Apa Sih Ketahanan Pangan Itu???
Aku dulu pernah mengikuti seminar nasional tentang ketahanan pangan yang diselenggarakan oleh GAMAKOMTA (Keluarga Mahasiswa Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian) Fakultas Pertanian UNS pada tanggal 7 April 2007. Sebenarnya ketahanan pangan itu apa sih??ini merupakan ringkasan dari seminar tersebut.
Pangan merupakan kebutuhan mendasar dan hak asasi manusia, sehingga pangan memang perlu mendapat perhatian karena pangan juga akan mempengaruhi ketahanan nasional.
KETAHANAN PANGAN : Kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutu, aman, merata dengan harga terjangkau. Ketahanan pangan itu sendiri dipengaruhi oleh tiga hal :
1. Diversifikasi pangan (keanekaragaman pangan)
2. Produksi pangan
3. Ketersediaan pangan
Jika ketiga hal tersebut terpenuhi maka akan terjadi suatu ketahanan pangan, sedang ketahanan pangan itu sendiri nantinya akan mempengaruhi Konsusmsi pangan (keamanan dan mutu pangan) dan Distribusi pangan (merata dengan harga terjangkau).
Ketika pangan bagi masyarakat tidak dapat dipenuhi oleh pemerintah, seperti disebutkan diatas maka akan terjadi isu-isu politik yang mempengaruhi ketahanan nasional.
Tiga Keadaan Dimana Komodite Pangan Dapat Menjadi Isue Politik (Roejito, 1987):
1. Keinginan pemerintah meningkatkan pendapatan petani di satu pihak dan menyediakan pangan dengan harga yang terjangkau masyarakat di pihak lain. Usaha untuk menekan harga ini yang biasanya lebih mempengruhi pemerintah untuk bertindak karena secara politis hal ini lebih menguntungkan.
2. Rakyat yang kekurangan pangan merupakan sumber keresahan sosial. Keresahan mereka dapat mengalihkan kekuatan politik kepada golongan yang tidak pro pemerintah. Secara tidak langsung adanya rakyat yang lapar dapat memberikan rangsangan timbulnya gerakan politik yang menentang segala kebijakan yang sedang dilaksanakan pemerintah.
3. Impor bahan pangan merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Impor bahan pangan ini akan sangat mudah menjadi sumber isue politik mengingat Indonesia mempunyai potensi pertanian sebagai sumber bahan pangan yang sangat tinggi.
Melihat lebih jauh potensi pertanian Indonesia, sebenarnya potensi yang dimiliki sangat besar tetapi mengapa masih banyak petani yang masuk golongan miskin??
Faktor Keterbatasan Petani ini antara lain:
1. Sebagian petani miskin karena memang tidak memiliki faktor produktif apapun kecuali tenaga kerjanya (they are poor becouse they are poor)
2. Luas lahan petani sempit dan mendapat tekanan untuk terus terkonversi
3. Terbatasnya akses terhadap dukungan layanan pembiayaan
4. Tidak adanya atau terbatasnya akses terhadap informasi dan teknologi yang lebih baik
5. Infrastruktur produksi (air, listrik, jalan, telekomunikasi) yang tidak memadai
6. Struktur pasar yang tidak adil dan eksploitatif akibat posisi rebut-tawar (bargaining position) yang sangat lemah
7. Ketidak-mampuan, kelemahan, atau ketidak-tahuan petani sendiri.
Selain tiga hal yang mempengaruhi ketahanan pangan (diversifikasi, produksi pangan, dan ketersediaan pangan), ketahanan juga terancam jika petani banyak yang tidak sejahtera..
Sebuah Refleksi :
• Petani dalam kondisi yang kurang beruntung, meskipun mereka sejak lama menyadarinya tetapi tidak bisa berbuat banyak, petani sudah terlanjur terkondisikan dalam sebuah lingkaran ”mekanisme dan kebiasaan” yang kurang mendukung kondisi petani.
• Tetapi meskipun demikian petani tetaplah petani yang bekerja atas dasar pilihan dan panggilan hidupnya. Sudah sepantasnya petani kita mendapat sebuah pengakuan bahwa mereka telah berkontribusi akan kelangsungan bangsa ini.
Mengapa diversifikasi mempengaruhi ketahanan pangan??
Kebijakan yang bias beras menyebabkan komodite lain terlupakan bahkan produksi beras juga menurun.
