kedelai siap paanen |
BAB I
PENGENALAN VARIETAS UNGGUL KEDELAI
A.
Pengertian Varietas Unggul
1.
Varietas
Sekelompok
tanaman dari sutau jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman,
pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji dan ekspresi karakteristik
genotipe atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan dari jenis atau spesies
yang sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan dan apabila
diperbanyak tidak mengalami perubahan.
2.
Kultivar
Kultivar berasal dari bahasa Inggris cultivar (cultivated variety) atau varietas tanaman yang dibudidayakan. Dengan demikian istilah kultivar adalah sama dengan
istilah varietas.
3.
Varietas
lokal
Varietas yang telah ada dan dibudidayakan secara turun temurun oleh petani
serta menjadi milik masyarakat dan dikuasai Negara.
4.
Varietas
unggul
Galur hasil pemuliaan yang mempunyai satu atau lebih keunggulan khusus
seperti potensi hasil tinggi, tahan hama, penyakit, dan toleran terhadap cekaman lingkungan, mutu produk,
dan atau sifat-sifat lainnya, serta telah dilepas oleh pemerintah.
B.
Karakteristik Varietas Unggul
1. Botani
Kedudukan kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi)
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Devisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Polypetales
Famili : Leguminosa
Sub Famili : Papilionoideae
Genus : Glysin
Species : Glycine max (L)
Merill.
2. Morfologi
Susunan tubuh kedelai terdiri atas dua macam alat organ
utama yaitu vegetatife dan
generatif.
Organ vegetatif meliputi:
- akar
- batang
- daun
Organ generatif meliputi:
- bunga
- buah
- biji
Struktur
akar tanaman kedelai terdiri atas akar lembaga (radikula), akar tunggang (radix
primaria), dan akar cabang (radix
lateralis) berupa akar rambut. Akar kedelai memiliki kemampuan membentuk bitil akar
(nodul).
Bintil-bintil akar bentuknya bulat atau tidak beraturan yang
merupakan koloni dari bakteri Rhizobium japonicum. Bakteri ini bersimbiosis
dengan nitrogen bebas dari udara. Jumlah nitrogen yang dapat ditambat bakteri ini berkisar
40-70% dari seluruh nitrogen yang dibutuhkan tanaman.
Kedelai
berbatang semak yang dapat mencapai ketinggian antara 30 - 100 cm. Batang beruas-ruas dan memiliki
percabangan antara 3 -6 cabang.
Tipe pertumbuhan kedelai
dibedakan 3 macam, yaitu:
- Tipe determinate
- Tipe semi determinate
- Tipe indeterminate
Tipe determinate (Gambar. 1), memiliki ciri antara lain:
- Ujung batang tanaman hampir sama
besarnya
- Pembungaan serentak
- Tinggi tanaman termasuk kategori pendek
sampai sedang
- Daun
paling atas ukurannya samabesar dengan daun bagian tengah
Tipe indeterminate (Gambar.2), mempunyai ciri antara lain:
- Ujung tanaman lebih kecil dari ujung tengah
- Ruas batangnya panjang panjang, dan agak melilit
- Pembungaan berangsur-angsur dimulai dari bawah
- Pertumbuhan vegetatif terus menerus berlangsung
- Tinggi batang termasuk kategori sedang sampai tinggi
- Ukuran
daun paling atas lebih kecil dibandingkan dengan daun bagian tengah
Tipe semi-determinate mempunyai
ciri antara dua tipe diatas. Daun
kedelai mempunyai ciri antara lain helai daun (lamina) oval dan tata letaknya pada tangkai daun bersifat majemuk
berdaun tiga (trifoliatus).
C. Deskripsi Varietas Unggul
Penjelasan tertulis mengenai proses pemuliaan tanaman
sehingga dihasilkan suatu varietas tanaman baru yang mencakup asal-usul atau
silsilah, ciri-ciri morfologi dan sifat-sifat penting lainnya.
