiliki dengan sumberdaya lahan yang tersedia (Dahlan dalam Atman Roja, 2009).
Budidaya Ubikayu tidak hanya bermanfaat untuk pemanfaatan lahan terutama lahan kering dan margin (tingkat kesuburan dan kecukupan air kurang) tetapi kegiatan budidaya yang berhasil akan mendorong terwujudnya program ketahanan pangan melalui diversifikasi pangan. Apabila di lihat memang tingkat ketergantungan masyarakat dengan konsumsi beras sangat tinggi, padahal tingkat kegagalan panennya juga sangat tinggi karena banyaknya hama dan penyakit serta perubahan iklim yang bisa menyebabkan kekeringan. Serangan hama dan penyakit tersebut mulai sulit dikendalikan karena adanya resistensi terhadap penggunaan beberapa bahan aktif pestisida, dengan demikian maka dosis pestisidanya harus dinaikkan dan bisa berdampak pada keamanan pangan karena kandungan residu yang amat besar.
Berbeda dengan Ubikayu yang memiliki peluang keberhasilan budidaya yang lebih besar, jika potensi hasil yang diperoleh pada penanaman di lahan margin dikatakan bagus. Bagus dalam artian petani dapat memperoleh keuntungan walaupun sedikit dari hasil budidayanya karena ubikayu memiliki biaya produksi dan perawatan yang lebih kecil dibandingkan padi. Maka jika petani melakukan penanaman pada lahan yang lebih subur semisal sawah, tentu potensi hasilnya akan semakin meningkat dibandingankan dengan penanaman di tanah margin.
Peningkatan hasil dan jaminan pasar harus di awali dengan pengolahan hasil yang beraneka ragam sehingga olahan ubikayu bisa menjadi primadona sebagai pengganti beras. Ini yang belum kita lihat dari program-program pemerintah maupun swasta untuk mencari dan mengembangan pangan alternative sebagai bentuk upaya mensukseskan swasembada pangan.

B.  SYARAT TUMBUH
Untuk dapat berproduksi optimal, ubikayu memerlukan curah hujan 150-200 mm pada umur 1-3 bulan, 250-300 mm pada umur 4-7 bulan, dan 100-150 mm pada fase menjelang dan saat panen (Wargiono dkk dalam Atman Roja, 2009).
Berdasarkan karakteristik iklim di Indonesia dan kebutuhan air tersebut, ubikayu dapat dikembangkan di hampir semua kawasan, baik di daerah beriklim basah maupun daerah yang beriklim kering, sepanjang air tercukupi sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman.
Pada umumnya daerah sentra produksi ubikayu memiliki iklim C, D, dan E (Wagiono dkk dalam Atman Roja, 2009), serta jenis lahan yang didominasi tanah alkalin dan tanah masam, kurang subur, dan peka terhadap erosi.

C.  VARIETAS UNGGUL
Gunakan varietas unggul yang mempunyai potensi hasil tinggi, disukai konsumen dan sesuai untuk daerah penanaman. Sebaiknya varietas unggul yang dibudidayakan memiliki sifat toleran kekeringan, toleran lahan pH rendah dan atau tinggi, toleran keracunan Al, dan efektif memanfaatkan unsure hara P yang terikat oleh Al dan Ca, seperti varietas Adira4, Malang6,UJ3, dan UJ5.  Untuk deskripsinya bisa di lihat di sini
Jika produksi ubikayu ditujukan untuk bahan baku industri tapioka atau tepung/serbuk ubikayu atau dikonsumsi langsung dalam bentuk ubikayu goring atau rebus, disarankan menggunakan varietas unggul yang dilepas tahun 1978 yang memiliki rasa enak dan kualitas rebus yang baik, seperti : Adira 1, Malang 1, dan Darul Hidayah. Sisanya, termasuk Adira 4 yang dilepas tahun 1987 dan sampai sekarang masih cukup luas ditanam petani namun memiliki rasa pahit. Selain itu, yang dilepas terakhir yaitu : Malang 4 dan Malang 6. Juga Varietas UJ 3 dan UJ 5 yang dilepas kemudian.
Petani di daerah saya biasanya menanam varietas ubi kayu antara lain ambon, gatotkaca, bogor, dan lokal biasa. Dengan potensi hasil yang cukup tinggi tergantung jenis tanahnya, kesuburan dan kondisi aerasi dan drainasenya serta jarak tanam. Pada saat saya melakukan ubinan dengan ubikayu/ singkong varietas bogor, luas ubinan 6,25m2 mendapatkan berat 42Kg dengan jumlah 6 rumpun tanaman dengan umur berkisar kurang lebih 8 bulan. Jika hasil tersebut dibandingkan dengan pemanenan padi dua kali pada luasan 1 Ha= 6 Ton(potensi hasil tanaman padi dalam 1 Ha)x2 = 12 Ton. Pendapatan dari budidaya padi : 12.000x Rp3.700 (harga GKP Bulog) = Rp. 44.400.000
perbedaan varietas yang biasa ditanam dapat dilihat pada tangkai daunnya
Sedangkan singkong / ubikayu pada luasan 1 Ha jika angka ubinannya 42Kg, akan memiliki potensi hasil = 42x1600 (dari hasil pembagian luasan 1Ha dibagi sampel 6,25 m2)= 67200 Kg (67.2ton). Pendapatan petani dari budidaya ubikayu pada luasan 1Ha= 67200x Rp.800 (harga perkilo ubikayu)= Rp.53.760.000. Jika melihat dari kenyataan tersebut budidaya ubikayu memiliki prospek yang sangat besar karena selain perawatannya mudah biaya produksi atau budidayanya juga lebih murah.