Beberapa Persoalan Perberasan Nasional
(Soekartawi, 2006) yaitu:
1. Masalah fluktuasi harga, yaitu adanya jurang perbedaan (gap) antara harga dasar pembelian gabah pemerintah dengan harga yang ada di tingkat petani yang berpotensi munculnya fluktuasi harga gabah
2. Masalah terjadinya impor beras yang bersamaan (atau hampir bersamaan) dengan saat panen raya
3. Masalah yang berkaitan dengan kebijakan tarif, kredit dan sistim cadangan beras
4. Adanya selundupan beras yang hampir tiap tahun terjadi .
Ketergantungan pada beras yang tinggi menimbulkan banyak persoalan.. Rata-rata Konsumsi Beras Mencapai 130 kg/kapita/tahun Tertinggi Di Dunia. Jepang 60 kg/kapita/tahun
Permasalahan Strategis Pada Konsumsi Pangan:
1. Jumlah penduduk yang cukup besar sekitar 214 juta jiwa membutuhkan konsumsi sekitar 28,56 juta ton beras. Dengan penduduk yang terus bertambah, beban permintaan beras untuk untuk memenuhi permintaan yang terus me-ningkat akan menambah beran, terutama keterbatasan sumber daya alam sebagai basis produksi.
2. Kebijakan pengembangan pangan yang terfokus pada beras, telah menurunkan penggalian dan pemanfaatan potensi sumber-sumber pangan karbohidrat lain, dan mempengaruhi lambatnya pengembangan usaha pe-nyediaan bahan pangan sumber protein (antara lain: serealia, daging, telur, susu ), dan sumber zat gizi mikro (seperti: sayuran dan buah-buahan).
3. Penerapan teknologi pengolahan pangan lokal dan teknologi produksi di masyarakat tidak mampu mengimbangi pangan olahan asal impor yang membanjiri pasar. Perilaku konsumsi masyarakat terhadap pangan impor tersebut diperkirakan cenderung meningkat, terutama di perkotaan.
4. Masyarakat di beberapa daerah tertentu masih mengalami kerawanan pangan secara berulang (kronis) pada musim paceklik, demikian pula kerawanan pangan mendadak (transien) di daerah yang terkena bencana. Kerawanan kronis disebabkan keterbatasan kemampuan produksi dan rendahnya pendapatan masyarakat pada daerah–daerah tertentu
5. Pola konsumsi pangan dari segi sosial budaya, mencakup informasi, pengetahuan, dan kebiasaan yang dipengaruhi oleh nilai dan norma kelembagaan maupun budaya lokal yang spesifik, dan yang dari segi ekonomi mencakup sistem perdagangan yang kurang jujur dan bertanggung jawab, serta tingkat pendapatan dan harga.
PERMASALAHAN PEMBANGUNAN PERTANIAN KEDEPAN:
1. Keterbatasan dan Penurunan Kapasitas Sumberdaya Pertanian,
2. Sistem Alih Teknologi Masih Lemah dan Kurang Tepat Sasaran,
3. Keterbatasan Akses Terhadap Layanan Usaha Terutama Permodalan,
4. Rantai Tataniaga yang Panjang dan Sistem Pemasaran yang Belum Adil,
5. Kualitas, Mentalitas, dan Keterampilan Sumberdaya Petani Rendah,
6. Kelembagaan Petani dan Posisi Tawar Petani Rendah,
7. Lemahnya Koordinasi Antar Lembaga Terkait Dan Birokrasi,
8. Kebijakan Makro Ekonomi yang Belum Berpihak Kepada Petani.
9. Kemiskinan serta Kerawanan Pangan dan Gizi Buruk
Masih banyaknya penduduk miskin yang umumnya tinggal si perdesaan dan bermatapencaharian sebagai petani (data diolah dari data BPS):
Penduduk miskin tahun 2004: 36,1 juta (16,67%)
Penduduk miskin tahun 2005: 41,12 juta (19,00%) (Bappenas, April 2006)
Penduduk miskin tahun 2006: 39,05 juta (17,75%), Maret 2006
Rentan Terhadap Rawan Pangan
Penduduk yang sangat rawan pangan tahun 2004 sekitar 1,56 juta jiwa (0,71%)
Penduduk yang sangat rawan pangan tahun 2005 sekitar 5,11 juta jiwa (2,32%)
Balita gizi buruk dan gizi kurang tahun 2004 : 3,81 juta (19,4%) (Depkes, 2005)
Jika dibandingkan dengan kondisi di dunia, maka kasus kerawanan pangan di Indonesia masih tergolong rendagh (low).