Sifat atau karakter merupakan penampilan dari gen yang
tampak pada suatu fenotipe (varietas kedelai). Terdapat dua macam sifat yaitu
sifat kualitatif dan sifat kuantitatif. Sifat kualitatif, merupakan sifat yang
mudah dibedakan dan dikendalikan oleh gen
sederhana. Contohnya adalah warna
hipokotil, warna bunga, warna bulu dan sebagainya. Sifat kuantitatif adalah
sifatnya berderajat dan umumnya tidak dikendalikan oleh gen sederhana.
Contohnya adalah tinggi tanaman, umur masak, hasil biji dan sebagainya.
Sifat yang mudah digunakan sebagai pembeda varietas adalah sifat
kualitatif. Adapun karakter
dan deskripsi beberapa varietas kedelai
dapat dilihat pada Tabel.1.
Tabel.1.
Karakter dan Diskrepsi Beberapa Varietas Kedelai
No.
|
Umur
hari
|
Karakter
|
Deskripsi
|
Contoh Varietas
|
1
|
12
|
Warna
hipokotil
|
Hijau
|
Panderman
|
Ungu
|
Kaba,
Sinabung
|
|||
2
|
12
|
Intens
antosianin hipokotil
|
Tidak
ada
|
-
|
Kecil
|
-
|
|||
Cukup
|
Argomulyo, Ijen
|
|||
Kuat
|
Dieng,
Tidar, Wilis
|
|||
Sangat
kuat
|
Rinjani,
Cikuray
|
|||
3
|
60
|
Batang
: tipe tumbuh
|
Determinate
|
Panderman,
Ijen
|
Semi-determinate
|
Menyapa.
Lawit
|
|||
Semi
– indeterminate
|
No
27
|
|||
Indeterminate
|
No
29
|
|||
4
|
60
|
Batang
: bentuk percab
|
Tegak
|
Panderman
|
Agak
tegak-tegak
|
Ijen
|
|||
Agak
tegak
|
Wilis,
Kaba
|
|||
Horisontal-agak
tegak
|
-
|
|||
Horisontal
|
-
|
|||
5
|
60
|
Batang : warna bulu batang
|
Putih
|
Anjasmoro
|
Coklat
muda
|
Wilis,
Ijen
|
|||
Coklat
tua
|
Rinjani
|
|||
6
|
75
|
Batang
: tinggi tanaman
|
Sangat
pendek
|
-
|
Pendek
|
Argomulyo
|
|||
Sedang
|
Argopuro
|
|||
Agak
tinggi
|
Wilis,
Anjasmoro
|
|||
Tinggi
|
Ratai,
Seulawah
|
|||
7
|
60
|
Daun
: tk cekungan daun
|
Datar
(tidak cekung)
|
Tanggamus
|
Agak
cekung
|
Ijen
|
|||
Cekung
|
Seulawah
|
|||
Agak
cembung
|
Orba,
Leuser
|
|||
Cembung
|
Anjasmoro,
Gumitir
|
|||
8
|
60
|
Daun
: bentuk
|
Lanseolat
(lancip)
|
Argopuro
|
Triangular
|
Krakatau
|
|||
Pointed
ovale
|
Sinabung,
Ijen
|
|||
Rounded
ovale (bulat)
|
Kawi,
Panderman
|
|||
9
|
60
|
Daun
: ukuran
|
Kecil
|
Dieng
|
Medium
|
Wilis,
Kaba
|
|||
Lebar
|
Anjasmoro
|
|||
10
|
60
|
Daun
: intensitas hijau daun
|
Hijau
muda
|
Petek,
Lompobatang
|