D.  TINJAUAN UMUM
Iklim
Curah hujan : 750-1.000mm/th
Tinggi tempat     : 0-1.500 mdpl
Suhu              : 25 derajad – 28 derajad celcius
Tanah
Tekstur           : berpasir hingga liat,
tumbuh baik pada tanah lempung berpasir yang cukup hara
Struktur          : gembur
pH tanah          : 4.5-8, optimal 5.8

E.  BIBIT
Bibit ubikayu yang baik, berasal dari tanaman induk yang mempunyai persyaratan :
1.  Produksi tinggi
2.  Kadar tepung tinggi
3.  Umur genjah
4.  Rasa enak
5.  Tahan terhadap hama dan penyakit

F.  PENANAMAN
Ubi kayu ditanam dari stek batang, syarat stek batang ubikayu yang siap ditanam adalah sebagai berikut :
1.  Ubi kayu telah berumur 7-12 bulan, diameter 2.5-3cm, telah berkayu, lurus dan masih segar
2.  Panjang stek 20-25cm, bagian pangkal diruncingi agar memudahkan penanaman, usahakan kulit stek tidak terkelupas, terutama pada bakal tunas
3.  Bagian batang ubikayu yang tidak dapat digunakan untuk ditanam adalah 15-20cm pada bagian pangkal batang dan 20-25cm pada bagian ujung atau pucuk tanaman.
Waktu mengerjakan tanah sebaiknya pada saat tanah tidak dalam keadaan becek atau berair, agar struktur tanah tidak rusak. Tujuan pengolahan tanah adalah agar tanah menjadi gembur sehingga pertumbuhan akar dan umbi berkembang dengan baik.
Cara pengolahan tanah :
1.  Tanah ringan/gembur : tanah dibajak atau dicangkul 1-2kali sedalam kurang lebih 20cm, diratakan langsung ditanami
2.  Tanah berat dan berair : tanah dibajak atau dicangkul 1-2kali sedalam kurang lebih 20cm, dibuat bedengan-bedengan atau gulu dan juga dibuat saluran drainase, baru dapat ditanam.
Penanaman ubikayu dapat dilakukan setelah bibit/stek dan tanah disiapkan. Waktu yang baik untuk penanaman adalah permulaan musim hujan. Hal ini disebabkan ubikayu memerlukan air terutama pada pertumbuhan vegetatif yaitu umur 4-5bulan, selanjutnya kebutuhan akan air relative lebih sedikit.
Jarak tanam tanaman ubikayu secara monokultur 100x100cm; 100x60cm; 100x40cm.
Jarak tanam tanaman ubikayu secara tumpang sari :
1.  Ubikayu dengan kacang tanah 200x60cm
2.  Ubikayu dengan jagung 100x60cm
Cara menanam ubi kayu dianjurkan stek tegak lurus atau minimal membentuk sudut 60 derajat dengan tanah dan kedalaman stek 10-15cm.