Pangan merupakan kebutuhan mendasar dan hak asasi manusia, sehingga pangan memang perlu mendapat perhatian karena pangan juga akan mempengaruhi ketahanan nasional.
KETAHANAN PANGAN : Kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutu, aman, merata dengan harga terjangkau. Ketahanan pangan itu sendiri dipengaruhi oleh tiga hal :
1. Diversifikasi pangan (keanekaragaman pangan)
2. Produksi pangan
3. Ketersediaan pangan
Jika ketiga hal tersebut terpenuhi maka akan terjadi suatu ketahanan pangan, sedang ketahanan pangan itu sendiri nantinya akan mempengaruhi Konsusmsi pangan (keamanan dan mutu pangan) dan Distribusi pangan (merata dengan harga terjangkau).
Ketika pangan bagi masyarakat tidak dapat dipenuhi oleh pemerintah, seperti disebutkan diatas maka akan terjadi isu-isu politik yang mempengaruhi ketahanan nasional.
Tiga Keadaan Dimana Komodite Pangan Dapat Menjadi Isue Politik (Roejito, 1987):
1. Keinginan pemerintah meningkatkan pendapatan petani di satu pihak dan menyediakan pangan dengan harga yang terjangkau masyarakat di pihak lain. Usaha untuk menekan harga ini yang biasanya lebih mempengruhi pemerintah untuk bertindak karena secara politis hal ini lebih menguntungkan.
2. Rakyat yang kekurangan pangan merupakan sumber keresahan sosial. Keresahan mereka dapat mengalihkan kekuatan politik kepada golongan yang tidak pro pemerintah. Secara tidak langsung adanya rakyat yang lapar dapat memberikan rangsangan timbulnya gerakan politik yang menentang segala kebijakan yang sedang dilaksanakan pemerintah.
3. Impor bahan pangan merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Impor bahan pangan ini akan sangat mudah menjadi sumber isue politik mengingat Indonesia mempunyai potensi pertanian sebagai sumber bahan pangan yang sangat tinggi.
Melihat lebih jauh potensi pertanian Indonesia, sebenarnya potensi yang dimiliki sangat besar tetapi mengapa masih banyak petani yang masuk golongan miskin??
Faktor Keterbatasan Petani ini antara lain:
1. Sebagian petani miskin karena memang tidak memiliki faktor produktif apapun kecuali tenaga kerjanya (they are poor becouse they are poor)
2. Luas lahan petani sempit dan mendapat tekanan untuk terus terkonversi
3. Terbatasnya akses terhadap dukungan layanan pembiayaan
4. Tidak adanya atau terbatasnya akses terhadap informasi dan teknologi yang lebih baik
5. Infrastruktur produksi (air, listrik, jalan, telekomunikasi) yang tidak memadai
6. Struktur pasar yang tidak adil dan eksploitatif akibat posisi rebut-tawar (bargaining position) yang sangat lemah
7. Ketidak-mampuan, kelemahan, atau ketidak-tahuan petani sendiri.
Selain tiga hal yang mempengaruhi ketahanan pangan (diversifikasi, produksi pangan, dan ketersediaan pangan), ketahanan juga terancam jika petani banyak yang tidak sejahtera..
Sebuah Refleksi :
• Petani dalam kondisi yang kurang beruntung, meskipun mereka sejak lama menyadarinya tetapi tidak bisa berbuat banyak, petani sudah terlanjur terkondisikan dalam sebuah lingkaran ”mekanisme dan kebiasaan” yang kurang mendukung kondisi petani.
• Tetapi meskipun demikian petani tetaplah petani yang bekerja atas dasar pilihan dan panggilan hidupnya. Sudah sepantasnya petani kita mendapat sebuah pengakuan bahwa mereka telah berkontribusi akan kelangsungan bangsa ini.
Mengapa diversifikasi mempengaruhi ketahanan pangan??
Kebijakan yang bias beras menyebabkan komodite lain terlupakan bahkan produksi beras juga menurun.