Hijau
|
Kaba,
Sinabung
|
|||
Hijau
tua
|
Rinjani,
Cikuray
|
|||
11
|
35
|
Bunga
: warna
|
Putih
|
Menyapa
|
Ungu
|
Wilis,
Kaba, Ijen
|
|||
12
|
75
|
Polong
: intensitas coklat
|
Kuning
|
Kerinci,
Burangrang
|
Coklat
muda
|
Anjasmoro
|
|||
Coklat
|
Kaba,
Sinabung
|
|||
Coklat
tua
|
Argomulyo
|
|||
13
|
85
|
Biji
: ukuran
|
Kecil
<10 biji="" g="" span="">10>
|
Krakatau,
Menyapa
|
Medium
|
Kaba,
Sinabung
|
|||
Besar
(>14 g/100 biji)
|
Panderman
|
|||
14
|
85
|
Biji
: bentuk
|
Spherical
|
Petek,
Kawi
|
Spherical
flattened
|
Orba,
Argopuro
|
|||
Elongated
|
Wilis,
Kaba, Ijen
|
|||
Elongated
flattened
|
Tidar
|
|||
15
|
85
|
Biji
: warna kulit biji
|
Kuning
muda
|
Argomulyo
|
Kuning
|
Burangrang
|
|||
Kuning
tua
|
-
|
|||
Kuning
hijau
|
Gumitir,
Ratai
|
|||
Hijau
kuning
|
Tidar,
Seulawah
|
|||
Coklat
muda
|
-
|
|||
Coklat
|
-
|
|||
Coklat
tua
|
-
|
|||
Hitam
|
Cikuray
|
|||
16
|
85
|
Biji
: perubahan kulit biji pada perlakuan peroksidase
|
Tidak
ada
|
-
|
Ada
|
-
|
|||
17
|
85
|
Biji
: kecerahan kulit biji
|
Tidak
mengkilap
|
Panderman
|
Mengkilap
|
Ijen
|
|||
18
|
85
|
Biji
: warna kotiledon
|
Putih
|
Kaba,
Panderman
|
Hijau
|
-
|
|||
19
|
85
|
Hilum
: warna
|
Putih
|
Cikuray
|
Kuning
|
-
|
|||
Coklat
muda
|
Anjasmoro
|
|||
Coklat
tua
|
Wilis,
Ijen
|
|||
Agak
hitam
|
-
|
|||
Hitam
|
-
|
|||
20
|
85
|
Hilum
: warna funicle
|
Sama
dengan kulit
|
-
|
Berbeda
dengan kulit
|
Kaba, Ijen
|
|||
21
|
23-40
|
Umur
berbunga 50%
|
Sangat
genjah (<25 hr="" span="">25>
|
-
|
Genjah
(25-30 hr)
|
Petek
|
|||
Medium
(31-35 hr)
|
Ijen,
Argopuro
|
|||
Dalam
(35-40 hr)
|
Slamet
|
|||
Sangat
dalam (>40 hr)
|
Menyapa
|
|||
22
|
70-90
|
Umur
masak
|
Sangat
genjah (<70 hr="" span="">70>
|
Petek,
Tidar
|
Genjah
(70-79hr)
|
Baluran
|
|||
Medium
(80-85 hr)
|
Ijen, Argopuro
|
|||
Dalam
(86-90)
|
Sibayak
|
|||
Sangat
dalam (>90 hr)
|
Ratai,
Seulawah
|
BAB II
BENIH BERMUTU
A.
Ciri-Ciri Benih Bermutu
Benih kedelai yang digunakan, pada dasarnya harus benih yang baik dan bermutu tinggi. Benih yang baik dan
bermutu tinggi akan menjamin pertanaman yang bagus dan hasil panen yang tinggi.
Dan ini dicerminkan oleh tingginya tingkat keseragaman biji, daya tumbuh dan
tingkat kemurnian.
