Mengapa pupuk perlu di fermentasi?

10:38 PM

 

fermentasi pupuk cair secara an aerob
Pembuatan pupuk organik sangatlah mudah, hanya saja ketika dibiarkan terjadi secara alami akan membutuhkan waktu yang cukup lama, maka dilakukan proses fermentasi

Pupuk diperlukan tanaman sebagai faktor utama penyokong pertumbuhan tanaman, ibarat manusia yang memerlukan makan dengan kandungan gizi untuk mendukung pertumbuhan, demikian pula tanaman yang memerlukan makanan berupa unsur hara yang berasal dari pupuk. Semakin lengkap kandungan unsur hara pada pupuk maka pertumbuhan tanaman akan semakin baik, kandungan hara yang lengkap tersebut terdapat pada pupuk organik. Pupuk organik tersebut dapat berasal dari tumbuhan ataupun dari kotoran ternak/hewan yang telah mengalami proses dekomposisi atau diuraikan oleh mikroorganisme. Secara alami proses dekomposisi tersebut bisa berlangsung, jadi semisal ternak kita mengeluarkan kotoran dan kita diamkan saja tanpa melalui perlakuan-perlakuan untuk pengolahan menjadi pupuk, tetap saja akan mengalami proses dekomposisi dan otomatis menjadi pupuk. Proses tersebut terjadi secara alami, sama seperti ketika kita menyimpan buah/sayuran/daging jika sudah membusuk kita akan melihat adanya larva lalat, dan pada dasarnya proses pembusukan tersebut terjadi karena adanya mikro organisme, atau dalam penyebutannya adalah mikro organisme lokal. Kita bisa memperbanyak mikro organisme lokal dengan bahan-bahan seperti buah atau nasi basi yang kita diamkan untuk membusuk secara alami, jika sudah membusuk maka buah/nasi basi tersebut sudah kaya akan mikro organisme pengurai, dan bisa dipergunakan untuk menjadi starter menguraikan bahan organik lain termasuk kotoran ternak dan sisa tanaman menjadi pupuk tanaman. Untuk menghindari agar bahan-bahan tersebut tidak terdapat larva lalat maka ditempatkan pada wadah dan diberikan kain/ plastik untuk mencegah lalat bertelur pada bahan tersebut.

Pembuatan pupuk organik sangatlah mudah, hanya saja ketika dibiarkan terjadi secara alami akan membutuhkan waktu yang cukup lama, oleh karena itu pembuatan pupuk organik bisa memanfaatkan mikro organisme yang sebelumnya telah dikembangbiakkan, dengan semakin banyaknya mikroorganisme maka proses dekomposisi akan semakin cepat. Proses ini sering disebut dengan fermentasi. Ada beberapa tujuan dari dilakukannya proses fermentasi ini yaitu :

(1)  Menguraikan bahan-bahan organik yang terdapat pada kotoran ternak/ sisa tumbuhan menjadi unsur hara yang stabil dan mudah diserap oleh tanaman. Kotoran ternak yang belum di fermentasi memiliki pH dan suhu yang tinggi, ketika proses fermnetasi selesai maka pH akan menjadi netral dan suhunya akan sesuai dengan suhu ruangan, yang artinya sudah tidak ada aktivitas penguraian di bahan /kotoran tersebut. Pada sisa tanaman agar proses penguraian berlangsung dengan cepat maka harus di cacah terlebih dahulu, semakin lembut hasil cacahan maka prosesnya akan semakin cepat. Jika kotoran ternak langsung diberikan pada tanaman, kemungkinan besar tanaman akan mati, apalagi tanaman yang memliki akar dengan kandungan air yang tinggi misalnya pepaya, ketika terkena kotoran ternak pasti akan mengalami kelayuan, daun-daunnya akan menguning mulai dari daun terbawah hingga hanya mesyisakan daun atas, karena jika di bongkar pada akarnya akan menjadi busuk akibat masih berlangsungnya proses penguraian kotoran ternak secara alami, bahan-bahan organik di sekitar kotoran tersebut juga terkena dampak aktivitas mikroorganisme termasuk akar tanaman, sehingga akarnya menjadi busuk. Proses penguraian bisa memanfaatkan mikro organisme ataupun dengan bantuan nematoda dan hewan decomposer lain seperti luwing yang terlihat dengan mata telanjang, banyak alternatif yang dipergunakan sesuai dengan kondisi di lokasi, apabila kesulitan mencari produk mikro organisme pabrik seperti EM4, bisa diperoleh dengan menggunakan mikro organisme lokal ataupun nematoda/ cacing tanah.

