"Parameter kualitas air seperti oksigen, pH, suhu, kandungan nutrisi, nitrogen, dan karbon yang sesuai sangatlah dibutuhkan untuk mendukung kelangsungan hidup cacing sutra"
Budidaya merupakan suatu
upaya untuk meningkatkan produktivitas melalui kegiatan-kegiatan yang intensif
dan terkontrol sehingga cacing sutra bisa mencapai potensi maksimalnya. Kegiatan
budidaya ini tetap mengacu pada kondisi alamiah kehidupan cacing sutra di alam,
hanya saja ketika dibudidayakan semua media maupun pakan akan lebih terkontrol
daripada ketika cacing sutra hidup di alam. Misalkan pakan yang digunakan
adalah ampas tahu dengan kandungan proteian yang tinggi dan terlebih dahulu
dilakukan fermentasi, pemberiannya juga selalu kontinyu, yang menjadikan pakan
bukan faktor penghambat dalam budidaya cacing sutra.
Tidak hanya mengenai pakan,
hal yang tidak kalah pentingnya adalah media hidup cacing sutra. Kualitas media
hidup, yaitu substrat atau media lumpur organik, bagi cacing sutra sangatlah
dibutuhkan agar kondisi media budidaya yang akan digunakan sesuai dengan
kondisi di alam. Parameter kualitas air seperti oksigen, pH, suhu, kandungan
nutrisi, nitrogen, dan karbon yang sesuai sangatlah dibutuhkan untuk mendukung
kelangsungan hidup cacing sutra. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam budi daya cacing sutra :
1.
Kadar amonia air
Semakin tinggi kadar amonia, maka kelimpahan cacing
sutra semakin rendah. Meningkatnya kadar amonia hingga 0,29—0,96 mg/l diikuti
dengan menurunnya kelimpahan cacing sutra. Kadar amonia yang masih bisa
ditolerir oleh cacing ini adalah kurang dari 3,6 ppm. Kadar amonia yang berada
di bawah 3,6 ppm bisa dicapai jika kondisi air selalu bergerak mengalir secara
lancar di seluruh permukaan media budi daya cacing sutra. Pastikan juga aliran
air tersebut menutupi seluruh permukaan media budidaya, jangan sampai ada media
atau substrat budi daya yang kekeringan akibat tidak dialiri air. Media yang
kekeringan, bisa menyebabkan cacing sutra akan sulit berkembang.
Kadar amonia juga dipengaruhi oleh adanya pembusukan
pakan cacing yang berlebihan, oleh karena itu dalam pemberian pakan harus
selalu dikontrol, jang sampai pakan mengendap cukup lama karena kelebihan dan
menyebabkan kandungan amonia di air meningkat. Perlu diperhatikan untuk pakan
cacing sutra jangan memberikan yang belum lumat, pakan yang tidak dilumatkan
kemudian dilakukan proses fermentasi akan menyebabkan cacing sutra enggan untuk
memakannya dan bisa menyebabkan kanduangan amonia air meningkat. Pakan yang tidak
habis sebaiknya diambil dan diganti dengan baru dengan jumlah pemberian
dikurangi. Jika air mulai keruh dan berbau tidak sedap/busik segera ganti
dengan air yang baru dan lakukan pengurasan bak tampungan air.
2.
Suhu
Suhu ideal bagi budidaya cacing sutra adalah berkisar
antara 250C sampai 280C. Untuk mendapatkan kisaran suhu
sekitar 25—280 C, di beberapa daerah beriklim tropis, sebaiknya proses budidaya
cacing sutra menggunakan penutup berupa paranet dengan kisaran cahaya yang
masuk ke media budi daya berkisar 40—60%. Jika intensitas cahayanya terlalu
besar (cahaya matahari langsung terkena media tanpa adanya pembatas), media
budidaya mudah berlumut dan tumbuh jamur pada bagian atasnya. Lumut dan jamur
akan mengganggu perkembangan cacing sutra bahkan bisa menurunkan kadar oksigen
terlarut dan pH air. Karena itu, keberadaan paranet yang dikombinasikan dengan
plastik UV sangat diperlukan dalam budidaya cacing sutra ini. Proses budi daya
cacing sutra bisa dilakukan di dalam ruangan. Namun, posisi ruangannya jangan
terlalu rapat dan gunakan pintu atau jendela untuk menyiasati ketika siang hari
agar ada sirkulasi udara yang keluar masuk. Apabila tertutup rapat, suhu
ruangan pada siang hari bisa terlalu pengap atau panas yang mengakibatkan
pertumbuhan cacing sutra kurang optimal. Penerapan sistem indoor membuat
pembudidaya mudah dalam pengontrolan suhu, jika suhu terlalu dingin, tutup jendela.