G.  PEMUPUKAN
Untuk mencpai hasil yang tinggi perlu diberikan pupuk organik (pupuk kandang, kompos dan pupuk hijau) dan pupuk an organik (urea, TSP, KCL). Pupuk organik sebaiknya diberikan bersamaan dengan pengolahan tanah. Tujuan utama pemberian pupuk ini adalah untuk memprbaiki struktur tanah. Pupuk anorganik diberikan terganung tingkat kesuburan tanah. Pada umumnya dosis pupuk anjuran untuk tanaman ubi kayu adalah :
Jenis pupuk
Dosis pemberian
Waktu Pemberian
Pada saat tanam
Umur 3-4 bulan
Urea
60-120 Kg /Ha*
20-40 Kg/Ha*
40-80 Kg/Ha*
TSP
30 Kg/ Ha
30 Kg/ Ha
-
KCL
50 Kg/ Ha
15 Kg/Ha
35 Kg/Ha
*) tergantung potensi hasil dari lahan yang dipergunakan untuk budidaya. Jika potensinya besar pemberian pupuk dimaksimalkan
Pemberian dengan cara dibenamkan di tanah sekitar tanaman dengan jarak ±10 cm dari batang.

H.  PEMELIHARAAN
Pemeliharaan tanaman perlu dilakukan untuk mendapatkan tanaman yang sehat, baik, seragam danmemperoleh hasil yang tinggi. Pemeliharaan ubikayu meliputi :
1.  Penyulaman
Apabila ada tanaman ubikayu yang mati atau tumbuh sangat merana harus segera dilakukan penyulaman. Waktu untuk penyulaman paling lambat 5 minggu setelah tanam.
2.  Penyiangan dan pembumbunan
Penyiangan dilakukan apabila sudah mulai tampak adanya gulma (tanaman pengganggu). Penyiangan kedua dilakukan pada saat ubikayu berumur 2-3 bulan sekaligus dengan melakukan pembumbunan. Pembumbunan dilakukan untuk memperbaiki struktur tanah sehingga ubikayu dapat tumbuh dengan sempurna, memperkokoh tanaman supaya tidak rebah.
3.  Pembuangan tunas
Pembuangan tunas dilakukan pada saat tanaman berumur 1-1.5 bulan, apabila dalam satu tanaman tumbuh lebih dari dua tunas.

I.  HAMA DAN PENYAKIT
Hama penting bagi tanaman ubikayu adalah tungau daun merah dan kumbang. Sedangkan penyakit yang sering menyerang ubikayu adalah layu bakteri dan bercak daun.
Untuk mengendalikan serangan hama dan penyakit pada tanaman ubikayu adalah :
1.  Sanitasi lapang setelah panen (sisa tanaman dibakar)
2.  Menggunakan bibit yang sehat dari varietas tahan penyakit
3.  Pengolahan tanah secara sempurna
4.  Pergiliran tanaman dengan palawija atau tanaman lainnya.

J.  PANEN
Criteria ubikayu yang optimal adalah pada saat kadar pati optimal. Yakni ketika tanaman ini berumur 6-9 nulan, apabila untuk konsumsi. Untuk pembuatan produk seperti tepung sebaiknya ubi kayu dipanen pada umur lebih dari 10 bulan, dan itu juga tergantung akan varietas yang ditanam. Cirri saat panen adalah warna daun menguning dan banyak yang rontok.
Cara pemanenan dilakukan dengan membuat atau memangkas batang ubikayu terlebih dahulu dengan tetap meninggalkan batang sekitar 15 cm untuk mempermudah pencabutan. Batang dicabut dengan tangan atau alat pengungkit dari batang kayu atau linggis. Hindari pemakaian cangkul, karena permukaannya yang lebar yang tanpa disadari dapat memotong ubi.
Panen ubikayu ahrus dilakukan pada waktu yang tepat, jika panen tidak tepat (sudah siap panen tetapi tidak segera di panen) maka akan banyak umbi yang menjadi busuk. Selain itu dengan banyaknya curah hujan juga bisa berpengaruh terhadap pembusukan umbi.
Umbi yang baik setelah panen hanya berumur 1-3 hari, tergantung penyimpanan. Setelah itu umbi sudah melakukan banyak perombakan kalori. Bahkan, kadang umbi berwarna kebiruan apabila kandungan HCNnya tinggi. Dan munculnya warna ini sangat mempengaruhi kualitas tepung.

Sumber :
Roja, Atman. 2009. Ubi Kayu : Varietas dan Teknologi Budidaya.
Leaflet Budidaya Ubi Kayu (Manihot esculenta crantz). Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Semarang Tahun 2011

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Silahkan memberi komentar yang membangun EmoticonEmoticon