Ciri-ciri benih bermutu yaitu sebagai berikut :
1)
Murni dan diketahui nama varietasnya
2)
Berdaya kecambah tinggi, >80%
3)
Vigor baik, pertumbuhan benih serentak, cepat dan
sehat
4)
Benih sehat, bernas, tidak keriput atau luka bekas
gigitan serangga (hama), bebas penyakit
5)
Bersih tanpa campuran benih lain
6)
Benih masih baru (< 6 bln)
7)
Kadar air 12
% - 13 %
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi mutu benih adalah :
1) Faktor bawaan
(kemurnian varietas)
2) Faktor
fisiologis dan fisik benih
a)
Tingkat kematangan benih.
b)
Benih harus dipanen dari tanaman yang sudah matang
benar.
c)
Tingkat kerusakan mekanis benih.
d)
Tingkat keusangan benih yaitu hubunan antara vigor
awal benih dengan lamanya benih simpan.
e)
Patogen pada benih, terutama soybean mosaic virus (SMV) serta
penyakit virus lainnya.
f)
Ukuran dan berat jenis benih
g)
Komposisi kimia benih
3) Faktor
lingkungan
a)
Musim tanam
b)
Kultur teknik
c)
Waktu panen
d)
Cara tanam
4) Faktor
perlakuan pasca panen
a)
Cara penimbunan serta lamanya penimbunan brangkasan
sebelum pengeringan dan pembijian
b)
Cara pengeringan
c)
Keseragaman dan kesehatan benih sebelum disimpan
d)
Cara pengepakan, khususnya volume dan jenis kemasan
e)
Suhu dan kelembaban tempat penyimpanan
f)
Lama, cara dan proses pengangkutan benih
B.
Klasifikasi Benih Bermutu
Untuk
mengetahui kelas-kelas benih supaya dapat memilih benih dengan tepat sesuai
dengan tujuan menanam kedelai, apakah untuk tujuan konsumsi atau produksi
benih, maka berdasarkan mutu genetik, benih kedelai
dikelompokkan menjadi 4 (empat) kelas benih kedelai, yaitu :
1) Benih Penjenis (BP) atau Breeder Seed (BS)
BP atau BS adalah benih yang diproduksi dibawah pengawasan pemulia tanaman dengan prosedur baku yang memenuhi sertifikasi mutu sehingga
tingkat kemurnian genetik terpelihara. Label
berwarna kuning.
2)
Benih Dasar (BD) atau Foundation Seed (FS)
BD atau FS adalah benih yang berasal dari Benih
Penjenis atau Benih Dasar, yang diproduksi di bawah bimbingan yang intensif dan
pengawasan yang ketat hingga kemurnian varietas terpelihara. Benih dasar diproduksi oleh produsen benih, seperti Balai Benih Induk (BBI), Balai Benih Utama (BBU),
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), perusahaan benih BUMN, swasta atau
penangkar profesional, dan pengendalian mutunya melalui sertifikasi oleh Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) atau Sistem Manajemen Mutu Benih. Benih dasar
digunakan untuk perbanyakan benih pokok. Label berwarna Putih
3)
Benih Pokok (BP) atau Stock Seed (SS)
BP atau SS adalah benih yang berasal dari keturunan Benih
Penjenis atau Benih dasar yang diproduksi lebih banyak dengan pengawasan yang
teliti sehingga mutu dan kemurniannya terpelihara. Benih pokok diproduksi oleh produsen atau penangkar
benih dan pengendalian mutunya melalui sertifikasi oleh BPSB atau Sistem
Manajemen Mutu Benih. Dibandingkan dengan benih padi dan jagung, harga benih
kedelai relatif murah dan proses produksinya relatif lebih sulit. Hal ini
menjadi salah satu penyebab tidak atau belum berkembangnya sistem penangkaran
benih kedelai. Label berwarna Merah
4)
Benih Sebar (BS) atau Extension Seed (ES)
BS atau ES adalah keturunan
benih penjenis, benih dasar atau benih pokok yang diproduksi secara baik dalam
jumlah yang banyak sehingga identitas dan tingkat kemurnian varietasnya
terpelihara. Benih Sebar adalah benih yang siap untuk ditanam oleh petani
produsen. Label berwarna Biru
BAB III
DAYA
ADAPTASI VARIETAS UNGGUL SESUAI AGROEKOSISTEM
A.