Beberapa Persoalan Perberasan Nasional
(Soekartawi, 2006) yaitu:
1. Masalah fluktuasi harga, yaitu adanya jurang perbedaan (gap) antara harga dasar pembelian gabah pemerintah dengan harga yang ada di tingkat petani yang berpotensi munculnya fluktuasi harga gabah
2. Masalah terjadinya impor beras yang bersamaan (atau hampir bersamaan) dengan saat panen raya
3. Masalah yang berkaitan dengan kebijakan tarif, kredit dan sistim cadangan beras
4. Adanya selundupan beras yang hampir tiap tahun terjadi .
Ketergantungan pada beras yang tinggi menimbulkan banyak persoalan.. Rata-rata Konsumsi Beras Mencapai 130 kg/kapita/tahun Tertinggi Di Dunia. Jepang 60 kg/kapita/tahun
Permasalahan Strategis Pada Konsumsi Pangan:
1. Jumlah penduduk yang cukup besar sekitar 214 juta jiwa membutuhkan konsumsi sekitar 28,56 juta ton beras. Dengan penduduk yang terus bertambah, beban permintaan beras untuk untuk memenuhi permintaan yang terus me-ningkat akan menambah beran, terutama keterbatasan sumber daya alam sebagai basis produksi.
2. Kebijakan pengembangan pangan yang terfokus pada beras, telah menurunkan penggalian dan pemanfaatan potensi sumber-sumber pangan karbohidrat lain, dan mempengaruhi lambatnya pengembangan usaha pe-nyediaan bahan pangan sumber protein (antara lain: serealia, daging, telur, susu ), dan sumber zat gizi mikro (seperti: sayuran dan buah-buahan).
3. Penerapan teknologi pengolahan pangan lokal dan teknologi produksi di masyarakat tidak mampu mengimbangi pangan olahan asal impor yang membanjiri pasar. Perilaku konsumsi masyarakat terhadap pangan impor tersebut diperkirakan cenderung meningkat, terutama di perkotaan.
4. Masyarakat di beberapa daerah tertentu masih mengalami kerawanan pangan secara berulang (kronis) pada musim paceklik, demikian pula kerawanan pangan mendadak (transien) di daerah yang terkena bencana. Kerawanan kronis disebabkan keterbatasan kemampuan produksi dan rendahnya pendapatan masyarakat pada daerah–daerah tertentu
5. Pola konsumsi pangan dari segi sosial budaya, mencakup informasi, pengetahuan, dan kebiasaan yang dipengaruhi oleh nilai dan norma kelembagaan maupun budaya lokal yang spesifik, dan yang dari segi ekonomi mencakup sistem perdagangan yang kurang jujur dan bertanggung jawab, serta tingkat pendapatan dan harga.
PERMASALAHAN PEMBANGUNAN PERTANIAN KEDEPAN:
1. Keterbatasan dan Penurunan Kapasitas Sumberdaya Pertanian,
2. Sistem Alih Teknologi Masih Lemah dan Kurang Tepat Sasaran,
3. Keterbatasan Akses Terhadap Layanan Usaha Terutama Permodalan,
4. Rantai Tataniaga yang Panjang dan Sistem Pemasaran yang Belum Adil,
5. Kualitas, Mentalitas, dan Keterampilan Sumberdaya Petani Rendah,
6. Kelembagaan Petani dan Posisi Tawar Petani Rendah,
7. Lemahnya Koordinasi Antar Lembaga Terkait Dan Birokrasi,
8. Kebijakan Makro Ekonomi yang Belum Berpihak Kepada Petani.
9. Kemiskinan serta Kerawanan Pangan dan Gizi Buruk
Masih banyaknya penduduk miskin yang umumnya tinggal si perdesaan dan bermatapencaharian sebagai petani (data diolah dari data BPS):
Penduduk miskin tahun 2004: 36,1 juta (16,67%)
Penduduk miskin tahun 2005: 41,12 juta (19,00%) (Bappenas, April 2006)
Penduduk miskin tahun 2006: 39,05 juta (17,75%), Maret 2006
Rentan Terhadap Rawan Pangan
Penduduk yang sangat rawan pangan tahun 2004 sekitar 1,56 juta jiwa (0,71%)
Penduduk yang sangat rawan pangan tahun 2005 sekitar 5,11 juta jiwa (2,32%)
Balita gizi buruk dan gizi kurang tahun 2004 : 3,81 juta (19,4%) (Depkes, 2005)
Jika dibandingkan dengan kondisi di dunia, maka kasus kerawanan pangan di Indonesia masih tergolong rendagh (low).
Silahkan memberi komentar yang membangun EmoticonEmoticon