3.
Kadar oksigen
Cacing sutra bisa hidup di perairan yang berkadar
oksigen rendah. Bahkan, beberapa jenis dapat bertahan dalam kondisi tanpa
oksigen untuk jangka waktu yang pendek. Cacing sutra dapat mengeluarkan bagian
posteriornya dari tabung untuk mendapatkan oksigen lebih banyak ketika
kandungan oksigen dalam air sangat sedikit. Secara umum, konsentrasi oksigen
yang lebih rendah membuat gerakan bagian ekor cacing sutra semakin giat untuk
melambai menghasilkan aerasi. Namun, jika kadar oksigen mulai nol, pergerakan
cacing sutra menjadi diam.
Pada masa embrio dan masa pemeliharaan, cacing sutra membutuhkan oksigen berkisar 2 ppm. Kandungan rendah
atau kurang dari 2 ppm, bisa menghambat aktivitas makan dan reproduksinya.
Untuk itu, dalam pemeliharaan cacing sutra keberadaan tetesan air atau air yang
mengalir diperlukan. Fungsinya untuk menambah atau mempertahankan kadar oksigen
terlarut di kisaran optimum.
Lebih baik lagi jika ditambahkan aerator pada kolam
penampungan air, kegunaannya untuk meningkatkan oksigen yang terlarut sebelum
air tersebut disalurkan ke media tumbuh cacing. Perlu diperhatikan juga untuk
selalu melakukan pengecekan instalasi, karena biasanya lubang untuk keluar air
tersumbat oleh kotoran. Jika aliran airnya terganggu maka bisa berakibat menurunnya
kandungan oksigen dalam air.pemberian pakan fermentasi ampas tahu
4.
pH air
Cacing sutra sangat cocok berkembang pada kisaran pH
5,5—8,0. Untuk mendapatkan kisaran pH yang ideal tersebut, pembudidaya bisa
melakukan fermentasi pada proses pembuatan pakan dan media awal budi daya
cacing sutra. Proses fermentasi bisa membuat pH stabil di bawah 7. Proses
fermentasi juga bisa meningkatkan kadar protein pada bahan-bahan yang akan
digunakan pada pembuatan media awal maupun untuk pakan dan pemupukan.
Selain itu, proses fermentasi juga bisa meningkatkan
nilai gizi bahan pakan yang sebagian besar merupakan limbah yang tidak
terpakai. Sebagai contoh, proses fermentasi ampas tahu dengan ragi dan
probiotik, akan mengubah protein menjadi asam amino, sehingga secara tidak
langsung akan menurunkan kadar serat kasar ampas tahu. Kondisi bahan yang sudah
difermentasikan mempermudah cacing sutra untuk mengonsumsinya.
Selain dari pakan pH juga ditentukan oleh air yang
digunakan untuk budidaya, biasanya air dari sumur memiliki pH lebih netral dari
pada air dari PAM, perlu dicek juga kandungan kaporit dalam air yang akan
digunakan untuk budidaya, jia ada kandungan kaporitnya maka ganti dengan sumber
mata air lain yang lebih aman, karena kaporit akan membunuh bakteri pengurai
pada pakan cacing sutra dan bisa juga membunuh cacing sutra yang dibudidayakan.
Jika pH air budidaya asam, maka bisa dilakukan
pengapuran yang dimasukkan ke dalam kaus kaki atau karung hingga pH air nrtral
baru kapur diambil. Jika pH air tinggi, untuk penurunannya bisa menggunakan
larutan cuka untuk makanan.
Silahkan memberi komentar yang membangun EmoticonEmoticon