Memilih Varietas sesuai dengan Agroekosistem
Budidaya kedelai di Indonesia sangat beragam, karena
faktor musim tanam, jenis tanah, pola tanam, elevasi dan sebagainya. Pada lahan
sawah, umumnya kedelai dibudidayakan pada MK1 (Februari – Mei) dan MK2 (Juli –
Oktober). Di lahan kering, kedelai dibudidayakan pada MH1 (Desember – Maret)
dan MH2 (April – Juli).
Pilihlah varietas kedelai sesuai dengan agroekosistem dan
permintaan pasar, berupa biji besar, sedang atau kecil; kedelai kuning atau
hitam; atau sesuai peruntukannya (untuk bahan baku pembuatan tahu, tempe, kecap
atau kecambah) dan sebagainya.
B. Adaptasi
Beberapa Varietas Unggul Kedelai
1. Varietas
adaptif lahan sawah dan lahan kering terbaru :
Beberapa varietas unggul
adaptif untuk lahan sawah dan lahan kering terbaru tertuang pada Tabel.2.
Tabel. 2. Varietas Adaptif Lahan Sawah dan Lahan Kering Terbaru
Nama varietas
|
Tahun
dilepas
|
Umur
(hari)
|
Ukuran
biji
(g/100
biji)
|
Sifat
lain
|
Kaba
|
2001
|
85
|
Sedang
(10,4)
|
PTMP
|
Sinabung
|
2001
|
88
|
Sedang
(10,7)
|
TR
|
Anjasmoro
|
2001
|
85
|
Besar
(15,0)
|
TR
|
Mahameru
|
2001
|
85
|
Besar
(16,0)
|
TR
|
Baluran
|
2002
|
80
|
Besar
(16,0)
|
-
|
Merubetiri
|
2002
|
95
|
Besar
(13,5)
|
-
|
Ijen
|
2003
|
88
|
Sedang
(11,2)
|
ATUG
|
Panderman
|
2003
|
85
|
Besar
(18,5)
|
ATUG
|
Gumitir
|
2005
|
81
|
Besar
(15,7)
|
RUG
CMMV
|
Argopuro
|
2005
|
84
|
Besar
(17,8)
|
RCMMV
|
Lokal Grobogan
|
2008
|
74
|
Besar
(17.0)
|
-
|
Gepak Kuning
|
2008
|
73
|
Kecil
(8.25)
|
TK
|
Gepak Ijo
|
2008
|
76
|
Kecil
(6.82)
|
TK
|
TR=Tahan rebah, PTMP=Polong tidak mudah pecah, ATUG=Agak tahan ulat grayak, RUGCMMV=Rentan ulat grayak dan
cowpea mild mottle virus, RCMMV=Rentan Cowpea mild mottle virus, TK=Toleran
kekeringan
2. Adaptasi
terhadap Musim Tanam (Musim Penghujan dan Kemarau)
Tabel. 3. Varietas
Adaptasi terhadap Musim Tanam (Musim Penghujan
dan Kemarau)
NO
|
Varietas
|
Tahun Pelepasan
|
Kisaran Hasil
(t/ha)
|
Bobot 100 Biji (gram)
|
Umur Panen (hr)
|
1
|
Wilis
|
1983
|
1,5 – 2,5
|
10
|
88
|
2
|
Kerinci
|
1985
|
1,5 – 2,5
|
9
|
87
|
3
|
Raung
|
1986
|
1,5 – 2,5
|
13
|
85
|
4
|
Rinjani
|
1989
|
1,5 – 2,5
|
10
|
88
|
5
|
Tambora
|
1989
|
1,5 – 2,0
|
14
|
86
|
6
|
Lompobatang
|
1999
|
1,5 – 2,5
|
10
|
87
|
7
|
Jayawijaya
|
1991
|
1,2 – 2,0
|
9
|
85
|
8
|
Krakatau
|
1992
|
1,6 – 2,7
|
8
|
84
|
9
|
Tampomas
|
1992
|
1,2 – 2,5
|
11
|
85
|
10
|
Cikuray
|
1992
|
1,4 – 2,2
|
12
|
85
|
11
|
Singgalang
|
1992
|
1,5 – 2,0
|
10
|
85
|
12
|
Parangargo
|
1995
|