(2) Menghancurkan gulma serta menghilangkan bibit penyakit. Pada pupuk kandang terkadang kotoran ternak masih terdapat sisa tanaman yang tidak tercerna dengan sempurna, misalkan biji-bijian yang memang memiliki daya tahan terhadap proses pencernaan ternak, dan biasanya pakan berasal dari gulma/ rerumputan yang berada di sekitar tanaman. Untuk amannya lebih baik menggunakan pakan yang memang dikhusukan ditanam untuk makanan ternak seperti rumput gajah/ rumput odot, selain nanti kotoran tidak akan tercemar oleh biji gulma juga mencegah ternak terkena cacingan. Pencemaran pupuk kandang oleh gulma juga terjadi jika sisa pakan jatuh ke lantai dan tertumpuk bersama dengan kotoran ternak, terutama pada sisa pakan yang perkembang biakannya menggunakan rhizoma dan batang. Melalui proses fermentasi gulma yang mencemari kotoran ternak bisa dibusukkan dan dihancurkan, karena suhu yang terjadi akibat proses fermentasi sangat panas, dan standarnya pada proses fermentasi pupuk kandang dilakukan pembalikan setiap seminggu sekali, agar panas merata dan gulma yang belum hancur bisa hancur karena perlakukan tersebut. Dengan suhu yang tinggi tersebut bibit penyakit yang terbawa dari sisa tanaman dan kotoran ternak bisa mati, sehingga pupuk yang dihasilkan benar-benar steril dari gulma dan bibit penyakit. Dengan demikian ketika diaplikasikan di lahan tidak akan mengganggu pertumbuhan tanaman budidaya.

(3) Menghilangkan bau busuk dari kotoran ternak. Pada beberapa peternakan seperti ayam petelur maupun pedaging, sapi, kambing dan puyuh, pada pakan ternak tersebut diberikan campuran mikro organisme pengurai, selain bertujuan untuk membantu dalam pencernaan hewan, juga bermanfaat untuk menghilangkan bau dari kotoran ternak. Bau tersebut berasal dari makanan yang tidak tercerna dengan sempurna dan terbuang bersama dengan kotoran. Melalui bentuan mikro organisme pengurai maka, sisa makanan yang tidak dapat tercerna tersebut bisa diuraikan dengan cepat sehingga tidak menghasilkan bau busuk. Penggunaan mikro organisme pengurai bisa dilakukan pada pakannya atau pada pengolahan kotoran ternak menjadi pupuk. Bahkan pada pembuatan pupuk cair yang berasal dari kotoran ternak atau urine ternak indikator utama bahwa pupuk sudah jadi adalah baunya yang wangi seperti bau tape, selain karena proses fermentasi juga berasal dari bau bahan pengaktif mikro organisme yaitu tetes tebu atau air gula yang memiliki bau harum.

(4) Mempercepat proses dekomposisi. Dengan penambahan mikro organisme pada proses fermentasi maka untuk merubah kotoran ternak menjadi pupuk akan berlangsung lebih cepat, biasanya proses ini berlangsung selama 3 minggu, bahkan mikro organisme tertentu dapat memproses kotoran ternak menjadi pupuk dalam waktu kurang dari 3 minggu. Secara alami proses penguraian tanpa menggunakan tambahan mikro organisme dan pembalikan media memerlukan waktu hingga 3-4 bulan. Dengan semakin cepatnya proses pembuatan pupuk maka tempat yang diperlukan untuk menampung kotoran ternak semakin sedikit, kotoran yang telah menjadi pupuk bisa di bawa ke lahan pertanian untuk diaplikasikan sebagai bahan penyubur tanah atau di jual.

(5) Memperkaya kandungan mikro organisme di dalam pupuk. Pertumbuhan tanaman tidak hanya dipengaruhi oleh kandungan unsur hara yang ada di pupuk, tetapi juga dipengaruhi oleh mikro organisme di dalam pupuk tersebut. Biasanya untuk meningkatkan kualitas pupuk organik yang dihasilkan, produsen pupuk akan menambahkan mikro organisme tertentu pada pupuk tersebut, misalkan disemproti dengan basilus s.p, atau diberikan tambahan tricoderma untuk mencegah serangan jamur patogen tanaman. Di dalam proses fermentasi mikroorganisme selain merombak bahan organik yang ada di kotoran ternak juga akan hidup di tanah dan menjaga kesuburan tanah, beberapa mikro organisme bahkan bersimbiosis dengan tanaman sehingga pertumbuhan tanaman semakin baik seperti Rhizobium yang menambat nitrogen dari udara, bakteri-bakteri Azotobacter sp., Azospirillum sp., dan Pseudomonas sp yang memacu pertumbuhan tanaman karena menghasilkan hormon pertumbuhan tanaman dan dapat melarutkan fosfat.

 

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Silahkan memberi komentar yang membangun EmoticonEmoticon