1,7 – 2,2
|
10
|
88
|
13
|
Argomulyo
|
1998
|
1,5 – 2,0
|
20
|
82
|
14
|
Bromo
|
1998
|
1,5 – 2,5
|
16
|
85
|
15
|
Burangrang
|
1999
|
1,5 – 2,5
|
21
|
81
|
3. Varietas
adaptif terhadap keharaan pada lahan kering masam
Tabel
4. Varietas Adaptif
Terhadap Keharaan
pada Lahan Kering Masam
Nama varietas
|
Tahun
dilepas
|
Umur
(hari)
|
Ukuran
biji
(g/100
biji)
|
Sifat
lain
|
Tanggamus
|
2001
|
88
|
Sedang (11,0)
|
Toleran
|
Sibayak
|
2001
|
89
|
Sedang (12,5)
|
-
|
Nanti
|
2001
|
92
|
Sedang (11,5)
|
Toleran
|
Ratai
|
2004
|
90
|
Sedang (10,5)
|
Toleran
|
Seulawah
|
2004
|
93
|
Kecil (9,5)
|
Toleran
|
Rajabasa
|
2004
|
84
|
Besar
(15,0)
|
Karat
|
4. Varietas kedelai
adaptif terhadap keharaan pada lahan pasang surut.
Tabel
5. Varietas Kedelai Adaptif Terhadap Keharaan pada Lahan Pasang Surut
Nama varietas
|
Tahun
dilepas
|
Umur
(hari)
|
Ukuran
biji
(g/100
biji)
|
Adaptasi
|
Lawit
|
2001
|
84
|
Sedang (10,5)
|
Tipe B & C
|
Menyapa
|
2001
|
85
|
Kecil (9,1)
|
Tipe B & C
|
5. Varietas
kedelai hitam terbaru.
Tabel 6. Varietas Kedelai Hitam Terbaru
Nama varietas
|
Tahun
dilepas
|
Umur
(hari)
|
Ukuran
biji
(g/100
biji)
|
Sifat
lain
|
Mallika
|
2007
|
88
|
Sedang (11,0)
|
-
|
Detam-1
|
2008
|
89
|
Besar (12,5)
|
Protein
tinggi, biji besar
|
Detam-2
|
2008
|
92
|
Besar (11,5)
|
Protein
tinggi, tol. kekeringan
|
6. Varietas
kedelai berkarakter spesifik.
Tabel 7.
Varietas Kedelai Berkarakter Spesifik
Nama varietas
|
Tahun
dilepas
|
Umur
(hari)
|
Ukuran
biji
(g/100
biji)
|
Adaptasi
|
Pangrango
|
1995
|
88
|
Sedang (10,0)
|
Toleran
penaungan
|
Gumitir
|
2005
|
81
|
Besar
(15,7)
|
Sesuai tahu dan tempe
|
Argopuro
|
2005
|
84
|
Besar
(17,8)
|
Kadar
lemak tinggi
|
Gepak Ijo
|
2008
|
73
|
Kecil
(8.25)
|
Sesuai untuk tahu dan taoge
|
Gepak Kuning
|
2008
|
76
|
Kecil
(6.82)
|
Sesuai
untuk tahu
|
BAB IV
KEBUTUHAN DAN PERLAKUAN BENIH
A.
Menghitung Kebutuhan Benih
Untuk memperkirakan kebutuhan
benih kedelai per Ha dapat dihitung berdasarkan jarak tanam dan besar biji
varietas kedelai yang akan ditanam. Perkiraan keperluan benih per Ha dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
Indikator Menghitung Kebutuhan
Benih
1)
Prosentase Daya Tumbuh Benih ( % )
2)
Bobot Biji per 100 butir atau 1.000 butir (gram )
3)
Jumlah Biji per lobang tanam
4)
Jarak tanam
1)
Cara menghitung prosentase daya tumbuh
t
P
= ----
X 100 %
b
P
= Prosentase Daya Tumbuh
t
= Jumlah benih yang tumbuh/berkecambah
b
= Jumlah benih yang dikecambahkan
2)
Cara menghitung Kebutuhan Benih (I)
a.
Rumus 1.
100
100 100
B
= 10.000 X ------ X ------ X
----- X s X
t X 1 gram
p q
r
B = benih yang diperlukan
p = jarak antar baris (cm)
q = jarak rumpun dalam barisan
r = daya tumbuh benih (angka persentase )
s = bobot per 100 biji (gram)
t =
jumlah tanaman per rumpun
b.
Rumus 2
L S
B =
-------------- X ----------- X r
X n
d1d2
1.000
B = Kebutuhan benih
L = Luas areal
d1 = jarak rumpun dalam barisan
d2 = jarak tanam antar barisan
S = bobot per 1.000 butir (gram)
r = daya tumbuh benih (angka persentase)
n = jumlah biji per lobang tanam
B. Macam dan Cara Perlakuan Benih
1. Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan
perlakuan benih (Seed Treatment) adalah:
1) Melindungi benih dari serangan
hama tanah
2) Mengendalikan serangan hama lalat
bibit (Ophiomya phaseoli)
2. Macam Perlakuan Benih Kedelai
(Seed Treatment)
a). Menggunakan Inokulum Rhizobium
Ø Legin
Ø Rhizogin
Ø Rhizoplus
Ø Tanah bekas
penanaman kedelai
b). Menggunakan Carbosulfan
Ø Marshal 25 ST
c). Menggunakan Fipronil
Ø Regent
3. Cara perlakuan Benih Kedelai (Seed Treatment)
a). Inokulasi Rhizobium
Ø Untuk lahan
yang sama sekali belum dilakukan
penanaman kedelai
Ø Legin 30
gram/10 kg benih, Rhizogin 37,5 gram/10 kg benih atau menggunakan Rhizoplus 20
gr/kg benih
Ø Basahi benih
dengan air bersih sebelum Inokulan dicampur dengan benih
Ø Pencampuran
benih dilakukan secara bertahap agar benih yang telah diinokulasi segera habis
tertanam
Ø Benih dikering
anginkan dan hindari sinar matahari langsung
Ø Benih harus
tertanam jangan melebih dari 6 jam
b). Inokulasi dengan Tanah bekas
penanaman
Ø Untuk lahan
yang sama sekali belum dilakukan
penanaman kedelai
Ø 2 – 3 kg
tanah/10 kg benih kedelai
Ø Basahi benih
dengan air bersih sebelum Inokulan dicampur dengan benih
Ø Pencampuran
benih dilakukan secara bertahap agar benih yang telah diinokulasi segera habis
tertanam.
c). Inokulasi
Pupuk Mikroba
Ø
3 g/kg benih (1 bungkus Pupuk mikroba untuk 8 – 10
kg/benih
Ø
Basahi benih dengan air bersih sebelum Inokulan
dicampur dengan benih
Ø
Pencampuran benih dilakukan secara bertahap agar
benih yang telah diinokulasi segera habis tertanam
Ø
Lubang tanam ditutup segera setelah tanam agar tidak
terkena sinar matahari dan tidak boleh menggunakan pestisida.
d). Perlakuan dengan insektisida
Ø Carbosulfan (10
gram Marshal 25 T/kg benih) atau fipronil (10 cc Regent/kg
benih) untuk mengendalikan lalat bibit (Ophiomya
phaseoli)
Ø Basahi benih
dengan air bersih sebelum inokulan dicampur dengan benih
Ø Pencampuran
benih dilakukan secara bertahap agar benih yang telah diinokulasi segera habis
tertanam.
Silahkan memberi komentar yang membangun EmoticonEmoticon